Youngster Inc

Kisah Michelly dan Livia Membangun Bags by Kami

(ki-ka): Michelly Mondong dan Livia Tan Pendiri Brand Tas Wanita KAMI

Bags by Kami, merek tas kulit dengan desain Korean Look yang saat ini sedang digemari wanita muda, khususnya kelas menengah atas. Meski merek ini adalah pendatang baru di industri fesyen Tanah Air, tetapi sudah mampu mencetak penjualan rata-rata di atas 500 tas untuk setiap desain yang mereka keluarkan. Sejak didirikan pada 2019 lalu, sudah ada lebih dari 30 desain yang dikeluarkan.

Pendirinya adalah dua wanita muda yaitu Michelly Mondong dan Livia Tan. Bermodal uang tabungan senilai Rp 3 juta, mereka berdua memutuskan memulai usaha ini pada saat baru saja lulus dari bangku kuliah. “Kami awalnya membuat hampers tas untuk acara keluarga. Ternyata respons positif. Akhirnya, tas itu (Keira Bag) menjadi koleksi pertama brand Kami,” ungkap Michelly.

Michelly dan Livia kemudian saling menuangkan ide untuk setiap desain tas yang akan mereka luncurkan. Menariknya di tahun pertama membangun jenama Kami, mereka melakukannnya dengan posisi berbeda, Michelly berada di Surabaya dan Livia tinggal di Jakarta. “Kami berdua melakukannya dari jarak jauh, merancang, menyusun rencana produksi dan kontrol dari tempat masing-masing. Namun, karena kami berdua sama-sama sangat passionate dengan bidang ini jadi semuanya bisa berjalan,” ujar Livia.

Di dua tahun pertama, Kami hanya mengandalkan penjualan lewat kanal online. Mereka membangun brand image yang kuat lewat media sosial seperti Instagram dan Tik Tok, dan membuka toko onlinenya di tiga e-commerce besar: Shopee, Tokopedia dan Lazada.

“Dari awal berdiri, kami berdua memang mengandalkan penjualan lewat e-commerce, karena mudah untuk memperluas pasar. Seperti di Tokopedia, ada bantuan dari Relationship Manager (RM), ini membantu kami untuk jadi penyambung untuk customer care. Jadi kalau ada pertanyaan atau apa pun dari customer, langsung dibantu RM kami,” jelas Michelly.

Mereka juga rajin mengumpulkan infromasi terkait event-event bazar dan pameran. “Karena penjualan di event seperti itu juga sangat membantu bagi brand seperti kami yang saat itu belum punya toko offline” kenang Livia.

Tetapi, memasuki tahun 2020 saat pandemi Covid-19, Livia mengaku kehilangan peluang dari penjualan offline karena bazar dan pameran ditiadakan selama masa pandemi tersebut. “Beruntung saat itu kami juga sudah cukup dikenal di media sosial sehingga penjualan online masih bisa diandalkan,” ujar Michelly.

Saat ini Kami memproduksi rata-rata 1.000 tas untuk setiap desain yang dikeluarkan dengan kisaran harga mulai dari Rp 199 ribu hingga Rp 445 ribu. Livia mengaku, mereka menggandeng perajin tas untuk mengerjakan desain yang dibuatnya bersama Michelly. “Jadi, kami bekerja sama dengan perajin tas, kami buatkan desain dan mereka yang bikinkan dengan kontrol kualitas dari kami,” ungkapnya.

Pada 2022, Kami memutuskan untuk mendirikan toko offline sendiri di kawasan Pantai Indak Kapuk, Jakarta Utara. Livia mengaku toko tersebut adalah hasil perputaran dari modal awal yang terus mereka tumbuhkembangkan, hingga skala bisnisnya memenuhi syarat untuk membuka toko dengan desain cukup mewah. “Kami tidak menggandeng investor, hanya dari modal awal itu yang terus kami putar hingga bertumbuh seperti saat ini,” ungkap Michelly.

Setelah memiliki toko offline, Michelly dan Livia mengaku harus memberikan perhatian yang sama besarnya terhadap dua tempat penjualan mereka yakni offline dan online. Untuk toko di e-commerce, mereka memiliki tim customer service yang bertugas merespon cepat setiap ada orderan, menjawab pertanyaan dan membantu pembeli yang bertanya atau butuh solusi memilih tas.

Tak hanya itu, Kami juga secara maksimal memanfaatkan fasilitas yang diberikan platform e-commerce bagi para mitra penjualnya. Misalnya fasilitas fitur official store dan RM yang disediakan Tokopedia. Kedua fasilitas ini semakin menigkatkan kepuasan pembeli saat bertransaksi. Demikian juga, KAMi juga rajin ikut setiap kampanye dan promo yang dibuat oleh e-commerce. “Event seperti hari belanja nasional atau tanggal kembar, itu sangat membantu meningkatkan penjualan bahkan kami bisa meningkatkan penjualan 10 kali lipat dibanding hari biasa,” ungkap Michelly.

Sementara untuk toko offline, Livia mengaku lebih ramai dikunjungi di akhir pekan dan saat libur besar. “Mereka yang belanja langsung ke toko umumnya adalah yang tinggal di sekitar daerah PIK dan umumnya ibu-ibu, sebaliknya kalau yang beli lewat e-commerce merata dari seluruh Indonesia,” jelasnya.

Livia dan Michelly juga memiliki trik untuk mempertahankan kinerja penjualan agar tetap tumbuh baik yang online maupun offline. Menurut mereka, strategi promo seperti potongan harga adalah salah satu yang digunakan jika penjualannya terlihat lesu.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved