Capital Market & Investment

Pasar Kripto Kembali Menghijau, Potensi Rally Terbuka

Ilustrasi mata uang kripto bitcoin (BTC). (sumber: Pixabay)

Pasar kripto kembali menghijau setelah sempat terkoreksi pasca Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,5%, Kamis dini hari WIB. Harga Bitcoin dalam rentang waktu 24 jam naik lebih dari 2% ke level US$43.000 kemarin.

Sebelumnya, pasar kripto terpantau melemah setelah putusan tersebut. Melansir CoinMarketCap, pada pukul 02:00 WIB setelah keputusan The Fed, Bitcoin terkoreksi 2,4% dari US$43.495 ke US$42.451 atau setara Rp669,4 juta (kurs Rp15.769) tiga jam pasca pengumuman tersebut. Kemudian Ethereum juga melemah 2,48% ke Rp35,9 juta dan Solana turun 3,96% ke level Rp1,5 juta pada rentang waktu yang sama.

Merespons kondisi tersebut Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, dipertahankannya suku bunga The Fed senada dengan perkiraan para pelaku pasar sejak Desember lalu. “Namun yang membuatnya berbeda adalah adanya kekhawatiran lebih dari para investor terhadap situasi pasar uang AS dan inflasi yang lebih tinggi.

“Tetapi secara umum, mayoritas ekonom dan analis sepakat bahwa The Fed kemungkinan akan mulai mengambil kebijakan penurunan suku bunga pada tahun ini,” ujar Fahmi, Jumat (02/02/1014).

Selanjutnya Fahmi mengungkapkan, pasar kripto cenderung terkoreksi pasca disetujuinya ETF Bitcoin Spot. Hal ini disebabkan oleh adanya aksi profit taking dan penjualan instrumen Grayscale Bitcoin Trust (GBTC), salah satu produk Bitcoin ETF Spot.

ETF tersebut tercatat memiliki jumlah aset kelolaan sebesar 523,5 ribu Bitcoin pada 24 Januari yang kemudian pada hari ini menurut data Coinglass, turun menjadi 487 ribu Bitcoin. Artinya, telah terjadi penjualan atau penarikan sebesar 36,5 ribu Bitcoin atau setara sekitar Rp 24,17 triliun dalam satu minggu terakhir pada instrumen GBTC.

“Meskipun tekanan jual dari instrumen ETF ini masih relatif tinggi, namun angka tersebut sebenarnya sudah jauh lebih kecil dibandingkan satu minggu sebelumnya. Jumlah aset kelolaan GBTC turun 68,5 ribu Bitcoin dalam sepekan,” kata Fahmi.

Fahmi melanjutkan, apabila stabilitas pasar kripto semakin membaik, terdapat kemungkinan pasar akan memulai kembali reli yang akan berpotensi menembus area harga tertinggi pada reli sebelumnya di US$48.000 yang terjadi pada 11 Januari 2024 lalu. “Potensi ini menjadi momentum positif bagi pasar kripto secara keseluruhan menjelang Bitcoin halving pada April mendatang, yang biasanya akan diikuti dengan fase konsolidasi selama beberapa minggu atau bahkan bulan,” kata Fahmi.

Fahmi menilai hampir seluruh ekosistem, sektor, dan niche altcoin juga memiliki potensi yang kurang lebih sama untuk menghijau. Mulai dari sektor finansial, layer 1, dan ekosistem lainnya berpeluang untuk terapresiasi apabila Bitcoin dapat menembus area US$48.000. Untuk merespon potensi ini, Reku juga telah me-listing koin-koin baru setiap minggunya untuk memperluas pilihan pengguna dalam mempertimbangkan strategi diversifikasinya,” tambahnya.

“Setiap aset memiliki fungsi, fundamental, dan tingkat volatilitas yang berbeda. Ada aset kripto yang cocok dimanfaatkan untuk berinvestasi jangka panjang maupun jangka pendek. Tentunya, tetap perlu disesuaikan dengan tujuan dan strategi investasi masing-masing individu,” kata Fahmi.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved