CEO Interview Editor's Choice

Transformasi Tiga Pilar Sejahtera Menuju World Class Company

Joko Mogoginta, Tiga Pilar Sejahtera, food, energy, makanan, transformasi, bisnis, CEO

Joko Mogoginta

PT Tiga Pilar Sejahtera Food (TPSF) Tbk semula hanya perusahaan keluarga kelas menengah yang dikelola secara sederhana dan tradisional tanpa memiliki visi dan misi jangka panjang. Nah, menyadari adanya berbagai kekurangan pada perusahaan keluarga, TPSF pun lalu menggulirkan transformasi bisnis, sehingga mampu menunujukkan kinerja yang jauh melampaui industri sejenis. Ke depan, TPFS bermimpi menjadi peruashaan kelas dunia di bidang pengolahan pangan. Berikut ini wawancara Denoan Rinaldi dari SWA dengan Joko Mogoginta, CEO PT TPFS:

Apa alasan melakukan transformasi? Apa yang ingin ditransformasi? Kami ingin tumbuh secara signifikan, jauh di atas rata-rata pertumbuhan bisnis sejenis, dan ingin menjadi perusahaan nasional dan multinasional yang hebat. Hal yang ingin ditransformasi adalah organisasi dan “people”-nya, serta bisnis TPSF.

Mohon gambarkan kondisi/kinerja sebelum transformasi. Kami adalah bisnis keluarga yang terbatas wawasan profesionalisme-nya sehingga kami bekerja hanya berdasarkan latar belakang, semangat, background study, dan intuisi semata. Tujuan perusahaan sangat sederhana dan tidak memiliki visi dan misi jangka panjang.

Bagaimana merancang transformasi? Apa model transformasi yang dijalankan? Apa perlu bantuan konsultan untuk menyusunnya? Bagaimana membentuk tim? Bagaimana melibatkan karyawan? Dimulai dengan kesadaran akan kekurangan sebagai bisnis keluarga, maka atas usulan dari saya sebagai pimpinan puncak TPSF, maka kami, semua jajaran pimpinan, bersama-sama menyepakati untuk menjadi perusahaan yang profesional, inilah tahap awal kami merancang transformasi.

Untuk modelnya, kami mengadopsi kelebihan/keunggulan perusahaan besar profesional yang telah terbukti/proven. Hal itu dilakukan dengan mengombinasikan keunggulan/kelebihan perusahaan kecil kami.Ya, untuk membantu proses ini, kami meng-hire konsultan asing yang jago di productivity dan dampaknya organisasi perusahaan berubah sangat signifikan.

Kami mulai putuskan Tujuan, Visi, Misi, dan Value perusahaan. Selain itu, kami juga mulai menentukan target atau goal masing-masing departmen, hingga ke para individu, dan juga terhadap stasiun proses yang ada di perusahaan. Sejak itu mulai terbentuk tim, karena tanpa tim, mustahil tujuan perusahaan tercapai. Pada titik itu, mau tidak mau semua karyawan terlibat dan harus melibatkan diri.

Bagaimana proses melakukan transformasi? Harus dimulai dari saya sebagai pimpinan perusahaan yang harus menjadi model/contoh dan change agent transformasi perusahaan. Setelah menentukan arah perusahaan, dengan diikuti kata sepakat semua karyawan di perusahaan, maka mau tidak mau karyawan terlibat dalam perubahan, meskipun ada yang harus diajak atau dipaksa. Apabila ada yang tidak mau berubah ya terpaksa kami minta “get off now” dari TPSF.

Tentunya kami akhirnya mempunyai beberapa tool perubahan yang menjadi pedoman bagi perusahaan dan karyawan sebagai pelaksana dari transformasi ini. Melalui sosialiasi yang intensif dengan melibatkan semua komponen karyawan perusahaan melalui buddy system dan terus menerus mengadakan pelatihan dan workshop. Akhirnya selama hampir 2 tahun mulailah terasa hasilnya, ini benar-benar pekerjaan yang tak mudah dan tidak sedikit yang hampir putus asa dan putus asa.

Apa saja kendala yang dihadapi saat melakukan transformasi? Bagaimana mengatasinya? Kenyamanan karyawan (comfort zone) selama sebelum dilakukan transformasi. Sistem kerja sebelumnya dianggap terbaik dan paling benar. Padahal best practice-nya ada, lebih modern, sederhana, dan mudah dilaksanakan untuk menghasilkan yang lebih baik. Pengalaman kerja yang membuat seseorang terlena dan merasa hebat sekali, padahal jauh daripada itu ada cara-cara yang lebih baik dan benar.

Cara mengatasinya adalah TPSF melatih melalui training, seminar, workshop dan mentoring. Selalu dibuka waktu untuk coaching, consulting, dan counseling oleh para ahli di bidangnya yang ditunjuk oleh TPSF untuk mengawal proses transformasi kami.

Joko Mokoginta, Tiga Pilar Sejahtera, food, energy, makanan, transformasi, bisnis, CEO

Joko Mokoginta

Perlu berapa lama sampai transformasi itu menghasilkan apa yang diinginkan? Apa saja hasil-hasil yang telah diperoleh setelah melakukan transformasi? Apa indikasi keberhasilan transformasi ini? Sekitar 4 tahun sejak awal di deklarasikan transformasi, selanjutnya proses continuous improvement dilakukan oleh TPS Academy saat ini, tim inti perubahan ini. Hasilnya TPSF menjadi perusahaan yang profesional dengan pertumbuhan yang luar biasa baik dalam hal pendapatan, keuntungan dan tentunya kepuasan stakeholder TPSF.

Indikasinya sangat jelas dan kentara yaitu kemudahaan seorang karyawan bekerja, menggantikan teman yang tidak masuk/keluar, mudah mengisi kekosongan sebuah posisi yang baru atau ditinggal karena keluar dari perusahaan.Dan yang sangat membanggakan yaitu mudah mencari karyawan dan mudah-mudahan menjadi salah satu perusahaan yang dituju oleh orang yang mencari pekerjaan.Ujungnya kami akan mendapatkan orang yang benar-benar memiliki passion untuk bekerja di TPSF.

Apa saja key driver yang membuat proses transfromasi sukses di perusahaan itu? Yang pasti adalah saya sebagai pemimpin puncak perusahaan TPSF ini, dengan para change agent yang masuk di TPS Academy menjadi key driver aktif saya. Beberapa pedoman, SOP, dan sistem atau tool di semua departemen TPSF akan menjadi penggerak dan pendorong suksesnya juga transformasi perusahaan kami.

Bagaimana faktor kepemimpinan dan peran CEO/owner dalam transformasi? Seperti saya katakan di atas bahwa CEO/Owner aktif memimpin atau yang menjadi orang nomor satu atau orang kunci sebuah perusahaan adalah KUNCI atau MUTLAK keberhasilan/kesuksesan sebuah transformasi.

Mohon gambarkan kondisi/kinerja setelah melakukan transformasi? Revenue growth yang fantastis. Begitu pula profit atau nett Income perusahaan yang well performed and growth very good, baik melalui pertumbuhan organik dan anorganik. TPSF adalah perusahaan publik, kalau kita melihat saham kami yang berkode AISA likuiditasnya sangat baik atau likuid di bursa saham IDX (Indonesia Stock Exchange). Masyarakat percaya bahwa kami/TPSF adalah perusahaan yang professional dan reputable. Keberhasilan ini terbukti dengan penghargaan dari SWA dan Synovate berupa Award “Best CEO” tahun 2010, penghargaan sebagai “The Most Improved Company” pada tahun 2010 dari IICD dan Investor untuk Good Corporate Governance. Masuk Best 40 Majalah Forbes pada tahun 2011 untuk kategori perusahaan menengah (revenue di bawah US$ 1 miliar).

Saat ini kira-kira 40% saham TPSF berkode AISA dimiliki oleh sekitar 160 investor institusi dan sekitar 2.000 investor perorangan. Ini membuktikan bahwa performance saham AISA sangat bagus.

Setelah transformasi ini, apa next strategy-nya? Apa akan terus melakukan transformasi lagi? Di bidang apa?

Next strategy kami adalah melakukan branding produk-produk TPSF secara konsisten dan berkelanjutan, memasuki pasar gobal, meneruskan pertumbuhan anorganik melalui Joint Venture, Alliance, Co-Branding, OEM. Gurita perusahaan kami mendatang adalah fokus pada marketing atau menjadi Marketing Company yang akan memiliki strong brand dan menjadi market leader di kelas dan kategorinya.

Selain itu, kami secara terus menerus melakukan dan meningkatkan Learning Human Capital melalui TPSF Academy agar terwujud atau menjadi perusahaan yang “World Class Organization”. Selanjutnya kami akan melakukan transformasi yang terstruktur. Tujuannya untuk mempertahankan pertumbuhan TPSF seperti 4 tahun terakhir ini. Kami tetap akan konsisten di bidang Food and Food Related dengan memprioritaskan peluang-peluang bisnis food yang paling memberikan Value Added saat ini dan masa mendatang.

Untuk menutup wawancara ini saya ingin sharing bahwa peluang bisnis yang tak lekang waktu dan menjadi primadona di masa mendatang adalah food, energy and water. Trust me, ha..ha..ha….


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved