Business Research

Setelah Inflasi, Pemimpin Bisnis Khawatir Risiko Siber dan Digital

Setelah Inflasi, Pemimpin Bisnis Khawatir Risiko Siber dan Digital

Risiko teknologi siber dan digital menjadi kekhawatiran utama bagi pemimpin bisnis pada tahun 2023, meskipun menurut PwC Global Risk Survey 2023, 60% dari mereka melihat GenAI sebagai peluang bagi bisnis. Lebih dari 3.900 pemimpin, mulai dari dewan direksi dan c-suite di banyak bidang pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 39% responden merasa khawatir risiko inflasi, risiko siber sebesar 37%, disusul konflik geopolitik di posisi ketiga sebesar 33%.

Respons sedikit berbeda diberikan oleh responden di Indonesia, di mana tiga ancaman terbesar pada tahun 2023 adalah inflasi sebesar 30%, risiko siber sebesar 25%, serta risiko kesehatan dan perubahan iklim masing-masing sebesar 22%. Persentase ini menunjukkan bahwa responden Indonesia juga terpapar risiko perubahan iklim.

Risk Assurance and Sustainability Leader PwC Indonesia Yuliana Sudjonno mengatakan, perusahaan harus mulai mengumpulkan data sejak dini serta memanfaatkan kekuatan teknologi untuk meningkatkan penerapan manajemen risiko yang efektif. Selain itu, kesadaran risiko yang kuat di setiap lini organisasi serta kemampuan multidisiplin yang beragam akan sangat penting untuk mengubah risiko menjadi faktor pendukung perubahan, pertumbuhan, dan ketahanan.

“Survei ini juga menemukan bahwa seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang beralih ke teknologi terbaru dan sedang berkembang seperti GenAI, machine learning, otomatisasi, keamanan siber, dan cloud untuk mentransformasi sistem mereka. Hal ini juga turut memainkan peran penting dalam membentuk eksposur organisasi terhadap risiko,” ujarnya, Selasa (5/3/2024).

Global and UK Head of Risk Services PwC UK Sam Samaratunga menjelaskan di dunia yang terus-menerus berada dalam kondisi yang dinamis, organisasi perlu melakukan transformasi dengan teknologi baru. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika risiko siber dan digital menjadi perhatian utama pada tahun 2023, karena para pebisnis mengelola risiko ini dan menempatkan risiko siber lebih tinggi dibandingkan inflasi.

“Namun, survei ini menyoroti bahwa jika organisasi tidak mengambil risiko, maka mereka tidak akan mengalami kemajuan. Jadi, jika organisasi ingin bertumbuh, membangun ketahanan, dan mencapai hasil jangka panjang yang berkelanjutan, mereka harus mengambil risiko dengan pendekatan proaktif terhadap risiko, strategi risiko di seluruh perusahaan, dan keselarasan terhadap risiko antar tim,” ungkapnya.

Perubahan teknologi mengubah agenda risiko dalam bisnis, dengan 57% responden menyatakan bahwa persiapan investasi teknologi dari cloud ke teknologi baru seperti GenAI, merupakan pemicu terbesar bagi sebuah organisasi untuk meninjau lanskap risikonya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan organisasi yang melakukan tinjauan dari risiko atas insiden sebelumnya (50%) atau karena memasuki pasar baru (46%).

Technology disruptors, mereka yang lebih fokus pada penciptaan nilai dibandingkan perlindungan nilai, juga lebih cenderung dilihat sebagai peluang dibandingkan risiko. Misalnya, 60% responden melihat GenAI sebagai peluang, dibandingkan dengan hanya 35% responden yang melihat perubahan peraturan, atau 28% responden yang melihat gangguan rantai pasokan sebagai sebuah peluang.

Perubahan perspektif juga terjadi di Indonesia ketika 69% responden menyetujui investasi teknologi, terutama ketersediaan fasilitas seperti imigrasi cloud, teknologi baru, dan infrastruktur data. Berikutnya, 64% responden percaya bahwa pengembangan strategi organisasi akan membantu mengatasi risiko ini. 50% responden lainnya melihat kemungkinan untuk ekspansi ke pasar yang baru sebagai peluang yang bisa diambil.

Sam mengaku, meski terdapat ambisi yang jelas di antara sebagian besar organisasi untuk mengambil pendekatan risiko yang lebih berbasis teknologi, terdapat kesenjangan yang jelas dalam kemampuan dan pelaksanaannya. “Selain itu, banyak dari mereka yang berada pada tahap awal dan pengembangan teknologi atau data, hanya 14% yang mengeksplorasi atau baru mulai menggunakan teknologi dan data untuk manajemen risiko,” ujarnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved