Trends Economic Issues

Banyak Tol, Tapi Kenapa Biaya Logistik di Indonesia Masih Tinggi?

Jalan tol Cisumdawu.

Pembangunan jalan tol di era pemerintahan sekarang begitu masif. Sejak Oktober 2014 hingga Agustus 2023, panjang jalan tol yang beroperasi mencapai 1.713,83 km. Pemerintahan saat ini memang getol membangun jalan dengan pendanaan anggaran mencapai Rp489,31 triliun (Renstra Kementerian PUPR 2015-2023). Pendanaan ini adalah untuk preservasi jalan, jembatan, peningkatan kapasitas jalan, dan pembangunan jalan tol.

Meski rajin membangun jalan tol, namun biata logistik di Indonesia belum turun signifikan. Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) biaya logistik di Indonesia pada 2023 mencapai 14,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk sama dengan negara maju, biaya logistik sekitar 8% dari PDB. Dalam Logistics Performance Index (LPI) World Bank, Indonesia memiliki skor total 3,0 atau berada di peringkat 61. Nilai ini menurun dibandingkan LPI 2018 (skor 3,15 atau peringkat 46).

Nilai LPI tersebut masih di atas rata-rata negara berpenghasilan menengah yakni 2,54. Namun jika dibandingkan dengan negara Asia lain seperti China (skor 3,7 atau peringkat 19) dan India (skor 3,4 atau peringkat 47), serta negara-negara ASEAN seperti Singapura (skor 4,14 atau peringkat 1), Malaysia (skor 3,43 atau peringkat 32), dan Thailand (skor 3,26 atau peringkat 45) kinerja logistik Indonesia masih di bawah.

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Antar Institusi Internasional Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Adhitya Sari menjelaskan bahwa adanya penambahan ketersediaan infrastruktur transportasi mempercepat proses distribusi, namun biaya tetap tinggi. Menurutnya, transportasi logistik di Indonesia masih didominasi oleh angkutan darat yang merupakan moda angkutan yang mahal, ditinjau dari daya angkut per ton kilometernya.

“Untuk itu pada tahun 2024 ini, kami mendorong pemerintah untuk mulai memfokuskan mengembangkan transportasi logistik yang masif daya angkutnya, yaitu jenis moda kereta api di Pulau Jawa dan Sumatra, serta angkutan laut dengan konsep Roro,” ungkapnya.

Adit menilai, adanya pembangunan jalan tol yang begitu juga masih belum mampu menurunkan ongkos logistik dengan signifikan. Ini dikarenakan biaya jalan tol yang mahal bagi angkutan logistik seperti truk.

“Tol murah untuk angkutan pribadi, untuk truk itu mahal. Akibatnya truk-truk itu masih menggunakan jalur Pantura atau jalan-jalan yang non bayar. Tingginya biaya tol mengakibatkan penggunaan tol tidak maksimal oleh pengusaha truk. Padahal adanya tol itu bisa mempercepat jarak tempuh,” ucapnya.

Adit mencontohkan, jalan tol Jakarta–Surabaya mengurangi waktu tempuh dari sekitar 20 jam menjadi sekitar 15 jam. Namun truk tetap menggunakan jalur Pantura untuk menghemat biaya, terutama karena biaya tol untuk jenis kendaraan logistik cukup mahal atau berkisar antara 20% terhadap tarif transportnya.

Mengenai pengembangan angkutan yang memiliki long haul daya angkutnya, seperti kereta api dan angkutan laut berkonsep roro, ALI kedua moda transportasi ini belum dimaksimalkan potensinya.

Pada tahun 2023, kereta api hanya berkontribusi 2% dari total transportasi darat, padahal memiliki potensi mengurangi biaya transportasi darat karena masif daya angkutnya serta dapat mengurangi kepadatan jalur Pantura. Sementara Angkutan Laut domestik sebagian besar adalah containerized dengan pilihan shipping lines yang terbatas, sehingga menyebabkan biaya tinggi dan fluktuatif.

Pada tahun 2023 harga angkutan laut sedikit turun namun masih di atas harga tahun 2019. Fluktuasi harga pelayaran yang tinggi menyebabkan ketidakpastian dalam rantai pasok (supply chain).

“Dibutuhkan investasi untuk meningkatkan kapasitas, baik untuk pembukaan jalur kereta baru atau pembangunan double track. Untuk laut, diperlukan peningkatan penggunaan kapal roro sebagai pengiriman antar pulau dalam rangka mengurangi biaya dan meningkatkan kepastian pengiriman dan rantai pasokan. Angkutan roro dapat dijadikan alternatif namun dibutuhkan revisi regulasi pelayaran dan penyeberangan yang berbenturan antara dua Direktorat Jenderal Angkutan Laut dan Darat (Penyeberangan),” katanya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved