Editor's Choice Next Gen

Kiat Nine dan Ditta Wahab Kembangkan Parish Cake Shop

Kiat Nine dan Ditta Wahab Kembangkan Parish Cake Shop

We are the first Décor It Yourself (DIY) cake shopin Indonesia,” kata Nine Wahab, salah seorang pemilik dan pengelola Parish Cake Shop, mengklaim. “Semua orang bebas memilih topping dan icing untuk mendekorasi cake-nya sendiri. Jadi, bisa ada sentuhan personalnya,” tambahnya bersemangat.

Nine dan Ditta Wahab

~~

Itulah keunikan yang ditawarkan toko kue bernama Parish Cake Shop. Toko kue yang didirikan pada 1 Oktober 2005 dan berkonsep DIYini sekarang dikelola oleh kakak-beradik mantan penyiar radio: Nine dan Ditta Wahab.

Menurut Nine, pendiri Parish Cake Shop terdiri dari beberapa orang, yakni Sammy Bramantyo, Sandy Prananto, dan Ditta Wahab. “Sekarang hanya saya dan Ditta yang mengelolanya,” ujar perempuan yang mengaku memegang tanggung jawab di bidang pemasaran Parish Cake Shop ini.

Menurut Nine, dengan mengusung konsep DIY, maka Parish Cake Shop pada dasarnya bukan hanya menawarkan produk, tetapi juga aktivitas. Selain itu, kelebihan lain dari toko kue yang berkiblat ke budaya Prancis ini adalah dari sisi rasa kuenya yang tidak terlalu manis. Alasannya, berdasarkan hasil riset, orang Indonesia lebih suka rasa yang agak gurih.

Ada lagi kekhasan yang ditawarkan. “Semua cakedi Parish pakai low fat milk, low sugar, dannon-dairy cream.Karena kami ingin idealis, ingin buat sesuatu yang sehat, tapi tidak ingin mengurangi keenakan rasanya,” ujar Nine. Menurutnya, resep kuenya dibuat sendiri, dibantu beberapa pastry chef. “Kami diskusi dengan mereka bagaimana membuat cake yang sehat dan enak,” imbuh Ditta, yang bertugas mengelola pengembangan produk dan bisnis di toko kue ini.

Diklaim Ditta, setiap bulan pihaknya mengeluarkan dua produk baru. Jika produk itu mendapat respons bagus dari pelanggan, kueitu akan menjadi produk tetap. Saat ini, Parish memiliki sekitar 15 jenis cake, seperti cake wortel, cake durian, cake karamel, red velvet, rainbow cake, cheese cake, tiramisu, cookie, truffle/praline, macaron dan lain-lain. “Namun, cake andalan kami adalah dark chocolatecake, yang merupakan produk cake pertama yang kami buat ketika memulai bisnis ini,” kata Ditta.

Menurut Ditta, dalam sehari pihaknya bisa memproduksi sekitar 300 cake pada hari biasa. Dalam setahun itu pasti ada hari-hari di mana penjualannya lebih banyak daripada hari biasa, misalnya Lebaran, Natal, Hari Ibu, Valentine, dll.

Kisaran harganya, untuk cup cake dibanderol mulai Rp 22.500. Harga itu sudah termasuk free icing dan topping, misalnya ada cherry, cokelat M&M, (wafer) Tango, dsb. Adapun untukcakeportion harganya mulai dari Rp30 ribu sampai ratusan ribu, tergantung ukuran cake-nya.

Diklaim Nine, dari kedua gerai Parish Cake Shop yang berada di Jl. Kyai Maja dan Mal FX Senayan, pihaknya mampu meraup omset Rp 200-300 juta per hari.

Nine dan Ditta Wahab

~~

Ditta menyebutkan, untuk mengembangkan toko Parish, mereka mengeluarkan modal dari kantong sendiri. Mulanya, produksi dan pengiriman (delivery) produk juga dilakukan sendiri. “Ya, ketika itu semuanya kami kerjakan sendiri. Ketika mau siaran, kami bilang: nanti dulu ya, mau aduk tepung dulu,” ujarnya seraya tertawa. “Kalau sekarang, kami sudah punya central kitchen di Jakarta Pusat,” ia menambahkan.

Diakui Nine dan Ditta, Parish mampu bertahan hingga sekarang, karena selalu berusaha mengikuti kemauan pelanggan sehingga mereka puas. Di sisi lain, tentu saja, mereka juga terus melakukanpengembangan, baik dari sisi produk, pelayanan, maupun pemasaran.

Dari aspek produk, selain menawarkan jenis dan rasa yang berbeda, juga produknya selalu fresh. Produksi dimulai jam 7 pagi, Parish menerapkan sistem rolling shift. Dalam sehari 20 pegawai dapur Parish membuat kue dua kali, yang akan dikirimkan dua kali ke tiap gerai. Gerai Parish sendiri mulai buka jam 10 pagi.

Untuk sistem pengiriman, Nine mengaku sementara ini pihaknya hanya mampu menjangkau wilayah Jakarta. Pasalnya, kue produk mereka tidak bisa tahan lama, sementara konsumen yang dihadapi menginginkan pelayanan utama. Terlebih kondisi lalu lintas yang kurang mendukung pengiriman ke luar kota.

Sementara untuk pemasaran, jika sebelumnya banyak mengandalkan jejaring dan word of mouth marketing, sekarang lebih banyak menggunakan berbagai media sosial, seperti Facebook, Twitter dan Instagram, serta website (www.iloveparish.com).

Selain itu, tim pemasaran Parish pun rajin mengirimkan e-mail blast. Termasuk melakukan promo ketika ada acara khusus. Contoh, ketika ada pemilihan Gubernur DKI Jakarta antara Jokowi dan Fauzi Bowo, Parish membuatcake dengan desain kotak-kotak dan kumis. “Respons customerbagus banget. Jadi kami harus tanggap kalau ada momentum seperti itu di masyarakat,” ujar Nine sambil tersenyum.

Selain terus melakukan inovasi produk sehingga bisa memproduksi kue yang sesuai dengan keinginan pasar yang terus berkembang, ke depan keduanya berharap bisnisnya bisa terus bertumbuh. Beberapa rencana telah dicanangkan oleh Nine dan Ditta. Antara lain, hingga tahun depan bisa membuka dua gerai baru. Juga, akan melakukan re-branding. “Kami mau re-branding semuanya. Nantinya, kemasannya lebih bio-degradable, jadi eco-friendly, dan sebagainya,” ujar Ditta. “Kami optimistis bisnis ini bisa terus berkembang, karena kami sangat menyukainya. Kami percaya dengan produk yang kami buat, sehat dan enak banget,” imbuh Nine.

Optimisme Nine dan Ditta dengan bisnis kuenya, diperkuat Novistiar Rustandi, pengamat bisnis start-up yang juga Direktur Jakarta Founder Institute. Menurutnya, sejalan dengan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang meningkat, maka orang pun tidak keberatan mengeluarkan uangnya untuk membeli kue. Jadi kemungkinan Parish untuk terus bertumbuh tetap ada. Walaupun entry barrier di industri ini sangat tipis.

Namun di sisi lain, Novistiar mengkritisi pertumbuhan Parish yang sangat lambat. Menurutnya, dalam rentang 9 tahun hanya memiliki dua toko berarti terlalu lambat pertumbuhannya. “Biasanya toko roti atau kue itu akan cepat berkembang pesat dengan punya toko lebih banyak. Sebaliknya, akan susah kalau mau menjadi massal apabila hanya punya dua toko,” ujar Novi. “Tetapi, mungkin keinginan pemiliknya seperti itu. Itu pilihannya. Mereka merasahappy dengan mempunyai satu-dua toko saja, yang penting mereka punya passion di sana. Jadi kalau mereka sudah punya passion dan spesialisasi tersendiri, serta market loyal di bidang bisnis itu, juga tetap dapat profit yang lumayan, ya tidak masalah kalau hanya punya sedikit toko,” tambahnya.

A. Mohammad B.S. & Ria Efriani Pratiwi

Riset: Rizki


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved