Best CEO

Hery Gunardi, Memodernisasi Organisasi dan Menaikkan Level Bank Syariah

Hery Gunardi, CEO PT Bank Syariah Indonesia Tbk.
Hery Gunardi, CEO PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

Tak berlebihan bila menyebut Hery Gunardi, CEO PT Bank Syariah Indonesia Tbk., sebagai salah satu CEO terbaik di Indonesia. Faktanya, BSI di bawah kepemimpinan Hery memang berkinerja kinclong.

Dari parameter keuangan, pada 2022, misalnya, BSI mampu membukukan kinerja impresif, laba bersih mencapai Rp 4,26 triliun atau tumbuh 40,68% dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini merupakan laba tertinggi sepanjang sejarah berdirinya bank syariah di Indonesia.

Dari sisi aset, aset BSI tahun 2022 telah mencapai Rp 305,73 triliun, tumbuh 15,24% secara year on year (YoY). Total pembiayaan BSI mencapai Rp 207,70 triliun, dengan porsi pembiayaan yang didominasi pembiayaan konsumer sebesar Rp 106,40 triliun, tumbuh 25,94% secara YoY.

Masih banyak parameter lain yang menunjukkan birunya rapor BSI di bawah kepemimpinan Hery. Dan, tentu saja, semua itu bukan pencapaian yang mudah karena harus dingat bahwa BSI merupakan hasil merger yang usianya relatif muda, sehingga banyak pekerjaaan internal dan eksternal yang harus dibereskan. Terlebih, BSI menghadapi situasi makro: perbankan dan ekonomi syariah di Indonesia yang masih sangat tertinggal.

“Kita, Indonesia ini, punya penduduk 265 juta orang dan 87% merupakan muslim. Penduduk muslim terbanyak adanya di Indonesia, tapi industri keuangan syariahnya terbelakang. Dari sisi pasar modal, asset management, dan insurance syariah tidak ada yang besar,” ungkap Hery.

Banyak tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan syariah banking BSI. Misalnya, dari sisi keraguan tentang kenyamanan dalam layanan, kualitas layanan, fleksibilitas, dan daya saing produk. Namun, pelan-pelan Hery bisa memimpin timnya untuk mengatasi semua kendala itu dengan baik.

Contohnya, dulu ada stigma bahwa dibandingkan bank konvensional, bank syariah itu tertinggal dalam tiga hal: teknologi informasi dan digitalisasi, risk management, serta SDM.

“Tiga hal ini sudah kami ubah dan kami membalikkan paradigma, dan bank syariah pun bisa seperti yang ada di konvensional. Kami bisa menunjukkan BSI menjadi bank yang modern, universal, bank yang kuat digital dan teknologinya, dan yang meng-address kaum milenial sebagai konsumen,” Hery yang sebelumnya menjabat sebagai CEO Bank Syariah Mandiri ini menjelaskan.

Ia memberi contoh, di BSI ada produk tabungan dan giro; nasabah hanya menitip uang di BSI dengan nama tabungan wadiah, yang cost of fund-nya 0%. “Ini kelebihan yang ada di Syariah, kami bisa bersaing dalam hal pricing untuk margin pembiayaan. Saat ini untuk mengambil rumah di BSI sudah sama rendah seperti bank konvensional lainnya,” katanya.

Yang pasti, kemajuan dan kekompakan tim manajemen di BSI tak lepas dari kemampuan dan leadership Hery dalam memelopori, memberi inspirasi, dan mengarahkan timnya kepada visi baru perusahaan.

“Membangun trust itu dimulai dari pemimpinnya terlebih dahulu. Kepada tim, saya selalu analogikan membangun BSI yang hasil merger tiga bank ini sebagai hijrah. Yaitu, hijrah dari tiga bank kecil yang ranking-nya tidak kelihatan menjadi bank besar hasil merger yang bisa menempati ranking ketujuh nasional secara aset. Hijrah ini harus menuju kehidupan yang lebih baik, kapitalnya lebih kuat, infrastrukturnya lebih besar, kemudian kemampuan untuk mendistribusikan pembiayaan lebih kuat, sehingga banknya lebih efisien,” katanya.

Karena itu, ia mengajak timnya untuk memperbaiki BSI dari sisi infrastruktur, people, risk management, dan compliance. Dan, proses seperti itu harus terus-menerus, tidak ada ujungnya. “Belajar itu harus terus dilakukan karena belajar tidak ada ujungnya. Ini yang membuat mereka terpacu untuk bisa menjadi lebih baik,” Hery menjelaskan prinsip leadership-nya.

Karena itu pula, di BSI ia juga terus mengembangkan timnya, termasuk dalam hal kompetensi baru, seperti IT security dan investor relations. Sebelumnya, di BSI tidak ada talent seperti itu.

“Teknologi bawaan dari tiga bank yang lama kami rapikan dari sisi hardware, software, digital, dan kami sedang siapkan superapp,” ungkap mantan Direktur Consumer Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (2015-2016) ini.

Hery juga mengubah mindset karyawan. “DNA orang perbankan syariah itu alim dan agamanya kuat. Saya berusaha mem-balance. Jadi, akhirat terus, namun dunianya harus ada. Di sini dulu paradigmanya: ibadah dulu baru bisnis. Saya lalu mem-balance, bisnis dulu baru ibadah. Bagaimana mau ibadah atau kasih CSR kalau banknya rugi atau profitnya kecil,” katanya retoris.

Tak mengherankan, untuk itu Hery pun rajin memberikan ceramah dalam forum CEO Menyapa. Ia berkeliling dan bercerita bagaimana menjadi pribadi yang sukses sekaligus memberikan kesempatan kepada karyawan untuk bertanya.

Dari pengalaman memimpin organisasi perusahaan, Hery bisa menyimpulkan, agar sukses, seorang CEO harus memastikan beberapa faktor berjalan benar. Terutama, perusahaan harus memiliki model bisnis yang benar dan memperkuat sisi human capital.

Sebagai leader, CEO harus pandai membagi waktu karena ia juga harus punya dynamic thinking. “Saya sebagai CEO, 80% menggunakannya untuk menjalankan tugas keseharian di BSI, tetapi 20% untuk memikirkan masa depan BSI, 5-20 tahun lagi BSI akan seperti apa,” ungkap kelahiran Bengkulu tahun 1962, yang menamatkan Program Pascasarjana Finance and Accounting di University of Oregon, Amerika Serikat ini.

Jadi, sebagai CEO, ia harus memelopori dalam hal visi. “Kita harus thinking again, harus lihat cross industry, jadi jangan hanya lihat perbankan. Agility bank harus berkembang dengan digitalisasi dan teknologinya. Harus cepat. Kalau tidak, akan tertinggal zaman dan konsumennya akan ke pihak lain, sehingga harus terus melakukan transformasi,” katanya menandaskan.

Hery sangat bersyukur bahwa dalam dua tahun ini BSI telah menjadi pemimpin pasar keuangan syariah di Indonesia, baik dari sisi jaringan, customer based, dan kapital untuk dapat melayani umat dan nasabah. Saat ini BSI menguasai aset hampir 45% dari total perbankan syariah di Indonesia.

“Karena itu, visi kami, akan bertanding di level global dan berharap masuk 10 bank syariah terbesar dunia di 2025 berdasarkan market cap,” kata Hery. Ia menambahkan, BSI sudah buka cabang di Dubai.

Saat ini, dari berbagai parameter keuangan, BSI sudah banyak mencatatkan kemajuan yang luar biasa, baik dari sisi profitabilitas, return on equity (ROE), return on asset (ROA), maupun tingkat efisiensi (rasio biaya operasional). Digitalisasi juga berjalan on track. Ini bisa dibaca dari jumlah pengguna BSI Mobile yang sudah mencapai 4,81 juta pada 2022, atau naik 39% secara YoY.

Jumlah pengguna yang semakin meningkat itu dipengaruhi perubahan perilaku masyarakat yang semakin digital savvy dan familier dengan e-banking channel BSI. Tak salah bila dalam survei Best CEO tahun ini Hery terpilih sebagai salah satu CEO terbaik dengan predikat “The Best CEO with Distinction“.

Tak hanya dari aspek keuangan. Dari sisi pandangan market talent dan pencari kerja, kini BSI pun semakin dilirik banyak talenta muda. Hery memberi gambaran, belum lama ini pihaknya membuka lowongan untuk dua kelas ODP (25 orang untuk kelas teknologi dan 25 orang untuk kelas risk management). Ternyata, yang melamar di luar dugaan, sebanyak 20 ribu orang.

Ke depan, Hery optimistis, bank yang ia pimpin tetap akan tumbuh baik. Walaupun di tahun 2023 banyak pengamat mengatakan bahwa 2003 merupakan tahun yang tidak mudah dan menantang, ia dan tim tetap yakin BSI bisa lebih baik, dengan catatan: harus tetap waspada.

Pihaknya akan menaikkan cadangan untuk jaga-jaga bila kondisi semakin sulit. “Kami juga akan me-review cabang-cabang tradisional, mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus ditutup agar lebih efisien,” katanya. (*)

Sudarmadi & Sri Niken Handayani

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved