Management Trends

Tips Bangun Mindset Pebisnis di Era New Creator Economy

Pandemi telah menyebabkan para penjual mengubah cara berbisnis mereka. Penjual yang sebelumnya mengandalkan model bisnis konvensional, kini harus beralih ke ranah jualan online. Perubahan ini bukan sekadar pergeseran, tetapi sebuah percepatan dan akselerasi besar dalam dunia bisnis digital. Selain perubahan teknologi dan platform, para penjual juga perlu berevolusi dalam pola pikir mereka.

Digital expert sekaligus CEO & Pendiri Tribelio.com Denny Santoso menyoroti pentingnya perubahan mindset di tengah peralihan era digital. Denny menyebut bahwa era bisnis terbagi ke dalam dua bagian, yakni era Old Economy Mindset dan New Creator Economy.

Era Old Economy Mindset menekankan produk sebagai fokus utama dan hanya mengandalkan untuk membuka toko dan menunggu pembeli datang. Sementara, era New Creator Economy lebih berfokus pada cara mendapatkan perhatian dan kesadaran dari target pasar.

Menurutnya, penjual yang mengandalkan model bisnis konvensional sering kali tidak mempertimbangkan strategi untuk menarik traffic pelanggan. Hal ini karena mereka yakin bahwa peran mereka hanyalah sebagai penjual yang beroperasi di bawah naungan mal atau pasar yang harus bertanggung jawab atas ramainya pengunjung.

Namun, dalam ekosistem perdagangan online, baik melalui media sosial maupun platform e-commerce, penjual harus menjadi penggerak utama dalam mendatangkan traffic pelanggan. “Oleh karena itu, penjual harus aktif dalam menciptakan konten, membangun jaringan sosial, dan berinteraksi dengan audiens mereka,” ujar Denny dalam acara Lazada Seller Conference: Level Up 2023.

Dalam sesi talkshow berjudul “Siap Menang di Era Pasar Digital 2024!”, Denny pun membagikan rahasia sukses dan membangun mindset penjual online di era New Creator Economy.

1. Hindari Chicken MindsetChicken mindset adalah pola pikir yang membuatmu tahu apa yang harus dilakukan, namun sering kali terhambat oleh berbagai alasan. Denny mengatakan, untuk mencapai kesuksesan, langkah pertama yang harus diambil adalah memulai tindakan.

Seorang pebisnis harus berani mengambil risiko dan tidak takut gagal. Chicken Mindset yang sering kali menghambat kesuksesan adalah sikap orang yang ingin sukses, tapi lebih banyak mengeluh dan selalu mencari alasan untuk tidak bertindak. “Kuncinya adalah hadapi hambatan dan tidak menyerah pada pola pikir yang salah,” katanya.

2. Rajin dan konsisten membuat kontenKonsistensi dalam menciptakan konten berkualitas adalah kunci sukses di era New Creator Economy. Penjual online harus konsisten dalam menciptakan konten untuk menarik calon pelanggan, sama seperti toko offline yang harus buka setiap hari. Live streaming adalah salah satu cara efektif untuk mendatangkan traffic ke toko online.

Penjual online dapat membagikannya di berbagai platform untuk meningkatkan visibilitas produk mereka. Konten yang diproduksi harus lebih dari sekadar iklan produk dan harga. Penjual perlu menciptakan sebuah cerita yang menghubungkan pelanggan dengan produk. “Di era New Creator Economy, konsisten dalam pembuatan konten adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan loyalitas pelanggan,” tutur Denny.

3. Boost traffic dengan promosi dan iklan berbayarUntuk meningkatkan penjualan, Denny menekankan pentingnya menggunakan berbagai strategi promosi. Bisnis konvensional mengandalkan traffic dengan membagikan brosur. Bisnis online dapat menjangkau audiens yang lebih luas, dengan menggunakan iklan, e-mail, dan media sosial.

Denny juga menyarankan untuk menetapkan target yang lebih tinggi, seperti menjangkau audiens sepuluh kali lipat dari sebelumnya. “Cobalah berbagai strategi iklan, termasuk konten video, untuk menarik perhatian. Setelah mendapatkan tanggapan positif, penjual dapat meningkatkan visibilitas video dengan fitur ads (iklan berbayar). Jangan ragu untuk menggunakan iklan agar dapat menarik lebih banyak calon pembeli,” sarannya.

4. Terapkan mindset TOTE (Test – Operate – Test – Exit)Denny juga menjelaskan tentang pentingnya menerapkan mindset TOTE (Test – Operate – Test – Exit) dengan analogi yang menarik, “Bayangkan seperti menyesuaikan suhu air shower saat mandi. Jika pertama kali Anda mencoba dan airnya terlalu panas atau terlalu dingin, Anda tidak langsung menyerah, bukan? Sama halnya dengan iklan berbayar, jangan terlalu cepat merasa gagal. Cobalah dan terus berulang,” jelasnya.

Tanpa TOTE, penjual mungkin akan merasa tidak efektif dan berpikir bahwa iklan berbayar tidak memberikan hasil. Padahal, mungkin saja penjual belum mencoba semua cara yang tepat. “Jika merasa gagal, ingatlah bahwa kegagalan hanya terjadi pada proses, bukan pada diri Anda. Temukan konten yang memenangkan hati target pasar Anda dan jangan menyerah terlalu cepat,” kata Denny.

5. Penghitungan Customer Acquisition Cost dan Average Order ValueDenny Santoso juga mengajak para penjual online untuk memahami pentingnya menganalisa Customer Acquisition Cost (CAC) dan Average Order Value (AOV). Singkatnya, hitung biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan satu pelanggan, termasuk biaya iklan, endorse, dan partnership (CAC), serta dan hitung rata-rata pembelian per satu pelanggan (AOV). Perhitungan CAC dan AOV ini dilakukan untuk mengukur efektivitas kampanye Anda.

Sebagai tips tambahan, membuat paket bundling produk untuk meningkatkan margin keuntungan bisa dipertimbangkan. Pikirkan kira-kira apa yang mungkin dibutuhkan oleh pelanggan setelah membeli produk. Tambahkan produk yang dapat meningkatkan keuntungan tanpa mengorbankan modal yang besar dan terlihat bernilai, tapi harganya murah, sehingga pelanggan melihat bahwa mereka mendapatkan lebih banyak daripada yang mereka bayar. Serta manfaatkan harga bonus komunitas dan pesan grup untuk membangun koneksi yang lebih kuat dengan pelanggan.

Sandra Puspita Dewi, Head of Seller Engagement Lazada Indonesia mengaku Lazada tak pernah bosan menyediakan wadah bagi penjual untuk berbagi pengetahuan, terutama melalui Lazada Seller Conference. Kisah inspiratif dari motivator seperti Denny Santoso dapat menjadi pendorong utama untuk terus memberikan edukasi dan peluang berjejaring bagi penjual.

“Lazada akan terus berkomitmen membantu penjual mencapai kesuksesan di era digital. Kami hadir di Indonesia tak hanya sebagai platform e-commerce, tetapi juga menjadi platform bagi penjual untuk belajar, memanfaatkan sumber daya, wawasan data, dan fitur teknologi canggih yang kami miliki untuk terus bertumbuh secara berkelanjutan,” ujar Sandra.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved