Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Bistip.com dari Kebiasaan Jadi Bisnis Serius

Oleh Admin
Bistip.com dari Kebiasaan Jadi Bisnis Serius

Salah satu kebiasaan orang Indonesia: menitip pembelian barang di luar negeri kepada mahasiswa yang studi di luar negeri dan tengah pulang kampung. Hal seperti itu juga kerap dialami Willy Ekasalim dan Doddy Lukito yang tiap tahun pulang ke Indonesia. Tak menjadi kesal karena kebiasaan orang tersebut, mereka malah menganggapnya sebagai peluang bisnis. Mereka pun kemudian membuat usaha jasa titipan pembelian barang lewat situs Internet yang mereka namakan Bistip.com. “Ide ini mulai kami garap pada akhir 2010. Awal 2011, mulai countdown untuk memulai bisnis ini di bulan Maret,” ujar Doddy.

Willy Ekasalim dan Doddy Lukito

Willy Ekasalim dan Doddy Lukito

Willy menempuh pendidikan sarjana bidang software engineering dan master bidang manajemem teknologi di University of New South Wales, Australia. Adapun Doddy menempuh studi master bidang computer engineering di Carnegie Mellon University, AS.

Meski sekilas terkesan remeh, ternyata investasi yang mereka keluarkan cukup besar. “Hampir Rp 1 M,” ujar Doddy. Dana tersebut dipakai untuk membangun sistem, pemasaran dan layanan. Ia menyebutkan, Bistip.com menggunakan mesin server dari luar dengan teknologi cloud.

Yang pasti, bentuk usaha yang ditekuni duo sahabat ini cukup unik, yaitu layanan pengiriman barang antarkawan (peer to peer courier service). Lewat situs Bistip.com, seorang pelancong (traveler) dapat menyampaikan pesan bahwa dia sedang berada di suatu tempat (di luar negeri ataupun di pelosok daerah Nusantara) dan akan kembali dalam kurun waktu tertentu, dan bersedia dititipi membeli barang yang diinginkan.

Setiap orang yang ingin menitip pembelian sesuatu pada sang pelancong akan dikenai biaya sesuai dengan keinginan pelancong tersebut. Tentu saja, untuk menjaga keamanan dan kepastian, kesepakatan dilakukan di awal transaksi. “Kami memosisikan diri sebagai penengah, antara penitip dan yang dititip. Kami penyedia fasilitasnya,” ujar Willy.

Menurutnya, lantaran para pihak yang bertransaksi tidak saling kenal, pihaknya menyediakan rekening bersama, sebagaimana model transaksi di Kaskus. Alhasil, begitu sudah deal, mereka mentransfer uang (sebesar harga barang plus besaran tip) ke rekening bersama di SafePay. “Kami sediakan fasilitas untuk tawar-menawar melalui messaging. Jadi, kami tidak ikut campur,” ujarnya.

Willy dengan bangga menyebutkan, layanan ini menjangkau dalam dan luar negeri. Berdasarkan statistik, traffic-nya lebih banyak dari luar negeri, hampir mencapai 70%. Negara tujuan dengan traffic tertinggi sejauh ini adalah Singapura.

“Barang apa saja bisa dititipkan, asal tidak ilegal,” ujar Willy. Saat ini barang yang terbanyak dititipkan adalah kosmetik dan makanan. Adapun pada awal lahirnya situs ini barang yang lebih banyak dititipkan adalah gadget dan produk fashion.

Saat ini total anggota Bistip.com telah mencapai angka 14 ribu lebih. Kelompok usia terbanyak 20-30 tahun. Willy mengklaim, setiap bulan bertambah rata-rata 1.000 anggota baru. Setahun belakangan ini terjadi percepatan penambahan anggota setelah keduanya mengembangkan fasilitas rekening bersama bernama SafePay, walaupun mereka yang bertransaksi dikenakan biaya charge 4%.

Sebagai mekanisme kontrol, pengelola Bistip.com mewajibkan semua pihak (penitip dan tertitip) untuk mendaftar sebagai anggota. Kemudian, mereka (traveler) bisa memublikasikan perjalanan mereka. Misalnya Jakarta-Los Angeles. Mereka yang butuh menitip pada rute tersebut tinggal kontak dan bernegosiasi. Setelah deal, mereka transfer ke rekening bersama. Begitu barang diterima, yang dititip memperoleh uangnya. Setiap transaksi penitipan selesai, pihak yang dititipi akan memberikan penilaian di website. “Jadi, seseorang semakin tepercaya ketika semakin banyak yang merekomendasikan dengan tanda jempol tadi,” ujar Willy. Begitulah cara kerja Bistip.com.

Doddy menegaskan adanya rekening bersama juga merupakan mekanisme kontrol lainnya. “SafePay ini bentuk tanggung jawab kami,” ujarnya. Tak mengherankan, mereka berdua pun terus mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan layanan ini.

Untuk memasarkan Bistip.com, keduanya sering memasang iklan seperti di Kaskus, juga mengadakan berbagai ajang baik online maupun offline. Bistip.com juga berafiliasi dengan situs-situs seperti Weego, EasyTravel dan RajaKamar. Mereka juga bekerja sama dengan traveler ternama Claudia Kaunang.

Dalam perkembangannya, duo sahabat ini menawarkan paket premium courier. Ini diadakan untuk memfasilitasi rute yang tidak ada. Jadi kalau ada seseorang yang ingin menitip sesuatu dari Hong Kong, misalnya, tetapi tidak ada orang yang bepergian, Willy dan Doddy akan memberangkatkan seseorang, asalkan tipnya sesuai dan menutup biaya perjalanan. “Kami pernah memberangkatkan orang ke beberapa negara seperti Singapura, Jepang, negara Eropa, dan Australia,” ujar Doddy.

Orang yang ditugaskan ini – disebut ambassador— adalah orang yang mau bepergian dan punya pengetahuan shopping yang bagus. Sang ambassador biasanya akan dititipi banyak barang. Tak seperti program sebelumnya, pada jasa premium courier ini, Doddy dan Willy yang akan membiayai di muka.

Tak cukup di situ, mereka juga meluncurkan Bistip Market untuk memfasilitasi orang yang enggan tawar-menawar. “Kami bikin seperti e-commerce, tetapi lebih frontal soal harga dan masih dalam lingkup titip-menitip,” ujar Willy. Respons pasar?”Baru sebulan berjalan, transaksi meningkat 30%,” kata Doddy.

Lalu, bagaimana kinerja Bistip.com saat ini? Doddy mengklaim setelah ada SafePay, jumlah anggota meningkat sekitar 30%. Mereka mengakui Bistip.com belum mencapai breakeven point (BEP). “Kami menargetkan dalam dua tahun mencapai BEP dengan kondisi tertentu,” ujar Doddy.

Yang pasti, Willy ingin memperluas marketplace jika jumlah anggota telah mencapai 25 ribu. Jadi, mereka berharap transaksi bisa terus meningkat. Ia melihat idealnya setiap bulan omsetnya minimal Rp 50 juta.

Salah satu member Bistip.com, Erna Lusiani Kurniawan (35 tahun), berbagi cerita. Menurutnya, bertransaksi di Bistip sangat unik karena titipannya bisa bermacam-macam. Tipnya pun tergantung pada negosiasi. Pilihan rutenya juga banyak. “Biar aman, saya lebih memilih pakai SafePay saja,” ujarnya. Ia juga menilai program Bistip terbaru, Bistip Market, terbilang bagus. Alasannya, proses titip-menitip tidak selalu mulus. Jadi, kalau ada salah beli atau kelebihan, bisa dijual lagi di Bistip Market.

“Banyak orang luar yang tertarik, termasuk dari Jerman. Mereka mengajak kolaborasi,” ujar Willy. Menurutnya, tantangan terbesarnya selama ini, karena ini merupakan jenis bisnis baru, adalah mengedukasi pasar, termasuk dalam hal pemakaian fasilitas SafePay. (*)

Yuyun Manopol & Rif’atul Mahmudah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved