GCG Companies

Coca-Cola Bottling Indonesia, 6 Komitmen untuk Jalankan Green Business

Ardhina Zaiza, Head of Corporate Communications Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia
Ardhina Zaiza, Head of Corporate Communications Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia

Sebagai perusahaan yang bergerak di industri minuman berkarbonasi, secara global Coca-Cola (The Coca-Cola Company) banyak mendapat sorotan negatif. Mulai dari sebagai produsen minuman tidak sehat, penggunaan sumber daya air sebagai bahan baku, dan kemasan plastik yang digunakannya dituding sebagai penyebab polusi plastik.

Bahkan, di tahun 2021, koalisi global Break Free From Plastic menobatkan Coca-Cola sebagai perusahaan pencemar plastik terburuk di dunia selama empat tahun berturut-turut. Namun, di tahun 2022 perusahaan ini dipuji oleh berbagai kelompok lingkungan karena berhasil menjalankan program reusable pada kemasan produknya.

Langkah transformasi Cola-Cola menjadi perusahaan yang menjalankan bisnis hijau (green business) itu juga tecermin pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI). Ardhina Zaiza, Head of Corporate Communications Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia), menjelaskan, di Indonesia CCBI memprioritaskan area yang dapat membuat perbedaan besar.

“Kami berfokus pada keselamatan dan pengembangan karyawan, kemasan ramah lingkungan, energi terbarukan, pengelolaan air, kesejahteraan konsumen, dan dukungan terhadap komunitas. Komitmen tersebut kami wujudkan melalui rencana keberlanjutan yang kami sebut sebagai ‘This is Forward’. Komitmen keberlanjutan ini terdiri enam pilar, yaitu climate, packaging, drinks, society, water, dan supply chain,” Ardhina menuturkan.

Komitmen This is Forward on Climate, Ardhina menerangkan, adalah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30% pada tahun 2030 di seluruh rantai nilai pada bisnis, demi mencapai emisi nol bersih di tahun 2040. Menurutnya, berbagai upaya dilakukan CCBI, di antaranya dari sisi supplier management, perusahaan ini mendukung pemasok strategisnya untuk menetapkan target berbasis data dan bertransisi ke 100% penggunaan listrik terbarukan.

Lalu, dari energy efficiency, Ardhina mengatakan, ada tiga fokus utama CCBI. Pertama, energy consumption reduction dalam proses produksi, yaitu dengan melakukan konversi ke lampu LED di pabrik-pabriknya, serta otomatisasi pada peralatan utama, seperti konveyor, pendingin, dan efisiensi genset.

Fokus kedua, energy saving coolers atau kulkas yang ramah lingkungan, sehingga lebih hemat energi. “Kami memanfaatkan lebih dari 200.000 unit lemari pendingin hemat energi yang mengonsumsi energi 2 kWh dari sebelumnya 4 kWh, menghemat 178 juta kWh energi per tahun,” kata Ardhina.

Dan, fokus ketiga, solar panel projects di atap pabrik terbesarnya di Cibitung yang sudah berjalan sejak 2020. Total kapasitasnya 7.134 MW, salah satu yang terbesar di Asia.

Kemudian, This is Forward on Packaging merupakan komitmen CCBI untuk mengurangi penggunaan kemasan. Strateginya, pertama, removing unnecessary packaging, yakni meninggalkan penggunaan kemasan/bahan yang tidak perlu pada pengemasan produk minuman.

Strategi kedua, driving packaging circularity, mengusung penerapan sirkularitas kemasan. Tujuannya, kemasan pascakonsumsi tidak berakhir di aliran-aliran air.

“Jadi, mulai dari penggunaan bahan baku material, operasional, hingga kemasannya menggunakan prinsip ekonomi sirkular,” Natasha Gabriella, Sustainability Manager CCEP, menegaskan.

Dan, strategi ketiga, collecting the equivalent amount of packaging that we produce, yakni mengumpulkan sampah plastik PET yang dihasilkan melalui inisiatif keterlibatan multipihak (nona helix).

CCBI sudah bekerjasama dengan 24 pusat pengumpulan sampah di 10 kota/kabupaten di Indonesia, 1.035 mitra pengumpulan sampah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan 20.000 lebih pemulung yang berkolaborasi dalam pengumpulan sampah secara bertanggung jawab. “Ini terus akan kami tingkatkan ke depan,” ungkap Natasha.

Untuk komitmen This is Forward on Society, CCBI bertekad menjadi yang terdepan dalam mengutamakan keberagaman dan inklusi, baik di tempat kerja maupun komunitas, serta turut membangun kondisi ekonomi dan meningkatkan kapasitas yang lebih baik bagi masyarakat di sekitar wilayah operasional.

Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk Community Support, yakni program yang bersifat pendampingan untuk membekali masyarakat dengan keterampilan yang dapat membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Juga ada program pelatihan dan sosialisasi pengelolaan sampah kepada masyarakat di wilayah operasional, pelatihan dan dukungan kewirausahaan kepada masyakarat dan pelaku UMKM, donasi hari besar keagamaan, dan sebagainya.

Menurut Ardhina, ada 2.186 UKM yang didampingi dalam upaya peningkatan kapasitas. Antara lain dalam hal legalitas, literasi digital, dan keuangan usaha.

Program lainnya sebagai perwujudan komitmen This is Forward on Society adalah Employee Volunteering. CCBI memperluas kontribusi masyarakat dengan meningkatkan kerja sukarela karyawan dan mendukung kemitraan dengan masyarakat setempat.

Kemudian, Inklusi dan Diversitas, yakni menanamkan budaya yang beragam dan inklusif dalam bisnisnya dan memastikan bahwa kaum perempuan memegang setidaknya 33% dari posisi manajerial, dengan target 45% di tahun 2030. Lalu, 11% karyawan adalah perempuan, dengan target 33% di tahun 2030. Karyawan dengan disabilitas sebanyak 0,5% dari total karyawan, dengan target 10% di tahun 2030.

Selanjutnya, komitmen This is Forward on Water. Karena bahan baku utama perusahaan ini adalah air, menjaga dan melindungi sumber air menjadi tanggung jawabnya.

“Kami melakukan pengelolaan air secara seksama demi terwujudnya pengurangan konsumsi air dan melindungi sumber air lokal untuk generasi mendatang,” kata Ardhina. Program yang dijalankan adalah water efficiency, water protection, dan water replenishment.

Water Efficiency, Ardhina menerangkan, adalah penggunaan air seefisien mungkin untuk mengurangi konsumsi air, sekaligus menjaga kualitas produk CCBI. Untuk membangun budaya hemat air, pihaknya menunjuk “Water Champions” di setiap pabrik.

Untuk program water protection atau pengurangan penggunaan air, pihaknya antara lain menggunakan kembali limbah air yang telah diolah dari reverse omosis untuk utilitas dan penggunaan umum, melakukan efisiensi air dan memeriksa kebocoran, mengoptimalisasi pemulihan air, serta mengoptimalisasi kebersihan dan sanitasi.

Menurut Ardhina, rasio penggunaan air selama tahun 2022 di CCBI sebesar 1.69, lebih rendah 41% sejak tahun 2015. Lalu, 120.000 megaliter air berhasil dihemat melalui pendekatan reduce, reuse, recycle di seluruh pabrik.

Adapun water replenishment adalah mengembalikan 100% air yang digunakannya. Program pengembalian air, antara lain, menjaga netralitas air, mengembalikan air sesuai dengan jumlah air yang digunakan, memberikan akses air ke masyarakat, membangun sumur resapan di dalam fasilitas produksi, serta memelihara lubang biopori di dalam dan di luar lokasi fasilitas sebagai bagian dari program pendidikan konservasi air bagi masyarakat.

Ardhina mengklaim, setiap tahun 6.400 megaliter air berhasil dikembalikan oleh CCBI ke lingkungan, atau sebesar 200% dari air yang digunakan untuk memproduksi minuman.

Komitmen lain yang diusung CCBI adalah This Forward on Drinks. Sebagai perusahaan minuman, CCBI berkomitmen untuk memberikan pilihan minuman bagi konsumen sesuai dengan kebutuhannya, termasuk pilihan minuman dengan kadar gula yang sedikit atau tidak memiliki kadar gula.

Fokus utamanya ialah mengurangi kadar gula pada minuman yang diproduksinya, terus mengembangkan portofolio minuman untuk memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen, memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memilih produk dengan informasi produk yang mudah dibaca dan berbagai pilihan besar kemasan, serta memastikan perusahaan tidak beriklan untuk anak-anak di bawah umur 12 tahun dan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Terkait This is Forward on Supply Chain, CCBI berkomitmen untuk menggunakan bahan baku yang berkualitas, berkelanjutan, dan bertanggung jawab. Fokus utamanya adalah memastikan 100% bahan baku utama berasal dari sumber yang berkelanjutan, dan terus menanamkan program keberlanjutan, etika, dan hak asasi manusia ke dalam rantai pasok yang targetnya adalah 100% mitra pemasok menerapkan pedoman Supplier Guiding Principles (SGP).

Alexander Sonny Keraf, Menteri Negara Lingkungan Hidup 1999-2001 yang menjadi anggota Dewan Juri Indonesia Green and Sustainable Companies Award (IGSCA) 2023, mengapresiasi CCBI yang sudah punya visi secara bertahap untuk beralih ke model green business. Menurutnya, perusahaan ini sudah menerapkan green business dengan mempertimbangkan untuk meminimalkan limbah botol plastik.

Bahkan, lanjut Sonny, mereka sudah menerapkan extended producer responsibility. Yaitu, sampah produk tidak lagi menjadi tanggung jawab konsumen akhir, tetapi merupakan tanggung jawab produsen sebagai environmental costs. Caranya, dengan membangun titik-titik kumpul (drop point) sampah produk mereka untuk dikembalikan ke produsen atau ke pabrik daur ulang.

“Bagi saya, ini sudah baik, meski memang masih belum sempurna,” ujar Sonny. Dan, Dewan Juri IGSCA 2023 sepakat memberikan akor 82,16 (Excellent) kepada CCBI.

Menurut Ardhina, sejak awal diluncurkan, This is Forward telah berhasil membuat kemajuan-kemajuan pesat pada perjalanan bisnis CCBI. Meskipun, tantangan pada aspek sosial dan lingkungan, termasuk perubahan iklim dan krisis sampah, terus berkembang.

“Kami tetap berkomitmen untuk menempuh jalan panjang dalam upaya memenuhi target jangka panjang kami, demi meraih masa depan yang lebih baik untuk bisnis kami, masyarakat, dan bumi,” Ardhina menegaskan lagi. (*)

Kusnan M. Djawahir dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved