Strategy

Empat Tips Bisnis agar Transaksi COD Saat Harbolnas Aman

Layanan COD seringkali merugikan penjual UMKM. (dok Ninja Xpres)

Cash on Delivery (COD) merupakan sistem pembayaran belanja online di akhir transaksi ketika barang telah sampai ke tangan konsumen. Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 83,11% transaksi di e-commerce lebih suka menggunakan metode COD.

Angka tersebut menunjukkan tingginya minat konsumen terhadap pembelian barang melalui e-commerce dengan menggunakan metode COD. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembayaran ini masih dianggap lebih praktis karena dapat mengurangi risiko penipuan.

Data Ninja Xpress menyebutkan bahwa lebih dari 50% shipper Ninja Xpress memanfaatkan fasilitas COD dalam proses jual beli mereka. Hanya saja, berbeda dengan konsumen, para pelaku UKM sering kali menghadapi beberapa risiko yang perlu diwaspadai untuk mengantisipasi kemungkinan masalah dan meminimalisasi kerugian yang dihadapi penjual ketika mengaktifkan metode pembayaran COD.

Salah satu momen yang sangat ditunggu antusias dengan jumlah transaksi lebih banyak dibandingkan hari biasa adalah Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Untuk memberikan rasa aman dalam metode pembayaran COD, Marketing Expert Oky Andries membagikan tips aman dalam menerapkan sistem COD.

Pertama, melakukan konfirmasi sebelum pengiriman paket. Ini untuk mengantisipasi kendala yang tidak terduga di kemudian hari. Menurut Oky, salah satu kendala dalam proses pengiriman paket dengan metode COD adalah penerima paket tidak berada di rumah, alamat yang tidak dapat ditemukan, atau konsumen menggunakan alamat palsu yang terindikasi sebagai orderan fiktif.

“Untuk mencegah hal tersebut terjadi, para pelaku UKM perlu melakukan konfirmasi ulang sebelum proses pengiriman agar pihak pengiriman dapat menghindari kerugian waktu yang tidak perlu. Hal ini juga dapat mencegah biaya pengiriman balik yang mungkin dikenakan jika konsumen tidak menerima paket,” katanya, Jumat (3/11/2023).

Kedua, melakukan pemeriksaan riwayat pembeli agar tidak terjadi pembatalan sepihak. Okey mengungkapkan bahwa masih ada konsumen yang belum mengerti prosedur COD yang mengharuskan pembayaran barang sebelum paket dibuka. “Terkadang, konsumen membuka paket sebelum membayar kemudian mengajukan komplain jika barang tidak sesuai. Namun, dalam beberapa kasus, konsumen memang membuka paket sebelum membayar dan menolak menerima pesanan tersebut,” ucapnya.

Selain itu, tambah Oky, metode COD memungkinkan pembelian tanpa konfirmasi, sehingga beberapa orang ‘tanpa sengaja’ bisa melakukan pembelian dan akhirnya menolak menerima pesanan mereka. Dengan memeriksa riwayat pembeli, penjual dapat lebih mengenal karakteristik konsumen dan dapat membantu menghindari kerugian yang tidak perlu.

Ketiga, melakukan pembatasan penggunaan COD di daerah spesifik. Menurutnya, masih ada beberapa wilayah yang mungkin menghadapi tantangan dalam menyediakan layanan COD, karena kendala aksesibilitas dan terbatasnya tenaga kerja. “Adapun daerah dengan akses yang sulit dapat meningkatkan risiko tidak sampainya produk, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian bagi bisnis. Dengan membatasi penggunaan COD di daerah-daerah tertentu, penjual dapat meminimalkan risiko dan memastikan pengalaman pelanggan yang lebih aman dan efisien,” ucapnya.

Keempat, menyediakan dana cadangan untuk menjaga cash flow dalam bisnis. Karena metode pembayaran COD memberikan kesempatan bagi para konsumen untuk membayar setelah paket diterima, sehingga para pelaku UKM perlu menunggu untuk uang tersebut dikirimkan oleh jasa pengiriman ke pelaku bisnis UKM. “Ini penting untuk memiliki dana cadangan yang cukup. Dana cadangan itu untuk mengatasi keterlambatan pembayaran dan menjaga kelancaran keuangan bisnis,” ungkapnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved