Trends Economic Issues

Inflasi Agustus 3,27%, BI Optimistis Inflasi di Sisa Tahun 2023 Terkendali

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Agustus 2023 sebesar 3,27% YoY dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,22. Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 6,40% dengan IHK sebesar 122,04 dan terendah terjadi di Jambi sebesar 1,92% dengan IHK sebesar 116,37.

BPS mengungkapkan inflasi YoY terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,51%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,12%; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,40%; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,21%.

Selanjutnya kelompok kesehatan sebesar 2,69%, kelompok transportasi sebesar 9,65%, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,88%, kelompok pendidikan sebesar 2,07% kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,88% dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,76%. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,22%.

Bank Indonesia mengungkapkan inflasi yang terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID). Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5%±1% pada 2024.

Inflasi inti pada Agustus 2023 tercatat sebesar 0,13% (mtm), stabil dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,13% (mtm). Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh inflasi komoditas biaya akademi/perguruan tinggi dan biaya sekolah sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru. Secara tahunan, inflasi inti Agustus 2023 tercatat sebesar 2,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,43% (yoy).

Inflasi kelompok volatile food menurun. Kelompok volatile food pada Agustus 2023 mengalami deflasi sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang inflasi sebesar 0,17% (mtm). Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh deflasi pada komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras.

“Sementara itu, deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi pada komoditas beras dan aneka cabai. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 2,42% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang deflasi sebesar 0,03% (yoy),” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Jumat (1/9/2023).

Kelompok administered prices juga mencatat deflasi. Kelompok administered prices pada Agustus 2023 mengalami deflasi sebesar 0,02% (mtm), menurun dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,44% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi terutama oleh deflasi bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan udara akibat penurunan harga liquid petroleum gas nonsubsidi di tingkat agen dan normalisasi tarif angkutan udara setelah periode libur sekolah.

“Sementara itu, deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi rokok kretek filter dan rokok putih didorong oleh berlanjutnya transmisi kenaikan tarif cukai tembakau. Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices terus menurun menjadi 8,05% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,42% (yoy),” ujarnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved