Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Rizky Diansyah: Dari Bisnis EO hingga Aneka Jasa

Rizky Diansyah: Dari Bisnis EO hingga Aneka Jasa

Rizky Diansyah

~~

Profesi dokter sepertinya bukan pilihan Rizky Diansyah dalam meniti kariernya. Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti tahun 2000 ini lebih memilih mengembangkan bisnis yang telah dirintisnya sejak masih kuliah. “Kalau menjadi dokter, saya baru bisa mandiri sekitar 10 tahun setelah lulus. Jadi, saya putar haluan untuk melanjutkan usaha,” ungkap Rizky memberikan alasan.

Jiwa bisnis Rizky memang sudah terlihat sejak masih kuliah. Tidak mau membebani orang tua untuk urusan biaya kuliah, Rizky pun mencari penghasilan sendiri dengan bermain band dan menjadi disk jockey (DJ) di sejumlah kafe. Namun, penghasilan dari ngeband dan nge-DJ belum cukup untuk menutupi biaya kuliahnya.

Lalu, ia mengamati bidang event organizer (EO). Ia melihat ada EO yang ternyata tak punya sendiri sound system, lighting system, dan aneka fasilitas pendukungnya. Jadi, lebih menjual konsep tata acaranya. “Akhirnya, saya fokus untuk bisnis EO, tapi DJ-nya tetap jalan,” kata Rizky, yang pernah memenangi kompetisi DJ tingkat nasional tahun 2004 dan 2006.

Setelah menyelesaikan kuliah, Rizky sempat menjadi music director (pengarah musik) di sebuah fasilitas gym terkemuka di Jakarta. Namun hanya bertahan setahun, Rizky pun kembali menekuni bisnisnya secara lebih serius dengan membuat badan usaha berbentuk CV. Rizky mengklaim bisnis EO-nya terus berkembang dengan menangani sejumlah event. Pada 2009, ia pun membentuk PT Diansyah Dinamika Warna (DDW). Bahkan, pada 2013, pria kelahiran Surabaya 8 April 1982 ini merekrut seorang konsultan guna menata DDW menjadi agensi komunikasi terpadu. Kini, didukung 12 karyawan DDW bukan sekadar menawarkan jasa EO, tetapi juga melayani jasa media placement, pembuatan desain grafis, annual report perusahaan, dan sebagainya.

Sejumlah perusahaan dan event besar pernah ditangani DDW. Klien DDW sendiri antara lain BNI, BCA, Grup Bakrie, Pertamina, Plaza Indonesia, Unilever, Piaggio Indonesia, Standard Chartered Bank, Grand Indonesia Shopping Mall, dan Suku Dinas Pariwisata Jakarta Pusat. Pergelaran Abang dan None Jakarta dalam dua tahun terakhir juga ditanganinya. DDW menangani pula proyek dari BSI dan IMI dalam menyelenggarakan acara Speedy Motorsport yang merupakan kompetisi drift pertama di Indonesia. “Saya menerapkan strategi menyasar klien menengah. Tidak semua klien saya perusahaan besar. Selain itu, saya aktif di Hipmi, yang anggotanya banyak UKM. Di situ saya menawarkan jasa DDW,” ungkap Rizky. “Di bisnis ini tantangannya adalah kami mesti terus update, baik kreativitas maupun ide,” tambahnya.

Tak berhenti di situ. Pria yang pada 2014 mendapat penghargaan Asia Pacific Enterpreneurship Awards dari Enterprise Asia ini, sejak 2013 mengembangkan usaha baru. Di bawah bendera PT Dinamika Satria Tama, Rizky juga menawarkan layanan penyaluran tenaga sekuriti, menyediakan jasa riset intelijen pasar, riset pasar dan manajemen isu. Selain itu, bekerja sama dengan seorang rekan di Hipmi, Rizky mendirikan PT Kantor Pintar Kreasindo, yang menyediakan jasa kantor virtual. “Bisnis itu dinamis. DDW sudah bisa otopilot. Saya melihat ada peluang untuk melakukan diversifikasi bisnis. Tetapi itu bisa diintegrasikan. Misal, untuk jasa riset, jika sudah masuk profiling, bisa juga ditawarkan jasa aktivasi mereknya lewat DDW,” papar penggemar grup band Deep Purple dan Led Zeppelin itu. “Ke depan, saya ingin DDW ini bisa menjadi agensi komunikasi asli Indonesia yang punya tempat untuk perusahaan multinasional dan antarnegara,” tambahnya dengan raut muka serius.

Kiprah dan sepak terjang Rizky dalam mengembangkan bisnis mendapat acungan jempol pengamat bisnis Handito Hadi Joewono. Bahkan, Handito menilai wajar, Rizky pun tergoda mengembangkan bisnis lain di luar jasa agensi komunikasi. “Kalau perusahaan sudah bisa jalan, memang harus tumbuh. Bisa saja melalui pengembangan pasar, produk atau pengembangan bisnis. Tidak apa-apa, asalkan sumber dayanya ada,” ujar Handito. “Tetapi, walaupun sudah otopilot, bisnis itu tidak bisa dibiarkan jalan sendiri. Apa pun kondisinya tetap butuh dirawat dan diruwat oleh pemiliknya, kalau tidak begitu bisa stagnan atau mati,” tambahnya mengingatkan.

Menurut Handito, sejalan dengan adanya MEA 2015, bisnis jasa ini memiliki prospek menarik, sekaligus tantangan yang cukup besar. Untuk itu, Rizky harus sudah siap masuk ke pasar ASEAN. “Apa yang harus dilakukan? Ya meningkatkan daya saing organik grup. Juga, bisa aliansi dengan teman-teman dari negara ASEAN lainnya. Bukan dengan semangat mengundang mereka masuk, tetapi mengembagkan jaringan kita ke luar negeri,” saran Handito.

Arie Liliyah & A. Mohammad B.S.

Riset: Rizky Faisal


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved