Proyek listrik 35.000 MW membutuhkan banyak tenaga kerja dlam 3-5 tahun ke depan. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) lewat anak usahanya PT PJB dan cucunya PT PJB Services merintis upaya peningkatan mutu pendidikan SMK beserta lulusannya dengan nama PJB Class.

“Harapannya, serapan lulusan SMK bisa naik dari saat ini sekitar 62%. Program ini tak hanya ditunjang dengan kurikulum pembelajaran yang sesuai, tetapi juga fasilitas praktik yang lengkap,” kata Hudiono, Kabid Pembinaan SMK Disdik Propinsi Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Timur Sukarwo mengatakan, baru sekitar 64% siswa SMK yang bekerja secara profesional, terutama di bidang kelistrikan. Dari total 1.947 SMK di Provinsi Jawa Timur, yang terdiri atas 290 SMK Negeri dan 1700-an SMK Swasta, hanya 40% dari jumlah tersebut yang telah memiliki akreditasi.

Inilah yang menyebabkan jumlah pengangguran dari lulusan SMK terus bertambah. Fasilitas praktek yang kurang memadai juga berdampak pada rendahnya mutu lulusan. Untuk itulah, PJB memberikan pembelajaran terbaik dengan melibatkan sistem pembelajaran yang sistematis, instruktur yang berpengalaman, dan fasilitas unggul yang dimiliki PJB.

Lulusan dari PJB Class ini dihargai dan ditandai dengan Sertifikasi Kompetensi Level-1. Inilah yang membuat Kementerian ESDM menilai program ini ideal dan sistematis dalam menciptakan lulusan SMK dengan keahlian yang diakui dan mampu menjawab kebutuhan tenaga kerja di sektor pembangkitan tenaga listrik. Terutama, untuk mendukung program 35.000 MW agar tidak hanya dikuasai pihak asing.

Adapun, komitmen PJB hadir lewat PJB Academy. Mereka menetapkan kurikulum dasar-dasar pembangkitan sebagai pemahaman dasar maupun yang bersifat lanjutan. Sehingga, lulusannya siap bekerja sebagai operator di pembangkitan listrik. Ada juga pembekalan bagi guru produktif SMK untuk menyajikan materi tentang pembangkitan, serta bagi para siswa kelas 11, PJB memberikan lokasi pembelajaran, fasilitas praktek yang komprehensif dan instruktur berpengalaman di PLTU / PLTGU milik PT PJB selama 8 bulan.

Yang paling istimewa adalah siswa diberikan kesempatan mengikuti uji Sertifikasi Kompetensi Level – 1 melalui badan sertifikasi kompetensi yang diakui Kementerian ESDM. Sampai saat ini, sudah ada 11 sekolah dan setiap sekolah mengikutsertakan 30 siswanya dalam program ini. Ke depan program, ini bisa diperluas dengan melibatkan lebih banyak SMK, sehingga kemanfatannya secara masif bisa dirasakan oleh pemerintah dan masyarakat.