Strategy

Lima Strategi agar Peritel Bisa Bersaing dengan Efisien

Ilustrasi supermarket/ritel modern (Foto Istimewa).

Data menunjukan bahwa ritel berhasil menghasilkan penjualan sebesar US$27 triliun dan diprediksi akan meningkat hingga US$30 triliun pada 2024 secara global. Dalam dinamika dan lanskap yang kompetitif, sektor ritel membutuhkan lebih dari kualitas produk untuk menjadi yang terdepan di industri. Agar peritel bisa bersaing dengan kompetitif, diperlukan strategi yang efisien.

Perkembangan dunia ritel dapat terjadi karena pembukaan toko online, bantuan AI, IoT, dan teknologi lainnya yang bisa mengubah kondisi pasar. Namun, hal tersebut bisa menimbulkan tantangan baru yaitu integrasi antara toko online dan fisik yang bisa berdampak pada keberlangsungan dari industri ini.

“Menggunakan bantuan AI dalam operasi bisnis ritel bisa membuat peritel mengambil keputusan yang tepat berbasis data. Seperti contoh, AI bisa memberikan insight terhadap customer demand yang lebih akurat sehingga peritel bisa mempersiapkan strategi penjualan yang tepat berdasar tren permintaan,” ujar Lusiana Lu, Business Development Director HashMicro (19/09/2023).

Selain pembukaan toko online dan social commerce, HashMicro menganalisis beberapa faktor yang membuat industri ritel bisa berkembang secara efisien.

Pertama, peritel dapat terlibat langsung dengan customer dengan membuka jalur komunikasi dari segala platform ditambah dengan personalisasi promo. Komunikasi melalui banyak saluran bisa membuat customer merasa lebih dekat dengan perusahaan. Serta peritel dapat menyampaikan pesan-pesan yang relevan kepada target pelanggannya.

“Selain itu, customer akan merasa lebih aman untuk berbelanja karena mereka mudah untuk berkomunikasi dengan perusahaan. Promo yang dibuat secara personal berdasarkan profil dari customer akan menimbulkan rasa kepemilikan yang erat antara customer dengan ritel,” kata Lusiana.

Kedua, penting bagi peritel membuat loyalty program guna meningkatkan retensi pelanggan untuk berjaga-jaga saat terjadi kemunduran ekonomi. Program ini bisa berupa hadiah ulang tahun seperti diskon, produk gratis, maupun penawaran unik berbasis riwayat belanjanya. Hal tersebut akan menunjukan bahwa perusahaan juga menaruh perhatian terhadap preferensi setiap customer yang berbeda-beda.

Ketiga, meningkatkan in-store experience dengan implementasi mobile checkout. Pelangga dapat melakukan pembayaran tanpa harus ke kasir atau setidaknya ada counter khusus untuk pick up.

Keempat, menjaga agar tidak terjadi overstock dan understock juga bisa menjadi strategi agar bisa merampingkan ongkos produksi dan menghindari lost sales. Menurutnya, menemukan keseimbangan antara memiliki stok yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan tanpa menambah pengeluaran untuk kelebihan persediaan merupakan tantangan abadi.

“Overstocking mengikat modal dan ruang penyimpanan yang berharga, menyebabkan biaya yang tidak perlu. Sementara understocking berisiko mengecewakan pelanggan dan kehilangan peluang pendapatan” ujar Lusiana.

Kelima, investasi teknologi juga bisa membantu ritel dalam mengembangkan bisnisnya, seperti penggunaan enterprise resource planning (ERP) yang dapat membantu perusahaan menyederhanakan operasional, mengoptimalkan alokasi sumber daya, dan meningkatkan pengalaman pelanggan. Dengan fitur yang lengkap dan dapat disesuaikan, ERP memungkinkan peritel memantau ketersediaan produk secara efektif, mengurangi kelebihan stok, dan meningkatkan perkiraan permintaan.

Aksesibilitas data real-time membantu peritel mengambil keputusan yang tepat, merespons perubahan pasar dengan cepat, dan mengkoordinasikan penjualan multi-saluran dengan lancar. Secara keseluruhan, ERP memberdayakan sektor ritel dengan proses yang efisien, meningkatkan visibilitas, dan meningkatkan kepuasan pelanggan, sehingga mendorong daya saing dalam lanskap pasar yang dinamis.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved