Best CEO

Bani M. Mulia, Membawa Perusahaan ke Puncak Prestasi

Bani M. Mulia,CEO Samudera Indonesia.
Bani M. Mulia, CEO Samudera Indonesia.

Didaulat menjadi nakhoda perusahaan sekelas PT Samudera Indonesia Tbk. di tengah pandemi Covid-19 bukanlah perkara mudah bagi Bani M. Mulia. Tidak berhenti sampai di situ, setelah Covid-19 dinyatakan sudah memasuki masa endemi, dunia kembali dilanda krisis akibat perang dan inflasi di berbagai negara besar.

Menurut Bani, ketika kondisi krisis, yang menjadi tantangan bagi pemimpin perusahaan dengan kode saham SMDR ini adalah meyakinkan seluruh awaknya, baik pimpinan maupun karyawan, bahwa mereka harus tetap optimistis di segala situasi dan tantangan.

Pria kelahiran 1980 ini bersyukur di tahun berat, 2022, Samudera Indonesia justru mengalami masa terbaiknya: mencapai kinerja paling cemerlang sepanjang sejarahnya, sejak berdiri pada 1964. “Kuncinya, kami selalu siap bagaimanapun kondisi krisis,” ujar sang CEO Samudera Indonesia, yang mulai bergabung dengan perusahaan pelayaran dan logistik ini tahun 2009.

Dia selalu mengajak awak perusahaan untuk tetap maksimal dalam keadaan apa pun. Ketika krisis akibat pandemi, perusahaan tetap berkomitmen penuh beroperasi dengan segala keterbatasan, meski harus menghadapi risiko terpapar virus. Yang dilakukan, menjaga kesehatan tim, dengan tetap berkarya di tengah pandemi.

“Berat? Kalau dibilang berat, selalu berat. Tapi kan tergantung pada bagaimana kita menjalaninya. Nyatanya, ketika terjadi krisis global akibat perang Rusia-Ukraina, kondisi krisis ekonomi (terjadi) di banyak negara besar. Alhamdulillah, Samudera Indonesia mencapai kinerja terbaik sepanjang sejarah perusahaan. Yang berat, sebenarnya mempertahankannya setelah mencapai kinerja terbaik,” kata generasi ketiga pendiri Samudera Indonesia ini.

Samudera Indonesia didirikan oleh kakek Bani, Soedarpo Sastrosatomo. Bani merupakan anak pertama pasangan Chandraleika Mulia-Masli Mulia. Chandraleika merupakan putri ketiga Soedarpo. Bani didaulat menjadi CEO Samudera Indonesia pada Juni 2020, menggantikan posisi ayahnya, Masli Mulia.

Bagaimana cara Bani memimpin perusahaan? Baginya, sebagai pemimpin, yang dilakukannya adalah terus-menerus memperbaiki komunikasi dalam perusahaan. Dia meyakini komunikasi merupakan kunci setiap pesan target kinerja bisa diwujudkan dengan baik.

“Dulu ketika pandemi, kami mengalami kondisi kerja harus online-offline, hybrid, kemudian sekarang, bisa kerja offline full, komunikasi menjadi kunci, agar kerjasama tim lebih baik, pelanggan juga lebih bisa dipahami,” tuturnya.

Menurut dia, biasanya masalah timbul karena komunikasi yang kurang baik. Yang dimaksudkan, bukan dalam pengertian bertemu ataupun komunikasi melalui surat elektronik (e-mail) dan WhatsApp, melainkan komunikasi yang pesannya tersampaikan dengan tepat bagi penerimanya.

“Saya yakin, dengan komunikasi yang baik, sebenarnya setengah masalah sudah teratasi,” ujar Bani. Sebagai CEO, dia menyadari, anak buah sering merasa sungkan bicara langsung ke pimpinan terkait masalah yang dihadapi.

“Maka, saya harus aktif menjemput bola, ketemu langsung dan mendatangi timnya. Saya terus mendorong setiap orang di Samudera Indonesia untuk berkomunikasi lebih baik,” kata lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yang kemudian melanjutkan studi di bidang keuangan di Deakin University, Australia, ini.

Sebagai CEO termuda sepanjang sejarah Samudera Indonesia, Bani mengaku tidak memiliki strategi khusus agar kinerja perusahaan tetap cemerlang. Dia pun menganggap dirinya bukanlah CEO yang birokratis. Dia lebih suka anak buahnya tidak ragu menyampaikan ide dan feedback langsung kepadanya, agar bisa cepat dieksekusi dan hasilnya juga cepat dicapai.

“Kerja harus lebih fokus pada kerja terbaik. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan karena terlalu birokratis dan proses terlalu lama,” katanya tandas.

Pehobi olahraga ini mengakui, peluang bisa diraih jika kita tetap optimistis ketika orang lain pesimistis. Saat krisis, dia juga meyakini, ada peluang menemukan berbagai kesempatan yang baik.

“Kalau kita bisa menganalisis lebih baik, dengan perhitungan yang lebih baik, dengan optimistis, saya yakin akan bisa menemukan investasi-investasi yang menarik,” katanya. Setelah mendapatkan peluang investasi yang baik, kunci selanjutnya adalah bagaimana membungkus atau mengeksekusinya.

“Kembali, kuncinya di personal communications and relationship,” ungkapnya. Terlebih, peluang itu digarap dengan kolaborasi. Maka, komunikasi dengan partner harus baik, dengan membangun kepercayaan bahwa kemitraan ini untuk mencapai hasil terbaik bersama-sama.

Terkait ancaman krisis global di 2023, Bani justru kurang setuju dengan pandangan bahwa tahun ini akan berat. Sebab, dia melihat setiap tahun pasti punya tantangan berat, bukan hanya 2023.

Kembali ke krisis akibat pandemi, sebenarnya itu yang paling berat bagi pelaku usaha. Sekarang dengan dilepasnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, banyak negara, termasuk China, yang sudah membuka diri. “Saya pikir tahun ini lebih baik daripada dua tahun sebelumnya,” ujarnya.

Apalagi, Indonesia sudah mau memasuki tahun Pemilu 2024. Saat itu, perekonomian makin bergerak. Kini pemerintah pun sedang mengejar pencapaian-pencapaian terbaik sebelum kepemimpinannya berakhir. “Tahun ini justru banyak peluang, saya mendorong tim untuk lebih produktif, jangan sampai peluang itu lewat,” katanya.

Kondisi krisis di negara-negara besar tidak merisaukan Bani. Memang benar, negara-negara tersebut pasar bagi Indonesia. Namun, dia mengingatkan, mitra dagang terkuat Indonesia justru dari Asia (China dan negara-negara Asia Tenggara), kontribusi ekspor-impor dari sini pun lebih tinggi.

“Kami orang Indonesia, tentu saja fokus utama bisnis diutamakan di Indonesia dan negara-negara Asia. Apakah krisis Eropa dan Amerika memengaruhi, tentu ada, tapi saya optimistis tetap ada peluang yang bisa kami garap,” katanya.

Dia meminta seluruh pihak tidak menaruh kekhawatiran berlebihan. Terlebih, bahan bakar listrik yang menjadi kekhawatiran di Eropa, pusat produksinya di Indonesia, apakah itu batu bara ataupun LNG.

Saat ini Bani bersyukur Samudera Indonesia mencapai kinerja terbaiknya. Ia tidak bisa menyebut berapa pendapatan perusahaan di akhir 2022, karena perusahaan belum merilis laporan keuangan terbaru. Namun, hingga akhir kuartal III/2022, SMDR mencetak pendapatan sebesar US$ 853,93 juta, naik 92,86% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$ 442,75 juta.

Di periode yang sama, laba bersih yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk SMDR melonjak 232,87% YoY menjadi US$ 171,53 juta. Namun, Bani meyakini pendapatan perusahaan bisa mencapai lebih dari US$ 1 miliar di akhir 2022. Kinerja ini menjadi level terbaru. Total aset perusahaan juga mencapai US$ 1 miliar.

“Kami berharap di tahun ini kinerja terbaik bisa terjaga,” ujar Bani. Caranya? “Tidak ada cara lain, dengan terus mencetak orang-orang terbaik, pemimpin muda harus dilahirkan, sebagai upaya agar perusahaan tetap muda,” dia menegaskan.

Baginya, calon pemimpin baru di Samudera Indonesia dapat diciptakan. Mereka harus lebih muda, inovatif, dan bisa menyesuaikan diri dengan berbagai peluang di masa depan. “Saya meyakini, di depan pasti berbeda dengan apa yang telah saya dan pemimpin sebelumnya lalui,” katanya.

Target Bani, usia maksimal menjabat sebagai CEO tidak lebih dari 50 tahun. Mengapa? “Harus ada banyak generasi baru, kami harus beradaptasi. Yang diharapkan, anak-anak muda ini mau bergabung dengan Samudera Indonesia. Step by step, menghadirkan tempat kerja yang nyaman, kantor dibuat suasananya anak muda banget, yang membuat mereka semangat,” paparnya.

Menurutnya, setiap zaman itu beda pola pikirnya. Masa depan ada di generasi baru, jangan sampai manajemen tidak bisa move on. Pekerjaan rumahnya sebagai CEO adalah memberikan ruang yang seimbang antara generasi lama dan generasi baru di Samudera Indonesia.

Bagaimana dengan target Samudera Indonesia di 2023? Bani berpendapat, tahun 2021-2022, kinerja yang bisa dicapai perusahaan itu kondisi khusus yang tidak bisa disamakan dengan periode lain.

Tahun ini, dia berharap bisa mencapai lebih daripada di tahun-tahun pandemi. Minimal mendekati kinerja tahun lalu, mengingat terjadi penurunan freight rate. Dengan kondisi keuangan yang kuat, aset dan untuk investasi juga kuat, target tinggi mestinya tetap bisa dicapai.

Apalagi, faktor pendukung kinerja SMDR saat ini dan ke depannya adalah keberhasilan memilih rute-rute pelayaran yang tidak terdampak langsung oleh penurunan volume pengangkutan ataupun penurunan freight rate. Dengan demikian, Bani pun yakin, perusahaannya masih bisa menjaga kinerja yang positif dalam beberapa waktu mendatang. Artinya, banyak peluang besar di luar yang bisa digarap perusahaan dengan menggali kerjasama positif. (*)

Herning Banirestu dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved