Trends Economic Issues

Investasi Emas Semakin Terjangkau dan akan Menjadi Tren

Emas batangan Antam edisi khusus Imlek. (Dok. Antam)

Emas adalah instrumen investasi yang tahan terhadap inflasi. Hal itu disampaikan oleh Widodo Darojatun Senior Vice President Innovation Center PT Pegadaian dalam sesi pertama Indonesia Industry Outlook 2023., Rabu (15/3/2023) yang disiarkan melalui Zoom.

Menurut Widodo secara umum emas akan punya daya tahan terhadap inflasi. “Sebab by nature uang akan terinflasi. Orang zaman dulu, aset fisik menjadi pegangan. Supaya harga aset gak berkurang nilainya. Tapi jika properti itu harganya mahal. Maka banyak yang pilih emas,” ujar Widodo dalam paparannya.

Widodo memprediksi ke depan satuan kepemilikan emas akan semakin banyak. Sebab harga emas sangat terjangkau dibandingkan investasi lain, properti misalnya. Dengan kata lain harga yang jauh lebih murah menjadi keunggulan dari emas. “Kalau produknya affordable maka banyak yang akan akses termasuk segmen bawah,” kata Widodo.

Selain karena harga terjangkau, kepemilikan emas akan semakin fraksional. Artinya, tidak harus dimiliki dalam jumlah besar. “Tren investasi di emas akan terus terjadi. Investasi emas kepemilikannya juga akan semakin fraksional. Mereka akan memiliki emas dalam jumlah yang kecil. Jadi aset yang tahan inflasi ini akan semakin mudah dimiliki dan semakin menjadi tren,” kata Widodo.

Untuk menangkap tren-tren ini, Pegadaian terus melakukan inovasi. Sebab sekarang kompetitor banyak yang bermunculan dan mengguncang pasar. Akhirnya pemain lama, dipaksa melakukan inovasi. “Tetapi inovasi itu harus sesuai keahlianya,” ucapnya.

Pegadaian telah mempunyai kompetensi inti (core competence) dalam pengelolaan emas. Pegadaian meyakini bahwa transformasi tidak boleh dilepaskan dari kompetensi inti. Karena melakukan transformasi harus sesuai dengan hal itu. Dengan adopsi tabungan emas yang semakin tinggi, dan jumlah kepemilikan emas yang dimungkinkan bisa diperkecil. Oleh karena itu, dengan tren seperti itu Pegadaian semakin yakin untuk mengarungi tahun 2023.

Konsultan Bisnis Yuswohady menjelaskan perlahan pandemi Covid-19 menjauh, namun tantangan berat tidak langsung sirna. 2023 bahkan akan menjadi tahun penuh tantangan, terutama bagi para pelaku bisnis, karena ada tiga faktor perubahan (change driver) yang terus mengintai yakni krisis global, tahun politik, dan disrupsi pasca-pandemi.

“Perihal krisis global, perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung telah menimbulkan ancaman resesi di banyak negara. Sementara di lingkup nasional, tahun politik mendatangkan potensi ketidakpastian yang tinggi,” katanya.

Khusus pada change driver ketiga, disrupsi pasca-pandemi malah benar-benar tak bisa diabaikan. Pasalnya, tiga tahun pandemi berjalan (2020-2022), sungguh telah membuat guncangan besar. Paling nyata adalah terjadinya seleksi di banyak industri. Banyak pemain yang tak memiliki pondasi dan model bisnis yang sehat, telah bertumbangan digulung pandemi.

“Fakta-fakta seperti inilah yang kiranya mesti dicermati, dianalisis dengan saksama, dan disikapi dengan tepat oleh para pelaku bisnis. Sehingga bisnis mereka tetap bisa bertahan meski badai menghantam,” ujarnya.

Dalam IIO Conference yang berlangsung secara daring, hadir 16 pembicara dari sejumlah industri di Tanah Air. Para pembicara akan memaparkan dua hal utama yakni tantangan yang dihadapi dan langkah-langkah strategis untuk dieksekusi.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved