Technology

Jurus Sana Mentransformasi Cara Belajar Perusahaan

Jurus Sana Mentransformasi Cara Belajar Perusahaan

Sana menjadi learning platform terkemuka karena kekuatan teknologi dan kualitas user experience-nya. Bagaimana perusahaan rintisan asal Swedia ini memperbarui industri (learning & development market) senilai US$ 30 miliar ini?

Joel Hellermark, Founder & CEO Sana (Foto: hrpeople.se).

It all starts with learning. Learning is the foundation of human progress. A chance to create a better version of ourselves and the world around us.” Demikian penyataan keyakinan Sana, sebuah learning platform untuk organisasi, mengenai pentingnya kegiatan belajar –sebagaimana tertulis di bagian “About Us” di situs web–nya, sanalabs.com.

Misi utama Sana, seperti tertulis di halaman yang sama, adalah “to change the way the world learns”. Untuk menjalankan misinya, manajemen Sana melihat pentingnya menghadirkan fasilitas belajar kelas dunia (a world-class learning).

Dalam kurun tiga tahun terakhir, kiprah startup yang berdiri sejak 2016 ini cukup menonjol. Ketika pandemi Covid-19 menerpa dunia pada 2020, Sana memfasilitasi sekitar 100 ribu perawat untuk mengikuti proses upskilling melalui layanan kursus yang dipersonalisasi dan juga rekomendasi belajar.

Peran Sana pun cukup menonjol ketika ada transisi menuju pola kerja hybrid pada 2021 (work from office + work from home). Sana memudahkan prosesnya dengan menyediakan platform video interaktif Sana Live.

Lalu, ketika dunia makin terpesona dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) –terutama dipicu oleh aplikasi ChatGPT dari OpenAI– pada 2022 Sana juga menyediakan fasilitas berbasis teknologi Generative AI dengan meluncurkan Sana Assistant dan Universal Search, dua fitur yang memungkinkan organisasi mengulik informasi dan pengetahuan yang mereka miliki dengan skala dan kecepatan yang jauh lebih baik.

Sana telah menunjukkan bahwa manusia dan kemanusiaan akan maju bila mau belajar. Dalam sebuah organisasi, aktivitas belajar tentu beranjak dari informasi dan pengetahuan yang dimiliki organisasi. Namun, sudah menjadi rahasia umum, informasi bisnis penting di lingkungan perusahaan sering terpencar-pencar (silos). Sudah begitu, formatnya berbeda-beda. Akibatnya, banyak karyawan yang membutuhkan informasi penting semacam itu susah mengaksesnya. Pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cepat sering menjadi tertunda cukup lama karena butuh waktu untuk mencari informasi penting tersebut.

Permasalahan klasik seperti itu ditangkap oleh Joel Hellermark, anak muda kreatif asal Swedia. Dengan melihat latar belakang seperti itu, dia berinisiatif mengembangkan learning platform dengan fasilitas terintegrasi. Pada 2016, platform bernama Sana –mulanya dikenal dengan nama Sana Labs– meluncur resmi ke hadapan publik.

Hellermark, yang besar di Tokyo, Jepang, bisa dibilang seorang anak ajaib (prodigy). Dia mulai aktif melakukan coding (pemrograman) pada usia 13 tahun, dan mendirikan sebuah perusahaan rekomendasi video pada usia 14 tahun. Dia kemudian sempat bekerja di sebuah agensi iklan digital. Di tahun 2016, atau pada usia 19 tahun, Hellermark mendirikan Sana Labs sebagai sebuah lab riset teknologi AI.

Seperti beberapa techpreneur muda top lainnya, Hellermark juga memutuskan tidak kuliah sebagai mahasiswa di perguruan tinggi. Dia lebih memilih mengikuti kursus coding yang diadakan Stanford University untuk publik. Pengalaman belajar di program kursus tersebut tampaknya ikut memengaruhi pengembangan visi di perusahaan rintisannya itu.

Ketika itu, teknologi AI makin populer dan digandrungi kalangan penggemar dan pebisnis teknologi. Hellermark percaya bahwa teknologi AI punya potensi besar untuk mentransformasi kegiatan belajar di lingkungan perusahaan dengan pendekatan yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Hellermark pun meyakini bahwa dengan bantuan AI, orang dapat meningkatkan kualitas belajarnya. Misalnya, untuk mempelajari potensi sinar matahari (solar) yang dapat mendorong pengembangan energi terbarukan.

Dengan kemudahan dalam mengakses informasi/pengetahuan dalam perusahaan dan juga peningkatan kualitas belajar, produktivitas karyawan pun dapat ditingkatkan. Hellermark bahkan membayangkan, bagaimana setiap orang di muka bumi punya semacam peranti belajar polimatik (dapat mempelajari segala hal) yang dapat mengakses semua pengetahuan di dunia, mengajarkan segala hal, dan membantu menyelesaikan setiap urusan.

“Ambisi kami adalah membangun semacam Library of Alexandria berskala internet, di mana lebih dari 1 miliar orang dapat belajar apa pun dan berbagi segala hal yang mereka ketahui,” kata Founder & CEO Sana itu. Keistimewaan platform Sana yaitu mengombinasikan learning management system (LMS) dan knowledge management system (KMS), sistem enterprise search, juga meeting tools dalam satu platform tunggal, yang diperkuat dengan teknologi terkini, khususnya AI.

Hellermark memanfaatkan teknologi AI sebagai engine untuk platform belajar Sana itu. Teknologi AI dipakai untuk menciptakan sebuah indeks informasi perusahaan, sehingga memudahkan karyawan yang membutuhkan informasi yang relevan dan penting untuk mengerjakan tugasnya.

Ilustrasi (Sumber: se.linkedin.com).

Platform ini juga dapat membantu untuk membuat kesimpulan ataupun menerjemahkan suatu informasi penting, membuat konten pelatihan, dan sebagainya. “Sana betul-betul sebuah platform pengetahuan untuk perusahaan,” ujar Hellermark.

Dengan dukungan AI, Sana menyediakan fungsi-fungsi untuk menangkap, mengorganisasi, dan mempersonalisasi pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Fiturnya yang menarik antara lain rekomendasi belajar personal dan asisten penulisan berbasis AI yang secara otomatis (generatif) akan menghasilkan konten.

Teknologi pencarian semantik berbasis AI dari Sana dapat memberdayakan karyawan untuk memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan, dari mana pun di dalam organisasi. Platform ini punya kelebihan menghubungkan dan mengindeks aplikasi/platform lain yang digunakan perusahaan, seperti Slack, Google Workplace, GitHub, Notion, LinkedIn Learning, ataupun Salesforce.

Platform Sana menggunakan sejumlah sistem AI dan Large Language Model (LLM) yang beragam. Antara lain, GPT-4, Whisper, dan Dall-E dari Open AI. Juga ada Claude dari Antrhropic dan PaLM dari Google. Platform Sana akan memilih sistem atau model mana yang akan digunakan, tergantung pada tugas spesifik yang paling sesuai, baik tugas transkripsi (dari ucapan menjadi teks), pembuatan kesimpulan (summarization), maupun penciptaan konten pembelajaran.

Platform Sana berperan semacam antarmuka (interface) antara LLM yang sudah dilisensikan dan informasi serta data perusahaan. Sistem Sana didesain sedemikian rupa, sehingga sistem informasi proprietary milik perusahaan tetap bersifat privat.

Menurut Hellermark, aplikasi Sana dapat menarik informasi di seluruh jenis aplikasi perusahaan –sebagaimana sudah disebutkan contohnya– dan memberikan hasilnya cukup dalam waktu 100 milidetik. “Sana menggunakan model aplikasi yang ringan, karena kami ingin memuat jawaban dalam waktu milisecond,” ujar Hellermark. “Kami perlu memastikan pengguna memperoleh apa yang diinginkan secepat dia mengetikkannya,” tambah pemuda yang kini berusia 26 tahun ini.

Dengan kemampuan menyediakan jawaban-jawaban (generated answers) secara otomatis, Sana bisa menjadi platform end-to-end yang mengurangi periode waktu karyawan dalam menjalani onboarding di perusahaan, meningkatkan efisiensi penjualan, serta mengembangkan dan meretensi talenta terbaik.

Dengan kumpulan peranti AI-nya, Sana seperti bersaing dengan sejumlah startup seperti Glean (platform enterprise search), Typeface ( platform enterprise AI), dan Adept (platform penyedia asisten berbasis AI untuk mengerjakan tugas).

Sana dinilai banyak pihak bukan hanya unggul dari segi kegunaan dan keandalan teknologinya, tapi juga desainnya. Menurut Philip Chopin, Managing Director NEA UK, ketika berlangsung ajang startup di Finlandia, desain dan antarmuka platform Sana memang menonjol di antara produk enterprise AI lainnya.

Swedia, sebagai bagian dari kawasan Skandinavia, menurut Hellermark, memang punya keunggulan unik dalam mendesain fitur user experience. Sebagai contoh, Spotify, platform musik ternama dunia yang diciptakan oleh orang Skandinavia. “Kami ingin membawa etos unggul desain Skandinavia itu pada platform kami,” kata Hellermark, yang pernah masuk dalam daftar “30 Under 30” Majalah Forbes.

Sana memasarkan platform sistem manajemen pembelajaran ini ke kalangan bagian HR perusahaan. Hingga saat ini ada sekitar 200 pelanggan perusahaan dari berbagai bidang yang menggunakan platform Sana. Di antaranya, perusahaan farmasi Merck, perusahaan perlengkapan elektronik Electrolux, perusahaan jasa pembersihan Hemfrid, perusahaan e-health Alan, dan perusahaan fintech Klarna. Di samping itu, juga ada sekitar 300 ribu pengguna individual.

Nilai pasar yang terkait produk dan jasa learning and development di dunia diperkirakan mencapai US$ 30 miliar. Terutama didorong oleh permintaan terhadap peranti/aplikasi belajar yang lebih canggih. Sana diprediksi oleh para pemerhati mempunyai kans untuk menjadi salah satu pemain terkemuka di bidang layanan learning & development ini.

“Ambisi kami adalah membangun semacam Library of Alexandria berskala internet, di mana lebih dari 1 miliar orang dapat belajar apa pun dan berbagi segala hal yang mereka ketahui.”

Joel Hellermark, Founder & CEO Sana

“Para klien ambisius yang kami layani punya misi mengubah dunia,” ujar Hellermark. “Tugas Sana adalah mengakselerasi upaya klien dengan memastikan setiap karyawan mereka dapat mengakses pengetahuan yang tepat di saat yang tepat,” katanya lagi.

Perusahaan e-health bernama Alan merupakan salah satu pelanggan penting Sana. Alan menggunakan platform ini sebagai rumah pengetahuan dan pembelajaran serta peranti produktivitas karyawannya. Menurut Filip Lam, Head of People Growth Alan, pihaknya menggunakan platform Sana untuk kebutuhan onboarding karyawan, pelatihan petugas penjualan dan customer support, serta pengembangan kader-kader pemimpin.

“Kecepatan, transparansi, dan pertumbuhan personal adalah kunci bagi budaya perusahaan Alan,” kata Lam. “Sana adalah satu-satunya provider yang dapat menyediakan tiga hal tersebut,” ujarnya lagi.

Sejak menggunakan Sana, pihaknya dapat memperkuat engagement karyawan dalam hal belajar. “Kami menilai Sana telah mematok standar baru yang diharapkan perusahaan dari sebuah learning platform. Teknologi dan user experience yang mereka tawarkan telah mendongkrak industri ini,” kata Lam.

Kepercayaan pada Sana bukan hanya datang dari pelanggan/klien, tapi juga investor. Menurut JP Sanday, Partner di firma modal ventura bernama Menlo Ventures, Sana punya dua keunggulan penting. Pertama, skalabilitas dan efisiensi penggunaan teknologi AI. Kedua, pengalaman menarik yang disediakan bagi penggunanya.

Pada Mei 2023, dari program ekstensi putaran pendanaan Seri B, Sana berhasil menggaet dana sebesar US$ 28 juta. NEA, perusahaan VC global, memimpin putaran pendanaan tambahan ini, yang diikuti antara lain oleh Workday Ventures. Dengan demikian, Sana berhasil menggaet total funding senilai US$ 80 juta. Berdasarkan raihan dana pada Mei 2023 itu, valuasi Sana mencapai US$ 250 juta.

Philip Chopin, Managing Director NEA UK, mengaku bertemu dengan Hellermark pada ajang Slush di tahun 2022. “Kami langsung tertarik dengan tim, produk, dan misi Sana untuk mengangkat kecerdasan manusia melalui AI,” kata Chopin. NEA akhirnya ikut dalam ekstensi (tambahan) putaran pendanaan Seri B, yang juga diikuti Workday Ventures, yang menyuntikkan dana kolektif senilai US$ 28 juta buat Sana.

Sana kini punya kantor di Stockholm (yang berfungsi sebagai kantor pusat), London, dan New York. Perusahaan rintisan ini berencana menggunakan dana tambahan yang masuk untuk aktivitas pengembangan produk dan memperbesar timnya yang kini beranggotakan 70 orang.

Selain Hellermark, di posisi-posisi kunci kepemimpinan Sana saat ini ada nama-nama seperti: Jon Lexa sebagai President dan Olivia Elf sebagai Director of Operations. Selain itu, dari sisi perwakilan investor ada Scott Sandell dan Philip Chopin, yang bergabung sebagai director dan observer di Dewan Pimpinan Sana (Sana’s Board). (*)

Sekilas Profil Sana

-Nama perusahaan/platform : Sana (sebelumnya dikenal sebagai Sana Labs)

-Situs web : sanalabs.com

-Layanan teknologi : sebagai learning platform yang terintegrasi dan berbasis AI untuk organisasi/perusahaan

-Tahun berdiri : 2016

-Pendiri : Joel Hellermark (asal Swedia, kini 26 tahun)

-Lokasi kantor : Stockholm (kantor pusat), London, dan New York

-Total funding : US$ 80 juta

-Investor penting : Menlo Ventures, EQT Ventures, NEA UK, Workday Ventures

-Valuasi : US$ 250 juta (berdasarkan pendanaan Mei 2023)

-Jumlah klien/pelanggan : sekitar 200 pelanggan enterprise

-Eksekutif kunci : Joel Hellermark (CEO), John Lexa (President), Olivia Elf (Director of Operations)

Keunggulan Sana di Mata Investor Penting

Philip Chopin, Managing Director NEA (perusahaan investasi asal Inggris), menceritakan, sebelum memutuskan menjadi investor Sana, pihaknya melakukan referencecalls dengan sejumlah pelanggan/klien Sana. Dari pencarian informasi tersebut, Chopin menemukan sejumlah alasan mengapa platform Sana menonjol.

Pertama, Sana inovatif. Contohnya, Sana menciptakan media baru untuk menangkap konten, yakni dengan kartu-kartu, yang bersifat modular dan serbaguna. Kartu-kartu ini membantu membangun kolaborasi dan keterikatan dalam membangun konten, dengan mekanisme polling, tanya jawab (Q&A), dan refleksi. Ini berbeda dengan LMS pada umumnya yang menggunakan video statik dan rutin, slide Powerpoint, ataupun survei.

Kedua, Sana menggunakan teknologi Generative AI. Di antaranya, dengan menciptakan AI assistant yang dapat menuliskan konten LMS untuk organisasi. Dengan kemampuan generatif, platform ini juga dapat membuat modul belajar dengan beberapa klik saja, sehingga bisa menghemat banyak waktu.

Ketiga, Sana bersifat dinamis dan personalized. Konten untuk tiap karyawan bersifat personal dan relevan, berdasarkan pada peran dan jenis permission si karyawan. Kebanyakan aplikasi LMS lain sulit menyediakan personalisasi seperti ini.

Keempat, desain platform Sana bersifat estetik. Dengan akar tradisi desain kawasan Skandinavia yang kuat, desain antarmuka (interface) platform Sana terlihat bersih (clean), menarik, sekaligus intuitif. Ini juga yang membuat pengguna merasa senang menggunakannya. (*)

Joko Sugiarsono

Periset bahan: Armiadi M. (dari berbagai sumber)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved