Editor's Choice Corporate Action

Akankan Pamor Pasaraya Kembali Moncer?

Akankan Pamor Pasaraya Kembali Moncer?

“Saya yakin, as a matter of time, Pasaraya akan bangkit dan jaya kembali,” Medina Latief Harjani menandaskan. Pusat perbelanjaan di kawasan Blok M, Jakarta Selatan ini memang meredup pamornya seiring kehadiran mal-mal baru yang lebih atraktif. Tak hanya redup, kabarnya Pasaraya yang sudah berusia 38 tahun itu nyaris tenggelam.

Medina Latief Harjani, Presdir Pasaraya

Medina Latief Harjani, Presdir Pasaraya

Tak ingin ditelan keriuhan mal baru yang terus bermunculan, Pasaraya belakangan terlihat agresif memoles diri. Renovasi dan counter improvement sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pasar digeber Pasaraya yang memosisikan diri sebagai The Pride of Indonesia. “Sudah saatnya kami berbenah untuk melakukan perubahan strategi sesuai keinginan masyarakat dan demand gaya hidup saat ini, khususnya di Jakarta,” ungkap Medina, Presdir Pasaraya.

Medina sigap mengembangkan layar agar Pasaraya yang dibangun sang ayah, Abdul Latief, tak karam. Konsep Pasaraya yang semula department store diubah menjadi entertainment dan shopping complex. Saat ini, department store hanya sebagian dari satu shopping complex experience. “Jadi, kami bilang sekarang Pasaraya bukan hanya Pasaraya Department Store, tapi Pasaraya Shopping and Entertainment Complex. Yang sedang kami lakukan adalah menyesuaikan dengan keinginan masyarakat saat ini,” ungkap Medina. Karena itu, ada banyak gerai food & beverages dari merek kampiun di bidangnya seperti J.CO dan Ropan. Juga, konsep new life style food court dan gourmet supermarket. “Karena, F&B tempat gaya hidup entertainment saat ini,” katanya.

Untuk fashion, Pasaraya akan menghadirkan merek-merek mancanegara seperti pusat perbelanjaan papan atas umumnya. “Private label tetap ada,” cetusnya. Medina tetap membangun jaringan dengan para desainer lokal dan membangun private label. Dengan konsep private label, pembeli tidak akan menemukan label pakaianselain di Pasaraya seperti Designer, Bambinino, Shoozie, Cocopink, Groove9, Esterela, Missione, Hamlet, Valore, Sassy, Fronted dan Spillo. Diakuinya, saat ini 80% masih private label. ”Strategi kami saat ini memang memperkuat private label yang akan menjadi kekuatan kami,” imbuhnya. Hanya saja, ke depan ia merencanakan satu upgrading system. ”Mudah-mudahan kami bisa luncurkantahun depan, yang lebih shopisticated, kami akan involvetenant-tenant yang ada di Pasaraya,” tambahnya.

Pasaraya juga menghadirkan Kids in Park sebagai bagian dari entertainment untuk keluarga. Taman bermain indoor seluas 6.000 m2 ini ditargetkan selesai Agustus 2012. Mengusung tema Pinisi Theme Park, taman bermain ini didesain menyerupai kota pelabuhan dengan landmark sebuah kapal kayu tradisional Pinisi. Tempat tersebut dirancang sebagai one stop destination theme park bagi anak usia 2-16 tahun. Pinisi Theme Park yang merupakan sebuah taman bermain edukasi, entertainment dan budaya ini menempati tiga lantai, yakni lantai 8-10 yang ditargetkan mulai beroperasi akhir Agustus. Selain itu, akan ada tenant baru seperti Informa Home Furnishing, Toys Kingdom, Bali Daily, Gourmet Supermarket. “Membuat kompleks ritel ini lebih hidup,” ungkap putri sulung Abdul Latief ini.

Ia juga mengembangkan inovasi layanan lewat toko online melalui situs www.shopashop.net. Sejak dikembangkan tahun lalu, member-nya sudah mencapai 100 ribu orang. Penjualan lewat online yang baru sebatas produk private label ini untuk menjangkau konsumen di luar Jakarta. Pasalnya, menurut Media, banyak pelanggan loyal Pasaraya yang ada di luar Jakarta. Ditambah, kemacetan Jakarta yang bisa menjadi halangan berbelanja. “Kami anggap shopping online adalah satu solusi, shopping online adalah salah satu channel of distribution, dan buat pelanggan itu sangat convenience, mereka bisa berbelanja, tanpa harus bermacet-macet dan buang waktu, tanpa harus consider buka tutup toko, anytime,” ia menjelaskan.

Selain menggeber renovasi dan menghadirkan tenant baru, Pasaraya juga tengah membangun premium office tower 36 lantai. Menara Sentraya ini berdiri di atas lahan 8.605 m2 dengan ruang perkantoran seluas 52.072 m2 dan parkir seluas 133.750 m2 – dibangun oleh PT Tata Disantara, anak usaha ALatief Corporation, bekerja sama dengan PT Pasaraya International Hedonisarana dengan investasi US$ 100 juta atau sekitar Rp 917 miliar. “Proyek ini ditangani oleh adik saya, Ahmad Dipo Ditiro,” ungkap Medina.

Ke depan, gedung perkantoran akan menjadi pelengkap Pasaraya. Ditargetkan, beroperasi April 2014, Menara Sentraya akan menjadi gedung perkantoran mewah berfasilitas traffic engineering di dalam gedung. Termasuk, lobi yang luas dan indah, serta akses ke areal F&B yang mudah dijangkau. Desain bangunan perkantoran mixed-use juga terhubung dengan pusat perbelanjaan Pasaraya.

Di mata Sumardy, CEO Buzz n Co, Pasaraya merupakan salah satu merek besar dalam beberapa dekade lalu, tetapi kurang mengikuti perkembangan dan selera pasar. Ia melihat Pasaraya sebenarnya memiliki peluang yang besar, dengan trafik yang sangat tinggi. “Ini peluang yang besar saat Pasaraya berhasil melakukan rejuvenasi merek,” imbuhnya. Menurutnya, satu-satunya pilihan yang paling rasional untuk Pasaraya adalah mencoba menyasar generasi anak muda dan profesional muda, karena mereka adalah generasi yang terkoneksi dengan teknologi dan akan dengan mudah mengikuti gaya hidup yang sedang berkembang. “Jika Pasaraya mampu menjadikan mereknya sebagai social-connected brand, menjadi tempat bagi komunitas modern untuk memenuhi kebutuhan belanja, gaya hidup, F&B, maka akan menjadi sebuah konsep yang menarik dan menjual,” paparnya.

Sementara di mata Sugiyanto Wibawa, COO PT Supra Boga Lestari, sebaiknya Pasaraya melakukan pembenahan secara menyeluruh. “Positioning yang dibangun sebaiknya mempunyai keunikan dan jelas,” katanya. Ia berpendapat, pembangunan kompleks perkantoran juga akan menciptakan pasar baru karena penghuni perkantoran akan merupakan captive market yang harus ditangkap oleh Pasaraya. “Saran saya, Pasaraya sebaiknya memosisikan sebagai tempat hang out dan F&B yang kuat.”

Diakui Medina, tantangan terberat adalah mengubah persepsi, dalam arti Pasaraya sekarang berbeda dari Pasaraya yang dulu. Apakah itu di mata pelanggan, mitra bisnis ataupun pemasok. “Karena, kami adalah manajemen baru, manajemen yang muda, manajemen yang basically modern. Mengganti persepsi itu memang perlu waktu,” ungkapnya. Targetnya sendiri ingin sekali Pasaraya menjadi kebanggaan orang Indonesia. “Kalau orang Inggris bangga dengan Harrods, orang Indonesia bangga dengan Pasaraya,” kata Medina yang mengagendakan seluruh renovasi toko ritel Pasaraya akan rampung pada April 2013.

Henni T. Soelaeman dan Gustyanita Pratiwi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved