CSR Corner

Japfa Foundation Angkat Duta Ayam Indonesia

Japfa Foundation Angkat Duta Ayam Indonesia

Japfa Foundation melantik Ade M. Zulkarnain, MSA sebagai Duta Ayam Lokal. Bukan tanpa alasan penunjukan Ade ini oleh yayasan yang berfokus kepada pendidikan agrikultur, nutrisi, dan olahraga ini. Kiprah Ade sebagai peternak ayam membawanya hingga ke posisi sebagai Sekretaris Jenderal Sekjen Dewan Peternak Rakyat Nasional atau Depernas, yang memiliki 17 anggota asosiasi dari berbagai komoditas ternak. Namun lika-liku perjalanan Ade dalam pengembangan bisnis peternakan ayam telah dirintis sejak awal 2003. Kala itu, banyak orang mempertanyakan pertimbangannya memilih ayam kampung sebagai usaha ternak.

Penobatan ini digelar pada seminar dengan tema Mengangkat Potensi Sumber Daya Genetik Ternak Asli Indonesia yang Berdaya Saing dalam Menghadapi Pasar Global. Sejumlah narasumber pada acara tersebut adalah Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita MP, Dr. Ir. Tike Sartika, Ade M. Zulkarnain, MSA dan Head of Japfa Foundation Andi Prasetyo.

Tidak mudah menjadi duta ayam, Ade memiliki tiga tugas pokok yaitu mengembangkan dan mendukung riset dan science ayam lokal indonesia (termasuk ayam kampung), melestarikan keturunan ayam lokal (ayam kampung dan lain-lain), dan endorong pertumbuhan UKM dan usaha terkait ayam lokal sehjngga dapat menjadi usaha yang menghasilkan.

Perjalanan Ade sebagai peternak ayam kampung tidaklah mudah. Selama 2 tahun beternak ayam kampung, tepatnya pada Juli 2005 sempat nyaris habis lantaran terserang wabah virus flu burung. Ribuan ekor ayam mati. Ratusan ekor harus dimusnahkan. “Ini adalah kasus flu burung terbesar di Indonesia yang menyerang ayam kampung di satu lokasi,” tuturnya. Ia diminta tidak beternak oleh pemerintah selama tiga bulan dengan alasan kesehatan masyarakat. Meski begitu, Ade tidak pernah berhenti melakukan kampanye ternak ayam kampung. “Saya terus melakukan sosialisasi dari satu kecamatan ke kecamatan lain,” ungkapnya.

Dari berbagai kampanye yang dilakukan, Ade justru menemukan konsep dengan menjadikan flu burung sebagai kebangkitan peternak ayam kampung. “Dari kasus wabah dan konsep saya, puluhan peneliti dan lembaga peternakan maupun kesehatan hewan. Baik dari dalam maupun luar negeri, berdatangan. Ada yang melakukan penelitian dan ada pula yang mau menggali motivasi saya untuk menggerakkan ternak ayam kampung,” katanya.

Kerugian besar paska flu burung itu justru dibukukan Ade dengan judul “Restrukturisasi Peternakan dan Kebangkitan Peternakan Rakyat Ayam Kampung” terbit atas dukungan United States Department of Agriculture (USDA) dan Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) pimpinan Bayu Krishnamurti. Sejak itu Ade diminta memberikan pelatihan secara reguler baik skala besar maupun kecil tentang manajemen budidaya ternak dan kesehatan unggas. Ada dua bahasan yang ulas dalam pelatihan, pertama, manajemen kesehatan unggas dalam rangka penanggulangan flu burung yang digelar Komnas FBPI dan Fakultas Kesehatan Hewan Institut Pertanian Bogor. Kedua, pelatihan manajemen budidaya ternak ayam kampung dari USAID. “Gagasan dan konsep pelatihan sepenuhnya berasal dari saya,” kata Ade bangga.

Sejak kasus flu burung, jumlah peternak ayam kampung di berbagai provinsi justru kian melonjak. Banyak kelompok tani dan perorangan berdatangan untuk belajar dari Ade, yang pada tahun 2007 mendapatkan penghargaan dari Bupati Sukabumi. “Pelopor Peternakan Ayam Kampung Pola Intensif”. “Tempat peternakan saya maupun kelompik (Kepraks) juga mencatat sejarah. Pertama, uji vaksin H5N1 pertama di dunia dilakukan di tempat kami yang berlangsung selama dua tahun (2006-2008) yang dilakukan Wageningen (Belanda) dan Kementerian Pertanian. Kedua, uji kekebalan manusia terhadap virus flu burung pada 2008 oleh WHO dan Balitbangkes Kementerian Kesehatan yang waktu itu dipimpin oleh almarhum Endang Sedyaningsih (Menteri Kesehatan),” kata Ade.

Pada tahun 2008, Ade mendapat kepercayaan untuk memimpin Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia atau HIMPULI, wadah bagi para peternak ayam lokal dan itik. Pada tahun yang sama, dalam rangka mengangkat potensi ayam asli Indonesia, Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sulabumi gemblengan Ade menerbitkan buku Ayam Indonesia, hasil kerja sama dengan Yayasan Kehati. Ade kemudian kembali terpilih sebagai Ketua Umum HIMPULI untuk periode 2012-2017. HIMPULI merupakan asosiasi yang 95% anggotanya merupakan peternak akar rumput di 27 provinsi.

Di masa periode kepemimpinan pertamanya di HIMPULI, salah satu konsep Ade meraih perhatian pemerintah pusat. Kala itu Ade memiliki gagasan dan konsep untuk mengembalikan unggas lokal ke tempat yang selayaknya di negeri sendiri. Pada Mei 2009 di Yogyakarta, diluncurkan program Unggas Lokal Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri dan Selamatkan Ayam Indonesia, yang dihadiri Menteri Pertanian Anton Apriyantono.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved