Corporate Action Capital Market & Investment

Strategi Pembangunan Perumahan Melejitkan Bisnis Konstruksi

Strategi Pembangunan Perumahan Melejitkan Bisnis Konstruksi

Semenjak PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2010, banyak hal yang telah dilakukannya. Pertama, pembenahan secara internal untuk memperkuat manajemen dengan melakukan berbagai efisiensi. Lalu pembenahan untuk mendapatkan SDM unggul, melakukan berbagai riset dan pengembangan inovasi, memperkuat keuangan yang sehat, meningkatkan tata kelola perusahaan, serta memfilter dan mengembangkan manajemen risiko.

Agus Purbianto, Direktur Keuangan PP dan M. Apriandi, Direktur Pemasaran PP

Agus Purbianto, Direktur Keuangan PP dan M. Apriandi, Direktur Pemasaran PP

Kedua, PP mengembangkan diversifikasi produk. Sehingga menghasilkan 6 pilar bisnis, yaitu: konstruksi, properti, engineering procurement & construction (EPC), pracetak, peralatan, dan investasi. “Dari seluruh pilar bisnis tersebut dipastikan perseroan dapat bertumbuh dengan pesat, karena masing-masing dapat memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan, meskipun hingga saat ini, pilar konstruksi masih menjadi andalan atau backbone perseroan,” ujar Agus Purbianto, Direktur Keuangan PP.

Bisnis inti PP saat ini adalah konstruksi yang kontribusinya mendominasi seluruh pilar PP, yaitu mencapai 52%. Dari persentase tersebut, 80%-nya masih didominasi oleh pembangunan proyek gedung. Di samping itu, PP menggarap pasar yang juga memberikan kontribusi cukup besar: pembangunan Dermaga Kalibaru Jakarta, dan Bandara Kualanamu Medan. Baru-baru ini PP memperoleh kontrak baru, yaitu pembangunan jalan tol di tiga tempat: tol Pandaan-Malang, Balikpapan-Samarinda, dan Manado-Bitung. Selain itu, ada pula proyek pembangunan tol yang diperoleh sebelumnya, yaitu tol Medan-Bukittinggi dan Depok-Antasari.

Kemudian lini bisnis terbesar setelah konstruksi adalah properti dan EPC. Di bidang properti, PP memiliki anak perusahaan yang bernama PT PP Properti Tbk. yang telah melakukan IPO pada Mei 2015. PP Properti berkembang pesat dan berhasil membangun beberapa produk residensial, di antaranya Grand Kamala Lagoon di Bekasi Barat dengan total revenue sekitar Rp 100 triliun, Grand Sungkono Lagoon (Rp 8 triliun), dan Grand Dharmahusada Lagoon (Rp 9 triliun), serta beberapa produk unggulan lainnya.

Adapun di bidang EPC telah pula melakukan pembangunan dan mengukir prestasi yang sangat signifikan melalui pembangunan berbagai power plant (pembangkit tenaga listrik) di Indonesia hingga saat ini. Power plant tersebut adalah PLTMG Sei Gelam Jambi 107 MW, PLTGU Tj Uncang-Batam 120 MW, PLTMG Pesanggaran-Bali 200 MW, dan PLTG Gorontalo 100 MW.

Saat ditanya apa tantangan yang dihadapi di bisnis konstruksi? “Barier atau tantangan untuk masuk sektor konstruksi itu mudah, tetapi yang menjadi kekuatan adalah harus lebih unggul dalam kompetisi tersebut. Artinya kami harus lebih kompetitif dibanding yang lain,” ungkap Agus. Caranya? Pertama, PP harus menyediakan SDM yang lebih unggul dan mempunyai kompetensi lebih, sehingga PP berusaha meningkatkannya melalui PP University sebagai wadah untuk mencetak SDM unggul.

Kedua, terkait sektor infrastruktur diharapkan beberapa proyek dapat dipercayakan pelaksanaannya dan pembiayaannya melalui penyertaan modal negara, sehingga mampu diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Ketiga, terkait pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Semuanya harus melalui proses persyaratan yang ketat, dan sertifikasi untuk menyiapkan tenaga profesional sehingga memiliki daya saing yang tinggi.

Apriandy, Direktur Pemasaran PP, menambahkan, seperti kita ketahui, saat ini anggaran pemerintah sangat terbatas, sehingga bagaimana menciptakan pekerjaan dengan dana yang terbatas. “Itulah salah satu tantangan yang kami hadapi saat ini,” katanya. Nah strategi terbaru untuk menghadapi masalah tersebut sudah ada di salah satu 6 pilar bisnis PP, yaitu investasi.

Grand Kamala Lagoon, salah satu proyek PP Properti, anak usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

Grand Kamala Lagoon, salah satu proyek PP Properti, anak usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

Menurutnya, pertama, pasar harus segera diciptakan untuk mempercepat pembentukan pasar yang ada dan itu telah dilakukan PP. Saat ini, PP telah masuk ke pasar masyarakat berpenghasilan rendah dengan akan membangun perumahan dan apartemen untuk mereka. Backlog pemerintah cukup besar di sektor ini dan banyak terdapat di Jabodetabek, sehingga dapat mengangkat peluang bisnis dalam usaha ini. “Di sisi lain, kami juga menyiapkan PP Precast dan PP Peralatan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan apartemen tersebut,” ujar Apriandy. Kedua pemerintah sedang menggalakkan 35 ribu MW, dan PP telah ditunjuk untuk ikut serta, karena perusahaan ini mempunyai pengalaman dalam pembangunan power plant di beberapa tempat.

Jika dibanding perusahaan konstruksi lain, terutama yang sudah go public, secara umum PP hampir sama. Hanya saja, lanjut Apriandy, PP mempunyai beberapa kelebihan. Misalnya, perusahaan ini memiliki PP Peralatan yang cukup besar dibanding yang lain. Kemudian untuk pengalaman di bidang power plant, PP sudah berpengalaman di 1.500 MW. Demikian pun untuk PP Properti di BUMN, leading masuk lima besar.

Selain itu, lini bisnis Pracetak memang sama, tetapi yang mendukung produknya untuk sektor perumahan, baru PP. Perseroan juga berpengalaman membangun beberapa green building di antaranya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kedubes Austria dan Kedubes Singapura. “Kami ciptakan gedung yang ramah lingkungan. Tahun ini kami dapat penghargaan Indonesia Green Award 2016,” ungkap Apriandy.

Dengan berbagai langkah yang sudah ditempuh, diprediksi kinerja PP hingga semester pertama 2016 akan melebihi dari yang ditargetkan. Dari 6 pilar bisnis PP, lini konstruksi masih terbesar kontribusinya dan diproyeksikan pada akhir tahun berkontribusi 60% dari total revenue perusahaan. Selanjutnya kontribusi lainnya dari lini EPC, properti, pracetak, peralatan, dan investasi. “Estimasi revenue tahun 2016 Rp 21 triliun, dan net income comprehensive sebesar Rp 1 triliun,” ujar Agus. Dengan kinerja yang sudah dicapai PP, perusahaan ini pun memiliki cita-cita untuk menjadi pemain global.

Dede Suryadi dan Tiffany Diahnisa

Riset: Armiadi Murdiansah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved