YCH Indonesia

YCH Indonesia Fokus Menjaga Standar Mutu

Tak salah jika menyebut industri logistik nasional menyimpan potensi bisnis yang besar. Frost & Sullivan memperkirakan pada tahun 2020 pertumbuhannya mencapai 15,4% dengan nilai Rp 4.396 triliun. Pendorongnya adalah tingkat konsumsi masyarakat, perbaikan infrastruktur, serta investasi asing.

Potensi ini jelas menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku yang berada dalam ekosistem industri logistik Tanah Air. Tak terkecuali, PT YCH Indonesia. Perusahaan yang hadir di Indonesia sejak tahun 2003 ini makin aktif meningkatkan kapasitas dan kualitasnya agar kian dipercaya kalangan bisnis.

Sejauh ini, PT YCH Indonesia telah menjadi pilihan sejumlah perusahaan ternama, antara lain Frisian Flag Indonesia, RedBull, Prambanan Kencana (sektor fast moving consumer goods/FMCG); Lenovo, Philips, LG Electronics; Dupont, Exxon Mobil (Lubricants); serta Zalora dan Diebold Nixdorf (ritel dan e-commerce).

Menyadari kompetisi di industri logistik terhitung sangat ketat, YCH Indonesia mengandalkan inovasi dan mengelola manajemen mutu sebagai senjatanya memenangi persaingan. Dan, hal itu telah diwujudkan dengan raihan sertifikasi ISO untuk sejumlah aspek. Di antaranya, ISO 9000 (sertifikasi terkait aktivitas seputar rantai pasok distribusi dan gudang), OSAS 18000 (keselamatan kerja), ISO 14000 (lingkungan), ISO 28000 (keamanan rantai pasokan), dan yang terbaru adalah ISO 22000 (keamanan pangan).

“Sepengetahuan kami, PT YCH Indonesia adalah perusahaan logistik pertama yang tersertifikasi ISO 28000 dan ISO 22000 di Indonesia. Belum banyak kompetitor kami yang mendapatkan sertifikat ini,” kata Lukas Mardhi, Country Head YCH Indonesia. Lukas menambahkan, perusahaannya pun sedang dalam proses sertifikasi AEO (Authorized Economic Operator) untuk ekspor-impor, dimana belum banyak diperoleh perusahaan logistik lain.

Sertifikasi yang diraih merupakan buah kerja keras manajemen serta karyawan YCH Indonesia. Pasalnya, industri yang dilayani memiliki keunikan dan kesulitan masing- masing. Contohnya, volume untuk industri FMCG terbilang besar, akan tetapi tidak seketat seperti industri kimia yang highly regulated, Ataupun industri elektronik yang membutuhkan adaptasi teknologi terkini. YCH Indonesia harus bisa memberikan the best practice pada semua sektor. Tidak sekadar memenuhi standar sesuai dengan kewajiban.

Ini jelas tantangan tersendiri, sebab tim YCH Indonesia harus memahami keunikan tiap industri. Mengapa? Kebutuhan pelanggan berbeda satu sama lain, sehingga satu solusi tidak bisa diterapkan untuk semua klien. Agar kebutuhan tersebut terpenuhi, “Tim kami melakukan bisnis mapping, sebelum memberikan rekomendasi terbaik. Kami akan mendengarkan kesulitan kesulitan ataupun tantangan klien kami dalam rantai Supply Chain. Adapun hal ini akan menyentuh tidak hanya operasional pergudangan, tetapi juga manajemen distribusi dan inventory,” ungkap Lukas

Selain inovasi dalam manajemen mutu, YCH Indonesia juga diapresiasi klien dari segi adopsi teknologi yang up-to-date. Pada aktivitas di warehouse, misalnya, perusahaan ini sudah menggunakan shuttle racking otomatis yang merupakan teknologi terbaru di Indonesia, yang memungkinkan efisiensi pada aspek penyimpanan dan tenaga kerja, serta tingkat safety yang tinggi.

Kemudian, YCH Indonesia juga bisa memenuhi segala bentuk metode pemindaian (scanning), mulai dari barcode sampai QR Code, bahkan menggunakan OCR (optical character recognition) untuk membaca produk klien yang tidak memiliki barcode. Penerapan OCR sangat membantu klien, terutama pelaku industri elektronik, lantaran mampu membaca serial number setiap bagian/piece yang berbeda-beda dan menyediakan electronic prove of delivery (surat jalan digital). “Umumnya (perusahaan lain) masih pada pakai barcode, tapi kami sudah QR Code. Artinya, kalau suatu saat ada kemajuan lagi, kami sudah siap. Kami tidak kesulitan mengadaptasi teknologi,” Lukas menjelaskan.

Saat ini, total luas area kelola YCH Indonesia mencapai 117.250 m² yang tersebar di 16 wilayah, di antaranya Sumatera (Medan, Palembang, Pekanbaru), Jabodetabek, Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Surabaya), dan Kalimantan (Samarinda, Banjarmasin). Salah satu gudang besarnya di Cibitung memiliki luas 12 hektare yang didominasi untuk menangani Frisian Flag Indonesia dan Zalora.

Lukas menjabarkan, cakupan bisnis YCH Indonesia saat ini meliputi warehousing services, distribution by land/sea, trade solutions, custom clearance and freight forwarding, return management and replenishment process, pallet management, B2B courier services, last mile delivery courier, dan COD management. “Pelanggan terbesar berasal dari sektor FMCG, sekitar

55%, kimia sebesar 30%, dan sisanya sektor yang lain. Kapasitas di gudang Cibitung sekitar 50 ribu pallet position, dengan sekitar 400 truk beroperasi setiap hari,” ungkapnya.

Walaupun kondisi ekonomi global penuh ketidakpastian, tahun ini YCH Indonesia mampu mencatat pertumbuhan yang signifikan, meningkat dari tahun sebelumnya. Bahkan, perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini tengah mempersiapkan investasi yang lebih besar lagi untuk membangun gudang berikutnya di Indonesia. YCH Indonesia memang optimistis angin segar akan terus berembus di industri logistik nasional pada tahun-tahun mendatang.

Author : Yosa Maulana


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved