Ketika Covid-19 masih mengganas, Afan Aftory mendapat kepercayaan besar. Kelahiran Jakarta, 19 Juni 1976, ini diangkat menjadi CFO PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) pada 1 September 2021.

Sebagai CFO, Afan pun diserahi tiga tugas utama. Pertama, mengelola semua sumber daya perusahaan untuk meningkatkan corporate dan shareholder value. Kedua, meningkatkan kinerja keuangan melalui berbagai optimalisasi dan inovasi (breakthrough). Ketiga, menyelesaikan klaim keterlambatan pembangunan pembangunan 23 kapal harbour tug.

Dengan tugas seperti itu, Afan pun menetapkan dua pilar sebagai fondasi untuk meraihnya, yakni meningkatkan revenue dan melakukan optimasi biaya.

Menyelesaikan tugas yang diembankan dengan dua pilar ini tidaklah mudah. Sejumlah tantangan signifikan menghadangnya, terutama dampak Covid-19. Di antaranya, penurunan aktivitas pendanaan dari perbankan dan keterlambatan pengiriman kapal akibat pandemi, yang berdampak pada pendapatan perusahaan.

Selain tantangan eksternal akibat pandemi, Afan juga harus menghadapi tantangan internal. Pada 2021, terjadi restrukturisasi besar Pertamina yang berdampak pada seluruh anak dan cucu usahanya, termasuk PTK yang merupakan anak usaha PT Pertamina International Shipping. PTK dimasukkan dalam subholding Integrated Marine and Logistic. Afan mesti mengelola karyawan yang digabungkan dalam struktur organisasi PTK.

Dalam kondisi demikian, dia pun mencoba membuat terobosan. Untuk peningkatan revenue, dia mengimplementasikan program monetisasi aset, khususnya yang belum dimonetisasi atau belum mencapai potensi komersial penuh. Tujuannya: membantu perusahaan mengantongi sumber pendapatan tambahan.

Kemudian, dalam optimasi biaya, dibuat langkah-langkah strategis. Di antaranya, Bundling Online Useful System (Bonus). Dia mengganti kegiatan rekonsiliasi berita acara penyerahan jasa dengan Bonus.

Selanjutnya, melakukan digitalisasi proses. Afan mengimplementasikan digitalisasi dalam berbagai aspek, termasuk penyusunan kontrak, pengelolaan SDM alih daya, dan pengambilan keputusan melalui dashboard eksekutif. Hasilnya: efisiensi operasional perusahaan meningkat.

Dengan berbagai langkah strategis dan inovatif, beberapa pencapaian positif pun berhasil diraih. Antara lain, peningkatan cash flow. Afan berhasil memperbaiki arus kas dengan mengurangi periode penagihan piutang dari 72 hari menjadi 35 hari.

Lalu, penyelesaian dispute. Dia sukses menyelesaikan sengketa sekitar Rp 800 miliar terkait keterlambatan pembangunan kapal dengan empat galangan, melalui tindakan hukum dan negosiasi.

Berikutnya, monetisasi aset. Perusahaan berhasil melakukan monetisasi sebagian besar aset properti seperti gedung, gudang, dan tanah. Juga berhasil mendapat hak pengelolaan baru atas lahan Kabil, Batam, seluas 40 hektare selama 30 tahun + 20 tahun. “Ini potensi besar revenue perusahaan di masa depan,” ujarnya.

Dan, yang penting ialah sepanjang 2022, PTK mengantongi laba bersih Rp 733,03 miliar, naik 38,17% dari tahun 2021 (Rp 530,54 miliar). Ini laba bersih terbesar sepanjang PTK beroperasi. Pendapatan laba bersih tersebut didapatkan dari tiga segmen bisnis utama: marine services (54,39%), shipping activities (39,02%), dan logistics services (6,59%). Untuk EBITDA 2022, PTK meraih Rp 1,69 triliun atau naik 52,27% YoY dari tahun sebelumnya.

Dengan hasil yang positif ini, ke depannya, Afan punya target pribadi. Dalam konteks perusahaan, dia ingin revenue PTK tumbuh mencapai Rp 11,6 triliun pada tahun 2026 dengan laba bersih Rp 1,7 triliun. “Untuk itu, continous improvement, collaborating breakthrough, dan accelerating performance perlu dilakukan di semua bidang,” katanya.

Secara personal, dia juga menetapkan target mampu berkontribusi lebih besar untuk perusahaan, di mana pun tugas diberikan, sekaligus membangun leader-leader baru. “Bagi saya, setiap penugasan adalah valuable journey yang memberikan learning curve yang sangat berharga di masa mendatang,” kata Afan penuh arti. (*)

Teguh S. Pambudi dan Anastasia AS

www.swa.co.id