Corporate Action

Bio Farma Akan Luncurkan Produk Life Science Murah

Bio Farma Akan Luncurkan Produk Life Science Murah

M. Rahman Rustan, Corporate Secretary PT Bio Farma (Persero), mengatakan pasar kesehatan di negara-negara berkembang beberapa tahun belakangan ini meningkat pesat dibandingkan negara-negara maju yang mengalami penurunan, bahkan tahun lalu peningkatannya hingga 30%. Salah satunya adalah Indonesia, di mana jumlah penduduknya terbesar ke empat di dunia. Dari sisi belanja kesehatan, Indonesia juga paling tinggi dibandingkan negara lainnya, setiap tahunnya menghabiskan Rp 60 trililun per tahun. Dan, yang paling besar adalah belanja produk life science, yaitu Biosimilars dan produk darah.

“Jadi negara kita jangan jadi konsumen saja dan kita harus mengurangi ketergantungan import termasuk obat-obatan sehingga ke depan kita bisa mandiri dalam menyehatkan Indonesia, ” tegasnya.

Biosimilars adalah produk biologi yang digunakan untuk pengobatan penyakit tertentu seperti kanker, diabetes dan lainnya. Keunggulan obat ini memiliki efek samping yang minim dibandingkan obat kimia lainnya karena biosimilar basisnya terbuat dari molekul-molekul mahluk hidup, sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Selain itu, juga dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Melihat kebutuhan yang besar di Indonesia, perusahaan plat merah ini akan meluncurkan produk biosimilar khusus untuk kanker payudara yang jauh lebih murah dari pasar saat ini pada tahun 2019.

Peneliti senior Bio Farma, Erman Tritama, menjelaskan bahwa biosimilar kanker payudara ini dipaten selama 20 tahun dan akan habis patennya 2019 mendatang. Hal ini membuat obat biosimilar tidak bisa dibuat oleh perusahaan lain sehingga harganya sangat tinggi. Untuk diketahui saat ini obat biosimilar kanker payudara produksi perusahaan Eropa, Roche, dibandrol seharga Rp25 juta dalam satu dosis. Sedangkan pasien kanker payudara harus menggunakan sebanyak lima kali artinya pasien harus menguarkan uang sebanyak Rp 125 juta untuk membeli obat tersebut. Namun, nantinya Bio Farma berusaha untuk menjual obat tersebut dengan harga yang lebih murah sehingga terjangkau untuk masyarakat di Indonesia. Rencananya perusahaan BUMN ini akan menjual 30 persen dari harga yang ada sekarang yaitu sekitar Rp 7,5 juta per dosis sehingga biaya obat kanker payudara yang seharusnya Rp 125 juta bisa dijangkau oleh masyakat Indonesia sebesar Rp 37,5 juta. Ia menargetkan di awal akan memproduksi 20 juta dosis per tahun.

Di waktu yang bersamaan Bio Farma juga sedang mengembangkan vaksin tifoid konjugat untuk penyakit typhus dan paru-paru (penumonia) dan rencananya juga akan diluncurkan pada tahun 2019. Erman mengungkapkan bahwa pada tahun 2024 secara global kebutuhan vaksin pencegah penyakit tifoid (tifus) tersebut a diprediksi mencapai 180 juta dosis. Pada tahap awal, perusahaan vaksin ini akan memproduksi minimal 20 juta dosis per tahun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, tidak menutup kemungkinan juga untuk diekspor untum membantu negara-negara lainnya. Permintaan global tinggi akan tetapi prioritas utamanya kami akan memproduksi untuk memenuhi kebutuhan lokal. Jika ada kelebihan, baru akan diekspor, ” jelasnya.

Kelebihan vaksin Tifoid konjugat, yakni vaksin ini hanya diberikan dua kali dalam seumur hidup yaitu bisa diberikan pada anak bayi berusia sejak 9 bulan dan diberikan kembali dua tahun kemudian. Fungsi vaksin ini bisa memproteksi lebih lama sehingga bisa dikatakan lebih ekonomis. Dari segi harga vaksin ini juga akan memberikan lebih murah yaitu kurang dari 30% dari 30 persen dari harga vaksin tifoid yang beredar saat ini. Sedangkan terkait produksi, di awal Bio Farma akan memproduksi sebanyak 20 juta dosis pertahun dan secara bersamaan juga akan membuat fasilitas untuk produksi dengan kapasitas 200 juta dosis hal ini untuk menanggulangi permintaan yang tinggi ke depan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved