Profile

Junita Kartikasari, Kuasai Konsumen ASEAN Lewat Kulturnya

Junita Kartikasari, Kuasai Konsumen ASEAN Lewat Kulturnya

Senyum ramah senantiasa terpancar pada paras Junita Kartikasari. Wanita Indonesia satu ini memang boleh berbangga hati sebab karier profesionalnya bisa tembus ke tingkat ASEAN. Ya, saat ini memang Nita, begitu biasanya dia disapa, dipercaya sebagai Senior Communication Manager P & G Region ASEAN.

Bertanggung jawab untuk 21 brand P & G di 5 negara seperti Indonesia, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Malaysia, Nita mengaku sangat antusias. Dara kelahiran Jakarta, 16 Juni 1980 ini melakukan banyak hal baru yang bisa ia pelajari dengan jabatan barunya saat ini.

Lantas apa saja pengalaman yang ia dapat selama menggaungkan nama P & G di lingkup regional? Berikut penuturan pehobi nonton, renang, dan wisata kuliner ini kepada Gustyanita Pratiwi dari SWA Online di sela-sela peluncuran Pantene Berteknologi Keratin Damage Blocker bertempat di Venue Ballroom Pacific Place, Jakarta (08/11/13) :

Junita Kartikasari, Senior Communication Manager P & G Region ASEAN

Junita Kartikasari, Senior Communication Manager P & G Region ASEAN

Bagaimana perjalanan karier Anda selepas studi hingga menapaki karier saat ini?

Saya dulu SMA-nya di US. Kuliah juga sempat di US, tapi pas krisis moneter, saya transfer kredit ke Universitas Pelita Harapan (UPH). Waktu itu saya ambil program studi broadcasting (journalism). Sebelum lulus, saya sudah kerja part time di Lassale Colege International School. Setelah lulus saya pun ambil full time-nya dan bertahan selama 3,5 tahun. Kemudian saya pindah ke L’Oreal untuk pegang haircare. Di sana, posisi saya sebagai Product Manager. Kemudian saya ditawari oleh P & G sebagai Public Relation (PR) Manager untuk Indonesia saat itu.

Apa yang membuat Anda tertarik untuk gabung di P & G?

Yang membuat saya mengiyakan adalah P & G termasuk thebiggest company untuk Fast Moving Consumer Good (FMCG), baik di Amerika maupun dunia. Saya juga tahu visi, misi, serta integritasnya sama dengan apa yang saya punya. So i admire the company. Saya juga tertarik karena PR di P & G itu berbeda dengan PR di perusahaan lain. Di sana lebih strategic thinking. Makanya saya suka terganggu dengan anggapan orang yang menggeneralisasikan modal PR hanya dari tampang dan senyuman. Nah, di P & G, PR-nya di-set lebih lebih strategic.

Pembelajaran apa saja yang bisa Anda petik di posisi Anda saat ini?

Consumer is my boss. Jadi setiap hari saya belajar. Setiap ketemu orang saya belajar. Kemudian saya suka misinya. Karena sangat touching dan improving. Jadi saat kami melakukan sesuatu, kami tidak hanya mengejar sales. Tapi lebih dalam daripada itu. Saya juga bisa mengerjakan segala macam brand. Dulu waktu saya masih jadi PR di Indonesia, saya suka bercandanya begini, saya taking care of brand dari mulai pantatnya bayi (Pampers) sampai mukanya Susan Bachtiar (SK II), hahahha…. Jadi variannya banyak sekali. Dan semua produk tersebut menurut saya amazing teknologinya.

Sekarang kan Anda menangani P & G Region ASEAN. Bagaimana ceritanya?

Saya di P & G Indonesia sebagai PR sudah 6 tahun. Nah, di P & G itu kami bisa punya kesempatan untuk pindah assigment ke luar negeri untuk memegang grup yang lebih besar lagi. Regionnya tidak hanya 1. Tapi pastinya kami juga berkompetisi dengan talent-talent dari negara lain. Penilaiannya dari result dan kualitas. Waktu itu Bos saya, (Pak Bambang Sumaryanto) nawarin : Ada promosi nih, kalau kamu tertarik jadi Brand PR Manager di ASEAN, syaratnya kamu harus pindah ke Bangkok.

Apa perasaan Anda waktu itu?

Saya melihatnya tidak hanya kebanggaan untuk pribadi saya sendiri. Saya bangga bahwa perempuan Indonesia yang dipilih untuk memimpin ASEAN. Bukan dari negara lain. Pada saat saya bilang iya untuk assignment, saya merasa bahwa mungkin dengan ini, saya bisa menginspirasi perempuan-perempuan Indonesia lainnya. Bahwa kesempatan di luar itu banyak. Kalau kita mau dan sanggup bekerja keras, pasti ada jalannya. Karena kan banyak sekali orang yang takut duluan : Aduh, ingin deh ke jenjang yang lebih tinggi, tapi nggak tahu caranya atau nggak bisa. Dari situ saya membuktikan bahwa semua itu mungkin. Kalau kita mau bekerja keras, punya integritas, dan do the best, maka apapun yang kita mau pasti terjadi.

Apa tantangannya?

Tantangannya adalah culture yang berbeda-beda. Kita selalu bilang, oh negara ASEAN itu hampir mirip-miriplah dengan Indonesia. Tapi kenyataannya beda jauh. Kenapa? Konsumen saya kan bos. Jadi saya harus mengerti dong konsumen saya seperti apa? Termasuk konsumen Indonesia, konsumen Thailand, konsumen Vietnam, dll.

Kedua, pada saat kita masuk ke lingkungan baru (yang isinya bukan hanya orang Indonesia), itu kan artinya kita keluar dari comfort zone. Mungkin kita tidak tahu kebiasaan masing-masing negara seperti apa. Simple thing, buat orang Thailand, bercanda di tempat kerja itu biasanggak sih? Bisa saja mereka feel ovended. Dulu waktu di awal-awal kerja saya merasa seperti anak SMA yang baru lulus SMP lalu masuk ke sekolah baru, hahhaha…!!! Hari pertama itu rasanya deg-degan. Walaupun company-nya sama, tapi berasanya gitu. Untungnya karena saya di regional office (Bangkok), jadi orangnya juga dari bermacam-macam negara.

Challenge lainnya?

Saya selalu berpikir respect itu gain, dan trust itu earth. Walaupun sama anak buah sendiri (karena kan mereka beda negara dengan saya), saya merasa bahwa tidak mungkin mereka akan respek atau percaya dengan saya kalau saya sendiri tidak work the talk. Makanya, selama 1-3 bulan pertama di posisi ini, saya banyak mendengar. Bagaimana sih konsumennya? Apa sih kesulitan mereka? Apa yang bisa saya bantu? Begitu saya mengerti, baru i do something.

Contoh lain tentang pengaruh. Kalau di Indonesia kan kita lebih ke US sentris. Sesuatu yang dari US, kita anggap okey. Kalau Thailand lebih ke UK. Mereka kalau menyekolahkan anak-anaknya kebanyakan ke Inggris. Kalau ada acara-acara yang berhubungan dengan kerajaan Inggris, mereka happy. Kalau Vietnam lebih ke Perancis. Karena Perancis kan pernah menjajah Vietnam. Pokoknya semua yang berbau Perancis mereka okey. Dari situ saja sudah beda banget. Berarti kan taste antar konsumen berbeda-beda.

Kalau di Indonesia, lebih ke presidensial. Apalagi sekarang kita juga lebih demokratis. Orang bisa ngomong apa saja. Di Thailand itu masih ada raja. Bukannya mereka tidak bisa mengekspresikan apa yang mereka mau. Mungkin karena orangnya sangat sopan, makanya jarang bilang tidak setuju. Mereka akan bilang iya, tapi mungkin tidak melakukan. Jadi understanding itu yang membuat saya tertantang dan excited dengan kerjaan ini. Karena kan di sini saya harus sering keliling. Seperti kemarin, saya harus ke Vietnam, ngobrol dengan konsumen Vietnam. Sebelum ke Jakarta, saya juga sempat mampir ke Singapura, ngobrol dengan konsumen di Singapura, dll. Itu sih yang membuat saya enjoy the work.

Apa obsesi atau target Anda ke depan?

Saya selalu bilang bahwa pada saat saya pindah ke suatu assignment, saya harus make a different. Ke depannya, pasti semua orang ingin meraih jenjang yang lebih tinggi. Mudah-mudahan saya dikasih kesempatan juga untuk bisa pegang negara lain selain ASEAN. Karena kan sebenarnya ASEAN ini masih lebih dekat dengan Indonesia. Saya senang karena masih ngurusin Indonesia.

Mungkin nanti akan lebih challenging lagi kalau saya dikirim ke negara yang saya tidak tahu sama sekali sebelumnya. Karena saya merasa kerjaan dan promosi ini tidak hanya mengubah saya secara profesional, tapi juga mengubah saya secara personal. Saya merasa jadi manusia yang lebih baik, karena saya banyak belajar dari orang juga di sekeliling saya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved