GCG Companies

Pupuk Kaltim, Kelincahan Bisnis Bertopangkan GCG

Pupuk Kaltim, Kelincahan Bisnis Bertopangkan GCG
Budi Wahju Soesilo, Direktur Utama PKT

Menutup tahun 2022, manajemen PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) tersenyum cerah. Maklum, BUMN ini mencatat kinerja terbaik dalam sejarahnya. Dibandingkan tahun sebelumnya, pendapatannya Rp 36,94 triliun, meningkat 46%, dan laba bersihnya Rp 14,59 triliun, naik 137%. Adapun EBITDA mencapai Rp 20,3 triliun.

Budi Wahju Soesilo, Direktur Utama PKT, menjelaskan bahwa kinerja ini tak lepas dari efektivitas operasional. PKT berada pada posisi ke-4 global untuk biaya produksi amonia. Sementara di bidang non-keuangan, mereka mendapat skor 717 dalam Baldrige Excellent Framework, mencerminkan peringkat industry leader.

Sangat wajar manajemen PKT gembira. Tuntutan bagi perusahaan ini tidaklah kecil. Di jagat pupuk global, mereka pemain penting. Berbasis di Bontang, perusahaan ini merupakan produsen urea, amonia, serta NPK terbesar di Asia Tenggara dan menduduki peringkat ketiga produksi amonia dan keenam untuk urea di Asia Pasifik dan Timur Tengah.

Dan bagi Indonesia, PKT memainkan peran vital: memenuhi 60% kebutuhan amonia dan 29% urea di pasar domestik, serta berkontribusi 35% pada ekspor amonia dan 67% pada ekspor urea nasional.

Dengan signifikannya peran tersebut, PKT memang dituntut selalu tangkas, alias lincah bergerak (agile) menghadapi tantangan internal dan eksternal. Menurut Budi, tantangan eksternal meliputi volatilitas harga komoditas, efektivitas pertanian, keterbatasan pasokan, dan keberlanjutan lingkungan. Adapun tantangan internal antara lain mengelola generasi kerja yang beragam dan keandalan aset.

Untuk mengatasi tantangan ini, PKT mengimplementasikan “Strategy House PKT” yang terdiri dari tiga pilar. Pertama, global cost leader: mempertahankan performa perusahaan dan meningkatkan keunggulan. Kedua, fertilizer scale up: memperkuat bisnis amonia dan urea serta menambah kapasitas melalui merger, akuisisi, dan kemitraan. Ketiga, value added downstream: mengembangkan portofolio industri kimia untuk bisnis amonia hijau dan biru.

Yang menarik, dalam menjalankan seluruh strategi tersebut, PKT menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sebagai inti strategi bisnisnya. Selain membangun sistem pengendalian kecurangan dan Fraud Control System serta menandatangani piagam pakta integritas dan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara oleh karyawan, penerapan GCG di PKT juga mencakup evaluasi berkala yang dilakukan asesor independen, yang menjamin seluruh praktik bisnis tetap sesuai dengan standar tertinggi.

Dalam konteks penerapan GCG, Budi menjelaskan, perusahaannya telah menerapkan strategi manajemen risiko terintegrasi yang mencakup seluruh aspek proses bisnis. Mengadopsi ISO 31000 (Manajemen Risiko) sebagai standar utama, mereka fokus pada pengelolaan risiko yang efektif dan sistem peringatan dini. Melalui penerapan Risk Control Self Assessment, mereka telah mengidentifikasi lebih dari 1.000 risiko, mendukung perencanaan contingency dan ketahanan bisnis, juga menerapkan Loss Event Management dan Business Continuity Management untuk mengatasi potensi kehilangan dan memastikan kelanjutan operasi bisnis.

PKT juga telah mengembangkan berbagai sistem informasi untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan Governance, Risk, and Compliance (GRC). Sistem ini termasuk Sistem Informasi Manajemen Risiko, Integrated Risk Document & Monitoring, Sistem Informasi Online Kepatuhan, dan Sistem Informasi Aplikasi Penilaian GCG. Selain itu, disediakan Pelaporan Gratifikasi Online dan Sistem Informasi Manajemen Risiko Individu, serta Portal GRC yang berfungsi sebagai pusat informasi untuk semua stakeholder terkait implementasi GRC di PKT.

“Hampir seluruh sistem GRC ini telah mendapatkan hak kekayaan intelektual dan meraih penghargaan dengan capaian tertinggi di tingkat nasional maupun internasional,” ungkap Budi. Untuk mendukung ketangkasan ini, PKT telah melakukan transformasi digital yang signifikan, menerapkan lebih dari 85 aplikasi yang menopang berbagai aspek bisnis.

Hasil yang dipetik dari strategi ini tidaklah mengecewakan. PKT berhasil dalam Governance Risk Compliance (GRC) dan manajemen risiko, mendapat nilai 95,54 dalam SK Sekretaris Menteri BUMN. Adapun untuk CGPI 2022 meraih skor 88,37 (Sangat Terpercaya).

Komitmen PKT terhadap transparansi dan akuntabilitas semakin ditegaskan dengan kepatuhan mereka terhadap 100% pelaporan LHKPN. Selama lima tahun terakhir, BUMN ini juga telah menerima 52 penghargaan nasional, 29 penghargaan internasional, 33 hak cipta, dan 21 paten, serta mempertahankan Proper Emas secara berturut-turut sejak 2017.

Diyakini, selain efektivitas operasional, penerapan GCG di atas menjadi pendukung tangkasnya PKT sehingga bisa mencetak kinerja bisnis yang tinggi. Catatan yang perlu dikedepankan, BUMN ini juga menerapkan nilai-nilai keberlanjutan sesuai dengan konsep ESG (Environmental, Social, Governance) di seluruh proses bisnisnya.

Contohnya, mengintegrasikan Program Makmur dengan integrated eco farm, mendorong solusi pertanian dari Kementerian BUMN dan Pupuk Indonesia. “Target kami, produktivitas petani meningkat lebih dari 40% melalui program ini, dan kami telah menyalurkan sekitar Rp 64,3 miliar di 2022,” kata Budi.

Dalam upaya ESG, PKT berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan produktivitas petani, dan kepemimpinan berintegritas. Mereka memperoleh skor 21,3 dari Sustainalytics, menunjukkan risiko medium, mencerminkan komitmen berkelanjutan mereka untuk mengurangi dampak lingkungan. Inisiatif PKT di bidang ini di antaranya penggunaan biomassa, pemakaian kendaraan listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, konservasi terumbu karang, penghijauan, dan pemberdayaan komunitas. (*)

Teguh S. Pambudi dan Vina Anggita


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved