Financial Report Capital Market & Investment

Ini Jurus BCA Cetak Laba Bersih Rp20,6 Triliun

Ini Jurus BCA Cetak Laba Bersih Rp20,6 Triliun

Menutup tahun buku 2016, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 14,4% menjadi Rp20,6 triliun dibandingkan Rp 18,0 triliun pada tahun 2015.

“Kinerja BCA tahun 2016 dicapai melalui berbagai inisiatif dalam memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta upaya berkelanjutan dalam mengoptimalkan efisiensi operasional, sehingga memungkinkan bank untuk menutup tahun dengan tingkat pertumbuhan laba bersih yang lebih baik dari tahun sebelumnya,” jelas Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja.

Ditopang oleh tingkat beban dana (cost of funds) yang rendah, kualitas portofolio kredit, serta pertumbuhan aset produktif yang solid, pendapatan bunga bersih BCA meningkat 12,0% menjadi Rp 40,2 triliun pada tahun 2016 dari Rp 35,9 triliun pada tahun 2015.

Pendapatan operasional lainnya tumbuh 13,2% menjadi Rp 13,6 triliun pada akhir tahun 2016. Pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 12,3% menjadi Rp 53,8 triliun pada tahun 2016.

Menurut Jahja, dana girodantabungan (CASA) terus bertumbuh didukung oleh layanan perbankan. Program tax amnesty pada semester II 2016 juga berkontribusi terhadap kenaikan dana CASA. Di tengah permintaan kredit yang masih belum sepenuhnya pulih, BCA berupaya mengoptimalkan penyerapan kredit di semua segmen dan menawarkan tingkat suku bunga yang kompetitif kepada debitur.

Pada 2016, portofolio kredit meningkat 7,3% dan tercatat sebesar Rp416 triliun yang ditopang oleh segmen kredit korporasi dan konsumer. Pencairan kredit korporasi cukup tinggi pada kuartal terakhir tahun 2016 yang disebabkan oleh siklus peningkatan permintaan kredit pada akhir tahun. Kredit korporasi tumbuh 9,6% menjadi Rp 154,9 triliun pada akhir tahun 2016. Kredit konsumer meningkat 9,0%menjadi Rp 109,6 triliun didorong oleh produk-produk kredit konsumer yang kompetitif, terutama kredit pemilikan rumah (KPR) dan pembiayaan kendaraanbermotorroda empat. KPR tumbuh 7,6% menjadi Rp 64,0 triliun, sementara Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 10,1% menjadi Rp 34,8 triliun pada tahun 2016. Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit meningkat 13,7% menjadi Rp 10,8 triliun. Sementara itu, kredit komersial danUKM tumbuh 3,8% menjadi Rp 151,9 triliun.

Berkat disiplin dalam penerapan manajemen risiko, BCA dapat menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) bruto pada level yang rendah yaitu 1,3% pada akhir tahun 2016. Meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar 0,7%, rasio tersebut berada di bawah rata-rata industri perbankan yang berada pada level 2,9%. Pada tahun 2016, BCA membentuk beban cadangan kredit bermasalah sebesar Rp 4,5 triliun sehingga, posisi cadangan kredit tercatat sebesarRp 12,5 triliun, meningkat 38,5% dibandingkan tahun 2015.

Dengan demikian, rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 229,4%. Posisi permodalan dan likuiditas BCA tetap terjaga dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) sebesar 21,9% dan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Funding Ratio – LFR) sebesar 77,1% per 31 Desember 2016.

Di sisi pendanaan, keunggulan dalam penyediaan layanan transaksi yang andal, aman dan nyaman telah mendukung BCA untuk mempertahankan pertumbuhan dana pihak ketiga padatingkat yang sehat, khususnya yang berasal dari produk girodan tabungan (Current Account and Savings Accounts – CASA).

Pada akhir tahun 2016, dana pihak ketiga tercatat sebesarRp 530,1 triliun, meningkat 11,9% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 473,7 triliun. Dana CASA merupakan porsi utama dari dana pihak ketiga BCA yaitu sebesar 77,0% sementara dana deposito berkontribusi sebesar 23,0% terhadap total.

Di dalamkomposisi CASA, dana giro tumbuh 19,2% menjadi Rp 137,9 triliun dari Rp 115,7 triliun di tahun sebelumnya, dan dana tabungan naik 10,5% mencapai Rp 270,3 triliun padaa khirtahun 2016 dibandingkan Rp 244,6 triliun tahun 2015.

“Pada 2017 prospek perekonomian Indonesia diperkirakanakan lebih baik ditopang oleh kebijakan ekonomi Pemerintah yang prudent, dampak keberlanjutan program tax amnesty, dan pembangunan infrastruktur yang terus berjalan. Investasi pada infrastruktur multi-channelperbankan transaksi dan peningkatan kapabilitas penyaluran kredit akan berlanjut, sehingga BCA mampu memaksimalkan dan meraih berbagai peluang di tahun 2017 dan prospek jangka panjang industri perbankan Indonesia yang positif,”Jahja menegaskan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved