Capital Market & Investment zkumparan

Stern Value Proyeksikan Pasar Saham Masih Solid

Erik Stern. (Foto : SWA)

Stern Value Management, lembaga konsultan manajemen dan investasi, memperkirakan pasar saham Indonesia di tahun 2020 berpeluang tumbuh positif kendati dipengarungi sentimen eksternal dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Erik Stern, CEO Stern Value Management, mengatakan perang dagang ini menciptakan peluang bisnis sekaligus kendala untuk emiten yang mengekspor produknya ke kedua negara tersebut.

Dia mencontohkan produsen kedelai di Brasil mendapat limpahan pemesanan dari China. Sebelumnya, produsen kedelai di Amerika Serikat memasok produknya ke China. Namun, tensi perang dagang antara kedua negara tersebut memicu China mencari pasokan kedelai dari negara lain. “Produsen kedelai dari Brasil yyang mendapatkan keuntungan dan peluang bisnis dari perang dagang. Ini membuktikan kalau perang dagang bisa menciptakan peluang bisnis, termasuk perusahaan Indonesia,” tutur Stern saat berbincang-bincang dengan SWAonline di Jakarta pada Kamis, (23/1/2020).

Dia bilang emiten yang berorientasi ekspor itu bisa merujuk keberhasilan produsen kedelai di Brasil yang berhasil mengambil peluang bisnis dari perang dagang tersebut. Ke depannya, Stern mengimbau emiten Indonesia untuk mencari celah ekspor ke AS, China, dan negara-negara lainnya walau menghadapi tantangan bisnis untuk memasuki negara tujuan ekspor itu. “Perekonomian global di tahun ini masih relatif baik walau dibayang-bayangi resesi,” ujar Stern.

Di sisi lain, Stern mengimbau pemerintah untuk mempercepat deregulasi untuk menarik investor asing berinvestasi di Indonesia. Kemudahan beruasaha di Indonesia diantara negara-negara di Asia Tenggara, menurut Stern, masih di bawah Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Dampaknya, investor memprioritaskan relokasi pabrik dari China lebih banyak ke Vietnam dibandingkan ke Indonesia.

Adapun, peringkat Indonesia Ease of Doing Business (EODB) Indonesia yang dirilis Bank Dunia pada 2019 menempatkan Indonesia di posisi ke-73 dari 190 negara dalam hal kemudahan berusaha. Peringkat ini sama seperti peringkat EODB Indonesia di tahun 2018. Peringkat Indonesia itu lebih rendah dibandingkan lima negara Asia Tenggara lainnya, yakni. Singapura di peringkat kedua, Malaysia di peringkat 15, kemudian Thailand di posisi 27, disusul Brunei Darussalam yang menghuni peringkat 55, dan Vietnam di posisi ke-69.

Pemerintah berupaya memperbaiki iklim bisnis dan investasi dengan menerbitkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law di DPR. Nantinya, Omnibus Law akan memangkas aturan yang menghambat investasi dan mempermudah dunia usaha. Pada kesempatan terpisah, Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan Omnibus Law diharapkan makin meningkatkan iklim investasi di Indonesia, munculnya perusahaan yang semakin besar dan bisa secara organik maupun non organik masuk ke pasar modal. “Kita (pemerintah) sedang menggodok dua Omnibus Law tentang cipta lapangan kerja dan perpajakan,” ujar Sri Mulyani saat menghadiri Penutupan Perdagangan Saham Bursa Efek Tahun 2019 di Gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta pada 30 Desember 2019.

Omnibus Law Perpajakan, menurut Sri Mulyani, akan menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) badan dan PPh untuk perusahaan yang go public. Selain itu, pihaknya memberikan insentif untuk menggunakan pengenaan PPh atas dividen, dan pemberlakuan asas teritori.Sri Mulyani menjelaskan pasar modal bisa berkontribusi lebih atraktif untuk menarik para investor dan juga melakukan inovasi layanan dan produk serta mengundang lebih banyak lagi calon perusahaan yang melakukan IPO (initial public offering).

Adapun, Indeks Harga Saham Gabungan pada Kamis, 23 Desember 2019, ditutup pada level 6,249 poin, naik 0,25% dibandingkan perdagangan sebelumnya. Namun, level IHSG sejak awal tahun hingga Kamis ini (year to date) tercatat minus 0,80%.

Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, menyebutkan investor mencermati sentimen global yang mempengaruhi laju IHSG di sepanjang tahun ini. Dari AS, investor mengamati pemilihan presiden AS. Sedangkan sentimen dari Eropa, para pemodal mencermati kepastian Inggris keluar dari Zona Uni Eropa. Hans Kwee mengestimasikan level IHSG di akhir tahun 2020 ditargetkan berada di level 6.750 poin.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved