My Article Trends

Fenomena Oppenheimer dan Barbie di Perusahaan

Oleh Editor
Fenomena Oppenheimer dan Barbie di Perusahaan

Oleh: Gerald Pasolang, M.M. – Konsultan SDM di PPM Manajemen

Oleh: Gerald Pasolang, M.M. – Konsultan SDM di PPM Manajemen

Film Oppenheimer dan Barbie, yang tayang di bioskop beberapa waktu lalu berhasil mencuri perhatian dan menjadi buah bibir. Dua kisah yang sangat berbeda, nyata dan fiktif. Namun, dalam kehidupan nyata di perusahaan dapat dijumpai situasi yang menggambarkan kedua film tersebut.

Ada karyawan yang memiliki keahlian teknis khusus seperti Oppenheimer, dan ada karyawan yang harus mencari bentuk aktualisasi diri tertentu karena jabatan atau pekerjaannya tidak membutuhkan suatu keahlian teknis khusus, bisa jadi dengan tampilan-tampilan fisik tertentu layaknya Barbie.

Menurut Maslow, aktualisasi diri adalah hal tertinggi yang ingin dicapai dalam hidup. Secara umum dalam kehidupan sehari-hari dua bentuk aktualisasi diri yang paling terlihat adalah memiliki keahlian khusus dan materialisme. Bagi orang-orang yang memiliki keahlian khusus otomatis keberadaannya melalui kontribusi keahliannya dapat langsung dirasakan sekaligus mendapatkan pengakuan baik di perusahaan maupun di masyarakat sekitarnya. Namun bagi yang tidak memiliki keahlian khusus, tentunya perlu mengupayakan bentuk kontribusi lain agar keberadaannya diakui dan dirasakan oleh sekitarnya.

Bentuk paling praktis untuk mendapat pengakuan adalah yang berhubungan dengan materialisme, baik memberikan bantuan dalam bentuk materiel maupun memiliki barang tertentu yang unik atau mahal yang belum ada atau belum banyak yang mampu memilikinya.

Dua situasi tersebut perlu dipahami oleh manajemen di perusahaan untuk mengembangkan paling tidak satu keahlian teknis khusus setiap karyawan agar seluruh karyawan dapat mengaktualisasikan dirinya, sekaligus mengevaluasi jabatan atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus apakah masih perlu dipertahankan.

Beberapa pekerjaan administrasi misalnya, yang sudah dapat diintegrasikan perekapannya dengan bantuan teknologi atau aplikasi tertentu tidak perlu menjadi tanggung jawab satu jabatan administrasi, apalagi bila dimungkinkan penginputan data dapat dilakukan oleh masing-masing jabatan terkait. Misalnya terkait total penjualan produk satu perusahaan, bila inputan penjualan dari masing-masing salesman dapat langsung otomatis terekap pada aplikasi tertentu, apakah masih diperlukan satu administrasi penjualan hanya untuk merekap total penjualan?

Sehingga, sangat penting dalam perusahaan mengidentifikasi keahlian-keahlian teknis khusus yang diperlukan untuk menjalankan seluruh proses bisnis dan mengukur cakupan, serta beban kerja yang dapat dilakukan dengan masing-masing keahlian tersebut, yang akan menunjukkan jabatan apa saja yang diperlukan dan berapa orang yang dibutuhkan untuk mengisi setiap jabatan.

Lalu bagaimana dengan perusahaan yang sudah terlanjur merekrut banyak karyawan administrasi karena pada saat itu perkembangan terknologi dan aplikasi belum sepesat saat ini?

Satu keahlian yang sangat dibutuhkan saat ini adalah penganalisa data (data analyst) dengan adanya ketersediaan data yang sangat masif (big data) karena perkembangan sistem informasi, dapat menjadi satu alternatif untuk mengembangkan keahlian data analyst para karyawan administasi tersebut sesuai bidang minat dan pengalamannya dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat lebih memprediksi kebutuhan pelanggan dan ketepatan strategi bisnisnya ke depan.

Pertanyaan berikutnya, karyawan dengan keahlian teknis khusus akan menuntut pendapatan lebih dari perusahaan. Satu kelebihan ketika proses perekrutan dan pengembangan karyawan berdasarkan keahlian teknis akan lebih tergambar kontribusi dari masing-masing karyawan terhadap keuntungan organisasi, maka perusahaan dapat menginformasikan skema penggajian secara terbuka kepada seluruh karyawan, sehingga prinsip transparansi dan keadilan dapat lebih dioptimalkan.

Apakah hal ini berarti perusahaan hanya mengakomodir jabatan-jabatan fungsional? Tentu tidak, namun akan membuat struktur organisasi jauh lebih ramping karena tidak diperlukan lagi pengawasan yang bertingkat-tingkat untuk memastikan setiap orang bekerja, sebab dengan keahlian khusus yang diidentifikasi berdasarkan kebutuhan perusahaan memastikan setiap jabatan berkontribusi dalam proses bisnis.

Seorang karyawan dengan keahlian khusus lebih membutuhkan dukungan dibandingkan arahan. Satu bentuk dukungan yang mereka perlukan adalah coaching, untuk memfasilitasi mereka menemukan solusi atau ide-ide baru dalam pekerjaannya, maka sangat baik bila kemampuan coaching dibekali juga pada setiap karyawan agar mereka dapat melakukan coaching berpasangan atau bergantian (peer coaching) setiap saat, yang tentunya menjadi tidak bergantung pada keberadaan dan ketersediaan waktu superior. Hal tersebut tentunya akan lebih mengoptimalkan dan mengefisienkan operasional rutin perusahaan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved