~~

Sebelum didapuk menjadi Co-CEO Zalora Indonesia, Hadi Wenas pernah berkarier sebagai programmer di kantor pusat Oracle, di Bay Area, Amerika Serikat, selama tiga tahun, dan menjadi konsultan manajemen di McKinsey Consulting Company di Indonesia selama tujuh tahun sejak 2005, saat ia memutuskan kembali ke Indonesia. Selulus S-1 Ilmu Komputer dan Mechanical Engineering University of Wisconsin Madison, AS, tahun 2002, Hadi langsung bergabung dengan Oracle sambil melanjutkan kuliah S-2 Ilmu Komputer Stanford University hingga 2004.

Orang tua Hadi memang ingin ia bekerja di AS, tetapi idealisme dan nasionalismenya membawa dirinya kembali ke Indonesia tahun 2005. Pada 2012 Hadi menerima tawaran Catherine, seorang temannya saat bekerja di McKinsey untuk mendirikan Zalora. Diakuinya, cukup berat saat ia harus mengambil keputusan menjadi entrepreneur mengingat posisinya di McKinsey saat itu sudah cukup mapan di level manajer senior. Namun, ia merasa tidak ingin menunda lagi kesempatan untuk memulai jadi wirausaha. Apalagi saat itu, perusahaan asal Jerman yang berpengalaman di bidang bisnis online, Rocket Internet, siap berinvestasi dalam bisnis online ini, ditambah lagi Hadi telah terbiasa bekerja dengan Catherine sebelumnya di McKinsey.

Persiapan mendirikan Zalora terbilang singkat, hanya 2-3 bulan. Zalora resmi mulai berjalan pada 24 Februari 2012 dengan hanya tujuh karyawan. Zalora memang baru ada di Asia dan telah eksis di tiap negara dengan kantor regional di Singapura. Kini jumlah karyawan Zalora telah mencapai 150 orang.

Hadi dan Catherine memiliki harapan Zalora Indonesia dapat menjadi fashion destination ke depan. “Jadi, kalau orang ingin beli baju, atau setelah lihat di televisi dia ingin beli, dia akan cek di Zalora dulu. Kalau di Zalora tidak ada, dia baru ke mal. Kalau sekarang masih kebalikannya, mereka ke mal dulu, kalau tidak ada baru ke Zalora,” ujar Hadi.

Ria Efriani Pratiwi