Marketing

Usung Konsep Baru, Magnum Cafe Menyedot 1.300 Pengunjung

Usung Konsep Baru, Magnum Cafe Menyedot 1.300 Pengunjung

“Berangkat dari tujuan awal kami membuat Magnum Cafe yang kedua ini, agar ketika orang datang langsung imej es krim Magnum bisa ditangkap dengan tepat,” tutur Meila Putri Handayani, Manajer Senior Merek Es Krim Wall’s yang diproduksi PT Unilever Indonesia Tbk. Fundamentalnya memang membangun persepsi yang ingin dicapai sebagai strategi pemasaran Magnum.

Untuk sekarang, menurut Meila, Magnum Cafe yang berada di lantai 4 Grand Indonesia itu dibangun lebih serius dengan luas ruangan lebih besar. Toh, ini tidak ada kaitannya bahwa Unilever akan serius di bisnis ritel atau kafe. Tujuannya tetap sama: membangun engagement dengan pelanggan. “Kalau bisa kami ingin membangun juga di luar Jakarta, jadi pengalaman ini nantinya bisa dinikmati warga di luar Jakarta,” tuturnya.

Dengan adanyanya kafe ini diharapkan konsumen bisa mengeksplorasi merek Magnum yang digambarkan dalam setiap tema promosinya. Kalau dulu dengan tema royal, seperti kerajaan, itu tercapai dengan suasananya. “Kafe ini memungkinkan kami mendapatkan two way communication, untuk melengkapi promosi tv yang hanya one way saja,” ujarnya.

Menurutnya, dari sisi promosi dengan membangun kafe ini sebenarnya bisa mahal sekali. Sayang Meila tidak berkenan menyebutkan angka investasinya. Ia menekankan kalau tidak jeli, biayanya mahal sekali. “Makanya jarang ada merek yang punya hub-hub di tempat tertentu. Tapi kalau kami bisa menemukan format yang bagus dan model bisnisnya baik, semua marketer ingin memiliki direct contact seperti ini,” jelasnya senang.

Waktu awal dibangun kafe Magnum, menurut Meila juga kerja sama dengan Grup Ismaya. “Buat Ismaya ini memang pertama kali bekerja sama dengan perusahaan consumer goods,” imbuh Meila seraya mengatakan Grup Ismaya bertanggung jawab mengelola kafe tersebut. “Kami menganggap this is our child,” tuturnya. Mereka menggarap dengan gembira.

Saat ini tema kafe Magnum yang kedua adalah direpresentasikan untuk wanita yang dinamis dan wanita modern. Makanya layout kafe diubah menjadi urban chic. Singkatnya, urban chic dan outdoor view menjadi tema kafe Magnum saat ini.

Mengapa pengelolaan kafe diserahkan ke Grup Ismaya? “Grup tersebut memang sudah terbilang andal mengelola kafe dan resto. Sedangkan Unilever jagonya marketing,” klaim Melia. Unilever menangani promosi dan pemasarannya. Sementara itu, Ismaya yang menangani rekrut karyawan, hingga menjalankan kafe sehari-hari. Sayang, Melia enggan menyebut angka terkait pembagian profit sharing.

Menu pun dibicarakan bersama. “Ini Kafe Magnum, tentu berbeda dengan kafe lain. Belgium Chocolate hanya bisa dinikmati di sini,” ujarnya. Semua menu yang terkait dengan es krim dan cokelat diolah dari Magnum.

Kapasitas kafe di dalam sekitar 150 orang, sedangkan yang bagian luar bisa menampung sekitar 25 pengunjung. Alhasil, pengunjung tidak perlu antre lama, bandingkan dengan Kafe Magnum sebelumnya, pengunjung bisa antre hingga tiga jam lamanya. Kafe pertama yang diluncurkan pada Maret 2011 luasnya 300 m2, sekarang menjadi 500 m2 lebih.

Meila mengaku, saat weekend yang datang ke Kafe Magnum bisa mencapai 1.300 orang. Dengan rata-rata pembelian per orang bisa di atas Rp 100 ribu. Sedangkan, jika weekdays bisa mencapai 800 an orang. “Saya berharap turn over pengunjungnya cepat agar tidak lama antre,” dia menegaskan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved