CEO Interview Editor's Choice

Nusira: Menjual Langsung Produk Karet ke 10 Buyer Terbesar

Nusira: Menjual Langsung Produk Karet ke 10 Buyer Terbesar

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan karet, PT Nusira menampung produk karet dari para petani dan menjualnya ke pasar internasional. Para pelanggannya adalah para pemain industri ban besar dunia, seperti Bridge Stone dan Good Year. Bagaimana lika-liku ekspor karet yang dilakukan PT Nusira, Reporter SWA Rangga Wiraspati mewawancarai Martinus S. Sinarya, CEO PT Kirana Megatara – holding company-nya PT Nusira. Berikut ini wawancaranya.

Martinus S. Sinarya, Nusira, Kirana Megatara

Martinus S. Sinarya

Bagaimana awal perkembangan PT Nusira?

PT Nusira berada di bawah Kirana Megatara Group dan merupakan satu dari 15 perusahaan karet di bawah naungan Kirana yang sudah senior. Memang, di Sumatera Utara, kami mempunyai empat perusahaan karet, salah satu yang sudah sangat mapan adalah PT Nusira. Kegiatan ekspor PT Nusira sudah sangat stabil dan para pembelinya pun pemain besar. Seluruh pabrik ban ternama beli di PT Nusira, sehingga membanggakan sekali bagi Kirana. PT Kirana sendiri berdiri ketika pendiri Astra, William Suryadjaya, ingin ekspansi ke agrobisnis dan mulai membeli perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera. Ketika itu Om William menunjuk tiga orang yaitu Teddy Rachmat, Benny Subianto, dan Frans Iwo sebagai founders untuk cikal bakal agrobisnis Kirana. (Info Media Internal Kirana News: Pada 16 Agustus 1983 seluruh saham PT Nusira diakuisisi oleh PT Djambi Waras, kemudian pada 1 Desember 1992 mayoritas saham PT Djambi Waras diakuisisi oleh PT Kirana Megatara).

Apakah Nusira merupakan salah satu perusahaan karet terbesar dari grup Kirana?

15 perusahaan karet yang bernaung di bawah Kirana rata-rata berkapasitas 4.000 ton per bulan. Namun ada perusahaan yang kapasitasnya melebihi Nusira dengan 6.000 ton per bulan, seperti Djambi Waras.

Terkait dengan Nusira, bagaimana gambaran kinerja perusahaan dalam tiga tahun terakhir?

Secara kapasitas, Nusira berada pada 3.500-4.000 ton per bulan. (Keterangan bahan grafik volume dan nilai ekspor dari Kirana, saat krisis finansial global tahun 2008-2009 volume penjualan turun 11% pada 30.021 ton di tahun 2009, kemudian naik 15% di tahun 2010 pada 38.771 ton dan 47% di tahun 2011 pada 49.410 ton. Nilai ekspor di tahun 2009 adalah US$ 512 juta, kemudian naik 443% sebesar US$ 1,092 miliar di tahun 2010, dan 886% sebesar US$ 1,982 miliar di tahun 2011.)

Bagaimana dampak krisis global pada penjualan ekspor Nusira? Karena harga karet sangat dipengaruhi perekonomian global?

Memang harga karet di dunia sangat fluktuatif, terendah pada saat krisis finansial global tahun 2008 kemarin sampai 1USD per kg. Tapi grup Kirana memiliki patokan harga komoditas dari penjualan dan harga beli dari petani karet sehingga kami mengetahui margin nilai karet. Angka margin tersebut yang terus kami pertahankan terhadap pembeli kami dan penjual getah karet sehingga meskipun harga fluktuatif gejolaknya tidak besar. Kami bukan spekulan ketika membeli getah karet dari petani, kami hanya mengambil margin saja. Maka ketika harga karet bergejolak kami tidak terlalu terpengaruh.

Bisa dielaborasikan bagaimana strategi yang diambil perusahaan untuk bangkit pada saat perekonomian global krisis?

Pada saat harga karet dunia tertinggi dan terendah kami selalu membeli getah karet dengan perhitungan margin dan biaya produksi yang tetap. Pada saat harga karet dunia terpuruk senilai US$ 2,5 per kg bulan September 2012 lalu, tiga negara pengekspor karet di ASEAN (Thailand, Malaysia, dan Indonesia) sepakat untuk menahan ekspor agar harga karet dunia kembali terdongkrak dan Kirana mendukung hal itu melalui Gapkindo. Walaupun secara margin harga kami jadi berkurang karena menahan ekspor, namun efek jangka panjangnya baik bagi bisnis kami dan petani karet jika harga kembali terdongkrak.

Bagaimana strategi pemasarannya, apakah perusahaan lebih memanfaatkan purchasing office buyer di Singapura dan tidak menembus buyer secara langsung?

Untuk itu kami melihat profil beberapa buyer kami, namun sampai saat ini sudah 90% buyer kami membeli produk kami secara langsung. Mungkin beberapa buyer tertentu saja yang melalui purchasing office di Singapura tapi untuk PT Nusira contohnya, pembeli bertransaksi langsung dengan kami. Purchasing office di Singapura berfungsi untuk konsultasi dan koordinasi saja. Mungkin seperti Good Year yang melalui purchasing office di Singapura karena mereka memiliki skema pembayaran tertentu namun yang lainnya langsung ke kami.

Pada kondisi persaingan global tentunya buyer-buyer besar juga melihat pengekspor karet serupa, bagaimana strategi ekspor perusahaan untuk bersaing dengan pemain-pemain lain sehingga buyer selalu membeli produk Nusira?

Sebenarnya Kirana sebagai head office yang berada dalam posisi striker untuk penjualan kepada buyer yang banyak memiliki kantor representatif di Singapura, namun urusan transaksi jual beli dilakukan langsung dengan perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan kami.

Apa pengalaman buruk yang dialami ketika kegiatan ekspor?

Adakalanya delivery kami tidak tepat waktu karena kendala pada infrasruktur di Indonesia seperti packaging, trucking, sampai shipping. Rata-rata pabrik pengolahan karet terletak pada sentra-sentra perkebunan karet yang jauh dengan pelabuhan. Pada proses pengiriman ini seringkali terjadi handicap yang menganggu untuk bisnis kami. Untungnya untuk PT Nusira terletak di tengah Kota Medan dan pelabuhannya ada di Belawan yang merupakan salah satu port pengiriman terbaik secara infrastruktur di Indonesia. Tapi untuk daerah lain yang perkebunannya di hutan misalnya, banyak kendala seperti pengangkutan lewat sungai sampai pencurian pun terjadi.

Apakah ada pengalaman buruk untuk kegiatan ekspor di luar Indonesia?

Sampai saat ini karena buyer kami pabrik ban yang sudah pilihan semua maka praktis tidak ada masalah sama sekali. Kami memiliki long relationship yang baik dengan pabrik-pabrik ban untuk Bridgestone dan Good Year misalnya. Kami tidak melalui pihak ketiga seperti trader atau broker sehingga praktis hambatan bagi kami berupa fluktuasi harga karet dunia.

Bagaimana strategi memperbesar pasar mengingat top 10 buyer besar sudah dipegang?

Kami menargetkan top 20 buyer terbesar produk ban karet bisa terpegang. Karena praktik bisnis kami seperti laundry, yaitu hanya mengambil bahan mentah, mencuci dan mengolah lalu menjualnya maka praktis kami hanya mengambil keuntungan dari margin jual beli dengan pemilik dan pedagang raw material kami. Karena kami mengandalkan volume penjualan, kami tidak main di hilir, tapi strategi kami adalah menggarap hulu habis-habisan, yaitu bagaimana kami menjaga hubungan baik dengan para pemilik bahan mentah tadi. Pada setiap perusahaan kami ada kerjasama pembinaaan dengan gabungan kelompok tani yang anggotanya rata-rata 100-200 petani. Kurang lebih ada 3.000 petani yang bekerjasama dengan 15 anak perusahaan kami sampai saat ini. Kami membina para petani dengan cara memberi bibit, penyuluhan-pennyuluhan agar kontinuitas kerjasama mereka dengan Kirana dapat terus berlangsung serta produk yang mereka hasilkan kualitasnya baik untuk kami. Saya pikir kuncinya di situ.

Apa yang menjadi keunggulan produk PT Nusira?

Karena hubungan dengan hulu yang baik, maka PT Nusira selalu dapat bekerjasama mencari solusi mengenai harga dengan para petani misalnya. Kemudian hal itu berdampak pada kualitas raw material yang dihasilkan para petani bagi kami. Yang tidak kalah pentingnya adalah proses produksi di pabrik perusahaan kami sangat baik, sehingga menghasilkan produk karet standar industri tanpa cacat dan sudah teruji secara internasional.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved