My Article

Menjadi Manusia Pembelajar bagi Masa Depan Organisasi

Oleh Editor
Menjadi Manusia Pembelajar bagi Masa Depan Organisasi

Oleh: Riza Aryanto – Pengajar di Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Riza Aryanto, Pengajar di Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan, organisasi harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi perubahan serta beradaptasi dengan cepat dengan merespons perubahan pasar dan teknologi untuk kepentingan jangka panjang.

Organisasi yang siap menghadapi masa depan pun harus terus mengembangkan kompetensi baru untuk terus berinovasi.

Gravett dan Caldwell (2016) menjelaskan, dalam hal kemampuan untuk mengembangkan kompetensi baru tersebut, organisasi perlu mendorong anggotanya untuk memiliki ketangkasan dalam belajar (learning agility) yaitu kemampuan individu untuk belajar dari pengalaman dan cepat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Ketangkasan dalam belajar terdiri dari beberapa komponen, seperti kemampuan untuk mengambil risiko, berpikir kritis, beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, belajar dari pengalaman, berkomunikasi dengan baik, dan memimpin dengan efektif.

Dalam tulisan lain, DaRue et al. (2012) menjelaskan, bahwa ketangkasan dalam belajar (learning agility) adalah kemampuan bagi individu untuk secara cepat mengembangkan perilaku baru yang efektif berdasarkan pengalaman baru dan dengan mudah berpindah dari satu ide ke ide lain.

Individu yang memiliki fleksibilitas untuk menganalisa situasi dari banyak perspektif dan kecepatan mempelajari hal-hal baru. Individu ini juga memiliki fleksibilitas dan kecepatan dalam hal kemampuan untuk memadukan keterampilan baru dengan kemampuan mereka saat ini dan pada saat yang sama juga mampu melepaskan keterampilan yang tidak efektif dengan segera.

Individu yang memiliki learning agility akan mampu belajar dengan cepat dari pengalaman baru, memperoleh wawasan baru, dan menggunakan informasi tersebut untuk meningkatkan kinerja mereka.

Harapannya, dengan ketangkasan belajar tersebut organisasi akan mampu menyesuaikan diri agar tetap relevan dan berdaya saing di pasar yang semakin kompetitif. Hal ini dijelaskan dalam hasil penelitian dari IBM (2010) yang memperlihatkan adanya korelasi antara learning agility dengan; (i) pertumbuhan bisnis, (ii) efisiensi biaya, (iii) peningkatan brand image, (iv) produktivitas dan (v) solusi yang inovatif.

Menurut Eichinger,et al. (2010) serta Gravett dan Caldwell (2016), ada lima tipe learning agility yang harus dimiliki individu dalam organisasi yaitu :

Organisasi yang siap menghadapi masa depan harus memiliki budaya yang mendukung individu untuk memiliki learning agility. Budaya yang terbuka terhadap perubahan yang mendorong individu untuk terus belajar dan mengembangkan diri mereka sendiri.

Selain itu, organisasi juga harus memiliki sistem pengembangan yang terstruktur dan terprogram dengan baik, sehingga individu dapat mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk bekerja di masa depan.

Lebih lanjut, Kucia dan Gravett (2014) menjelaskan bahwa jika learning agility menjadi suatu budaya di organisasi maka para individu dalam organisasi akan :

Berikut ini adalah contoh dari inisiatif untuk menerapkan budaya belajar di organisasi :

Top of Form

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa learning agility menjadi faktor kunci dalam membangun organisasi yang siap untuk masa depan. Organisasi yang memiliki individu-individu dengan kemampuan belajar yang tinggi akan dapat mengembangkan organisasi secara efektif dan menempatkannya di posisi yang tepat untuk memanfaatkan peluang baru yang muncul di masa depan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved