Capital Market & Investment

Kapitalisasi Pasar Bursa Cetak Rekor, Tembus Rp 6 Ribu Triliun

Kapitalisasi Pasar Bursa Cetak Rekor, Tembus Rp 6 Ribu Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus membukukan rekor pencapaian positif di sepanjang 24 tahun perjalanannya sejak pertama kali swastanisasi dilakukan di 13 Juli 1992 silam. Salah satu rekor pencapaian positif adalah capaian kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang masa yang menembus Rp 6.012 triliun (setelah dilakukan penyesuaian jumlah saham untuk penghitungan kapitalisasi pasar) yang tercatat pada penutupan perdagangan Kamis, (16/3/2017). Pencapaian rekor kapitalisasi pasar tertinggi tersebut membuktikan bahwa perdagangan efek di BEI semakin prospektif dan semakin likuid.

BEI berharap nilai kapitalisasi pasar dapat terus tumbuh, yang sejalan dengan peningkatan level Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehingga dapat memberikan imbal hasil bagi para investor di pasar modal Indonesia. Pencapaian kapitalisasi pasar tertinggi sebelumnya terjadi pada 8 November 2016 yakni sebesar Rp 5.918,56 triliun. Dengan pencapaian ini BEI akan terus berupaya untuk menjadi Bursa terbesar di Asia Tenggara pada 2020.

IHSG pada perdagangan Kamis itu ditutup menguat 1,58% atau menjadi 5.518 poin dari 5.432 poin pada penutupan perdagangan di hari sebelumnya. Capaian IHSG ini adalah yang tertinggi di tahun ini. Pada perdagangan hari ini, BEI juga mencatatkan satu emiten baru yakni PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk. Dicatatkan di harga penawaran sebesar Rp 535 per unit saham, harga saham emiten berkode saham PORT ini ditutup menguat 7,47% ke posisi Rp 575 per unit saham. Dari hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), emiten pertama di 2017 ini memperoleh dana Rp 308,61 miliar.

Pencapaian kapitalisasi pasar itu merupakan salah satu upaya otoritas bursa senantiasa memperkuat industri pasar modal dan perekonomian nasional. Sebelumnya, Tito Sulistio, Direktur BEI, menyebutkan kontribusi mengatakan, kontribusi industri pasar modal ke penerimaan pajak pada 2016 senilai Rp 110 triliun atau sekitar 9,95% dari realisasi penerimaan pajak 2016 yang mencapai Rp 1.105 triliun. Kontribusi pajak terbesar berasal dari emiten yang mencapai Rp 89,7 triliun. “Dividen saham menempati posisi selanjutnya dengan kontribusi sebesar Rp 12,99 triliun,” kata Tito di sela-sela Underwriting Network 2017 di Denpasar, Bali, pada pecan lalu.

Selanjutnya adalah kupon obligasi, transaksi saham, anggota bursa serta penawaran perdana saham yang memberikan sumbangsih bagi penerimaan negara dari pajak.Nilainya bertutut-turut adalah Rp 4,43 triliun, Rp 1,84 triliun, Rp 640 miliar, dan Rp 10 miliar. “Industri pasar modal memberikan kontribusi terhadap kekayaan masyarakat Indonesia hingga Rp 215,62 triliun di periode sama dalam bentuk capital gain, dividen, dan kupon obligasi,” tutur Tito. Pertumbuhan capital gain dari 2015 ke 2016 sebesar Rp 147,90 triliun, kupon obligasi investor lokal Rp 27,78 triliun, dan dividen investor lokal Rp 39,85 triliun. Sehingga totalnya Rp 215,62 triliun.

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebutkan total kupon obligasi pada 2016 mencapai Rp 29,55 triliun. Rinciannya terdiri dari Rp 1,77 triliun dari investor asing dan investor local (Rp 27,78 triliun). Sementara itu, total dividen pada periode sama mencapai Rp 86,63 triliun terdiri dari investor asing (Rp 46,78 triliun) dan investor local (Rp 39,85 triliun). Cara lainnya, BEI memperluas inklusivitas dan mengenalkan pasar modal sejak dini kepada dunia akademis dengan mendirikan Galeri Investasi BEI. Berkonsep 3 in 1 alias kerjasama antara BEI, perguruan tinggi dan anggota bursa, maka diharapkan sivitas akademika tidak hanya mengenal pasar modal dari sisi teori saja akan tetapi dapat langsung melakukan praktiknya.

Tito Sulistio, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (tengah) saat meresmikan Galeri Investasi di Universitas Udayana, Denpasar, Bali. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

BEI pun meresmikan Galeri Investasi BEI yang ke-250 di seluruh Indonesia. Galeri itu berlokasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana (FEB UNUD), Denpasar, Bali, Galeri Investasi BEI di FEB UNUD merupakan yang ke-10 yang diresmikan di tahun ini atau yang kelima yang diresmikan di Denpasar, serta yang ketujuh yang diresmikan di Bali. Mitra AAnggota bursa di Galeri Investasi BEI FEB UNUD adalah Phillip Securities Indonesia. Saat ini telah ada 15 Anggota Bursa yang telah membuka cabang di Bali. Tercatat jumlah investor di Bali saat ini telah berjumlah 8.617 single investor identification (SID) yang memiliki 10.290 sub rekening efek. Jumlah investor terbanyak di Bali berada di daerah Denpasar dengan jumlah 5.075 SID, Badung 1.396 SID dan Gianyar 530 SID.

Lebih lanjut, Tito menuturkan saat ini BEI telah memiliki 20 Kantor Perwakilan, 249 Galeri Investasi, dan 100 komunitas pasar modal yang mendorong program Yuk Nabung Saham. “Komunitas pasar modal tersebar di berbagai daerah, jumlah anggotanya ada yang 100 hingga 200 orang, mereka ada yang di Manokwari. Saya kaget seorang ibu di Manokwari ada yang bertanya anaknya sudah mendengar Yuk Nabung Saham,” ujar Tito.Hal itu menunjukkan penterasi pasar modal menjangkau daerah pelosok. Tito optimistis program Yuk Nabung Saham bisa menyusul kesuksesan program serupa di Jepang. “Di Jepang itu sudah ada Nippon Investment Account, di sana anak kecil saja sudah bisa menabung,” kata Tito.

Perluas Jejaring Pasar Modal

Penambahan galeri investasi diharapkan meningkatkan volume perdagangan, nilai transaksi dan frekuensi transaksi yang akhir-akhirnya menunjukkan tren positif. BEI menargetkan di tahun 2020 menuju pasar modal Indonesia membukukan nilai transaksi dan jumlah emiten yang terbesar di ASEAN. Salah satu program yang berpotensi mempercepat pencapaian target tersebut adalah dengan mengakselerasi jumlah perusahaan tercatat.

Untuk mendukung itu, BEI berupaya untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas perusahaan efek yang memiliki kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek (underwriter) serta memberikan kepercayaan lebih kepada profesi penunjang. BEI memandang perlu untuk membina kerja sama dan hubungan yang lebih baik dengan para underwriter setelah pada 2016 telah melaksanakan berbagai sosialisasi yang terkait dengan kegiatan usaha penjamin emisi efek. Beberapa sosialisasi tersebut adalah dengan mengadakan focus group discussion (FGD), one on one meeting dengan beberapa underwriter, serta seminar yang bertemakan Potential Listed Companies Outlook dalam upaya mengembangkan peranan underwriter di Pasar Modal Indonesia.

Sebagai bentuk keberlanjutan atas gagasan tersebut, maka BEI bersama-sama dengan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) serta didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bermaksud untuk menyelenggarakan acara Underwriting Network 2017 yang dilaksanakan pada pekan lalu di di The Anvaya Beach Resort, Bali. Acara Underwriting Network 2017 yang dihadiri penjamin emisi (underwriter), dan investor institusi termasuk manajemen investasi, asuransi, modal ventura, dan dana pensiun. Selain itu pada acara Underwriting Network 2017 juga diadakan seminar yang pada sesi pertama menghadirkan Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang P.S. Brodjonegoro dengan tema Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Melalui PINA dan KPBU. Seminar sesi kedua menghadirkan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha, Kementerian BUMN, Aloysius Kiik Ro dengan tema Arah Kebijakan Pemerintah Terhadap BUMN di tahun 2017-2018. Sedangkan seminar di sesi terakhir menghadirkan Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, dengan tema Pengaruh Dinamika Politik Indonesia Terhadap Keputusan Investasi. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved