Entrepreneur

Dr Aceng, Bisnis Kecantikan dengan Modal Rp5 Juta

Dr Aceng, Bisnis Kecantikan dengan Modal Rp5 Juta

Peluang bisnis dapat dilirik di mana saja dan kapan saja. Banyak orang yang justru terisnpirasi dari pengalaman pribadi untuk menciptakan suatu peluang bisnis. Dr Aceng salah satunya, ia merupakan salah seroang pemenang ke-4 di ajang Diploma Succes Challenge yang diadakan oleh produsen rokok merek Wismilak pada tahun 2014 lalu.

Dalam kompetisi ini ia mengusung produk 3A Clinic Plus miliknya yang berfokus pada tiga hal, yaitu anti aging, anti alergi, dan estetik.

IMG_1058

(ke-2 dari kiri) dr Aceng

Awalnya ia memiliki masalah dengan alergi pada wajahnya. Permasalahan ini membuatnya banyak berkonsultasi dengan dokter senior untuk mencari pemecahan atas alergi yang dialaminya. Permasalahan ini membuatnya berinisiatif untuk menciptakan produk sendiri yang ampuh namun memiliki harga yang terjangkau. Dokter Aceng lalu mendirikan klinik sendiri di Garut Selatan yang berfokus pada masalah kecantikan terutama permasalahan di wajah.

Produk kecantikan yang ada ada saat ini, selain memiliki harga yang cukup tinggi juga memiliki terlalu banyak produk untuk pemakainya. Seorang pasien bisa menggunakan 10 buah produk, hal ini membuat banyak pasien malas menggunakan keseluruhan produk tersebut. Penggunaanya pun menjadi tidak efisien sehingga pasien tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Dokter yang lahir di Garut 11 Juli 1981 ini berinisatif untuk membatasi pemberian produk pada pasien yaitu sekitar tiga hingga lima produk, selain semakin efisien pembatasan ini pun mampu menekan harga produk. Produk kecantikan yang biasa dibanderol dengan harga Rp800 ribu kini bisa ditawarkan dengan harga sekitar Rp180 ribu – 250 ribu saja.

“Paket yang general itu hanya tiga macam. Biasanya mencakup krim pagi, krim malam, dan pembersih muka. Kalau produk lain bisa mencapai lima atau enam produk, yang setiap produknya memiliki fungsi yang berbeda,” jelas dokter yang bernama lengkap Aceng Hamudin ini.

IMG_1053

Menurut pasien, produk yang terlalu banyak tidak efisien, selain mahal mereka juga tidak telaten dalam penggunaanya sehingga hasilnya tidak maksimal. Ia sendiri memiliki prinsip bagaimana hasil yang diberikan bagus dan pasien pun rajin dalam penggunaanya, sehingga diberikan tiga atau empat krim saja.

Khasiat seperti anti aging, jerawat, dan lain-lain pun disisipkan dalam ketiga produk tersebut dan hanya berfokus pada masalah yang dimiliki pasien. Ia sendiri mengaku tidak memberikan berbagai tambahan produk yang tidak dimiliki pasien.

Sesuai kebutuhan pasien, apabila kondisi jerawatnya termasuk berat, maka akan diberikan obat minum dan tindakan juga. Biaya pun menjadi lebih terjangkau, sekitar Rp 300.000. Tidak perlu pengecil pori, toner atau membuat kulit menjadi kenyal bila pasien tidak membutuhkannya.

Produksi produk pun dilakukan dengan menggandeng mitra yang merupakan perusahan Indonesia yang berada di Surabaya dan Jakarta dengan lisensi dari luar negeri. Produk lokal ini mampu menekan biaya produksi sehingga dengan modal awal Rp5 juta saja, ia sudah mampu menjalankan bisnis ini.

Distributor pun memberikan cukup kemudahan dengan memberikan waktu satu bulan untuk menjual produk tersebut sebelum akhirnya dibayarkan. Saat ini dalam satu bulan, pehobi traveling dan diving ini mampu menjual 500 hingga 600 produk dengan omset Rp50 juta – 60 juta.

Menurutnya, distributor obat dapat dengan mudah ditemui saat menghadiri seminar dan pertemuan ilmiah yang dilakukan oleh Persatuan Dokter Estetik Indonesia. Acara ini biasanya akan menghadirkan berbagai temuan anti aging terbaru, produk, dan membagi pemecahan dari permasalahan estetika.

Selain memberikan informasi terbaru acara ini juga mengikutsertakan berbagai distributor obat. Ia pun mengakui bahwa hal tersebut memiliki peran dalam perkembangan bisnisnya yang telah berjalan selama dua tahun ini.

Klinik yang berada di daerah Garut Selatan ini juga cukup maju karena tidak memiliki pesaing, selain itu promosinya pun kebanyakan dibantu oleh pihak Wismilak. Dokter yang pernah menjadi bintang iklan dan sinetron ini mengakui bahwa ia tak memiliki strategi khusus dalam mempromosikan produknya. Namun ia ingin membuka cabang di Garut Kota dan Bandung.

Sayangnya hal ini masih terkendala dengan kesibukannya yang masih berstatus PNS dan masih bertugas di pemerintahan. Dokter estetika yang pernah bekerja di Pertamina Hospital dan Rumah Sakit OMNI International ini, mengaku bahwa ia harus membagi waktunya di antara dua kesibukan yaitu dokter di klinik dan kewajiban sebagai pegawai pemerintahan.

Apabila kewajibannya sebagai PNS telah selesai, kemungkinan ia akan berfokus pada bisnisnya ini. “Pembukaan klinik baru tentunya akan membutuhkan dokter yang memiliki visi dan misi yang sama, selain itu pengembangannya pun harus difokuskan sementara saya sekarang masih memiliki kewajiban di tempat lain” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved