Listed Articles

Cocomas Kuasai Bali Lewat Pasar Horeka

Oleh Admin
Cocomas Kuasai Bali Lewat Pasar Horeka

Cocomas, merek santan kelapa produksi PT Bumi Sarimas Kelapa (BSK) yang diluncurkan PT Cocomas Indonesia (CI) di akhir 2001 adalah salah satu produk yang mencapai prestasi seperti itu. Meski didistribusikan secara nasional, Cocomas justru meraih Records, sukses di Bali, khususnya di sektor yang cukup potensial, yakni horeka (hotel, restoran dan kafe). Isman Budiman, Direktur Pengelola CI, mengklaim saat ini Cocomas menguasai sekitar 80% bisnis santan murni di Bali. Malah, sebenarnya selain di Bali, untuk segmen horeka, produk yang disebutkan mengandung total lemak 5,8% ini juga meraih sukses di Batam, setidaknya memangsa pasar 20%.

Memang, untuk pasar santan kelapa kemasan skala nasional, dominasi PT Pulau Sambu masih terlalu kuat buat digoyang. Dengan dua cheap nba jerseys mereknya — Kara dan Sun Kara — diperkirakan Pulau Sambu saat ini menguasai 80%-85% total pasar santan kelapa kemasan. Sisanya dipegang Cocomas, yang diproduksi BSK di Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Dilihat dari kebutuhan pasar, sebenarnya konsumsi santan kelapa relatif besar. Asumsinya, bila 50% jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 220 juta jiwa, mengonsumsi santan kelapa dengan rata-rata konsumsi 200 ml/bulan, maka total kebutuhan santan kelapa secara nasional sekitar 240 juta liter/tahun.

Tahun ini, BKS menargetkan produksi sekitar 6 ribu ton/tahun, atau 80%-85% total kapasitas terpasang (7.500 ton/tahun). Dari produksi 6 ribu ton, 80% In untuk mengisi pasar ekspor dan 20% (1.200 ton) untuk pasar dalam negeri. “Potensi pasar santan murni masih sangat besar,” ujar Isman.

Boleh dibilang, sekitar 60% pasar santan kelapa kemasan berada di Jawa dan Bali. Di Bali misalnya, setiap bulan Cocomas menjual sekitar 360 ton atau 30% total produk yang dipasarkan di dalam negeri. Sementara itu, di Batam, Cocomas menyerap sekitar yap?m? 20%. Menurut Isman, paling tidak untuk kedua wilayah Historique itu sekitar 50% produk Cocomas yang diserap pasar.

Isman menyebutkan, di Bali produk Cocomas telah dikonsumsi oleh 37 hotel berbintang, antara lain: Hotel Grand Hyatt, Melia Bali Legian, Bali Hilton International, dan Sanur Beach. “Sejak 6 bulan lalu, kami market leader di Bali,” katanya mengklaim. Padahal, Cocomas baru diperkenalkan di Bali pada 2002.

Menurut pria kelahiran Medan, 18 Juni 1968 itu, keberhasilan Cocomas di Bali tidak cheap nba jerseys terlepas dari peran wholesale jerseys distributor lokal, yakni PT Hanaya Inter Niaga Supply (HINS). Buktinya, ketika distribusinya dipegang perusahaan distributor nasional, pertumbuhan penjualannya tidak secepat sekarang. Namun perlu dimaklumi, ketika itu Cocomas merupakan produk yang masih sangat baru, dan setiap cabang punya kecenderungan menunggu datangnya order.

Toh, untuk bisa Hello berhasil, HINS memang mengambil kiat tersendiri. Menurut Indra Jaya, Direktur HINS, ketika diberi kepercayaan mendistribusikan Cocomas di Bali, ia memilih langkah memperkenalkan Cocomas kepada para juru masak hotel-hotel di Bali. “Ternyata, sebagai produk baru Cocomas bisa diterima baik untuk membuat makanan dan kue,” ujar Indra. Ditambahkannya, ini berbeda dari Kara (yang sebelumnya juga dipegang HINS), yang kurang agresif dan jarang mengikuti event seperti demo masak yang diadakan di Bali.

Memang, untuk mempromosikan Cocomas, pihak CI tidak jorjoran beriklan di media cetak ataupun elektronik, melainkan lebih mengutamakan promosi melalui event seperti demo masak atau pameran. Agustus lalu misalnya, CI mensponsori acara Gudeg Perdamaian Merah Putih 200i3 dan mendapat penghargaan dari MURI sebagai pembuat gudeg terbanyak 1 ton — dengan menggunakan santan kemasan 300 pack (tiap pack berisi 1 liter) atau sekitar 3 ribu butir kelapa — yang bisa dikonsumsi sekitar 10 ribu orang.

Di mata konsumen seperti Lisa Sanjaya dari Lisa Cake & Decoration Course di Yogyakarta, kualitas Cocomas sangat bagus, dengan warna alaminya cukup kuat dan ketika dituangkan hingga tetes terakhir kekentalannya sama. Di samping itu, lanjut Lisa, rasanya lebih gurih dan untuk masakan yang spesifik seperti rendang, minyaknya bisa keluar. Menurut Isman, keberhasilan Cocomas juga didukung oleh produknya yang sangat menekankan pada kualitas dan kemasan yang menarik.

Di Batam, BSK menggandeng PT Era Cinta Indonesia sebagai distributor, sedangkan distribusi di Pulau Jawa diserahkan ke PT Andalan Prima Indonesia.

“Ke depan, Cocomas akan tetap berkonsentrasi membidik pasar horeka,” ujar Isman. Pertimbangannya, tingkat konsumsi horeka lebih banyak dibanding konsumsi rumah tangga. Apalagi, horeka umumnya mengutamakan faktor higienitas yang baik, karena dikonsumsi oleh wisatawan mancanegara.

Meskipun segmen yang dibidik Cocomas kalangan menengah- atas, Isman melihat peluang pasar di segmen menengah-bawah cukup besar. Karenanya, pihaknya hendak meluncurkan second brand dengan merek Bumas. “Dari sisi kualitas produk tidak jauh beda dari Cocomas, hanya kemasannya yang beda untuk menekan harga jual agar terjangkau konsumen,” paparnya. Untuk ukuran 200 ml, misalnya, rencananya dijual sekitar Rp 1.500, sedangkan Cocomas kemasan 200 ml harga jualnya Rp 3.500. Rencananya Bumas diluncurkan menjelang Ramadhan mendatang.

Dengan kemasan 200 ml, 1 liter dan 20 kg (untuk industri), tahun lalu produksi Cocomas sekitar 5 ribu ton/tahun — yang diserap pasar dalam negeri sekitar 800 ton/tahun — sedangkan tahun ini dengan produksi 6 ribu ton/tahun, diharapkan bisa diserap pasar lokal sekitar 1.200 ton/tahun. Menurut Isman, tahun depan, ditargetkan peningkatan penjualan di dalam negeri 30%, atau sekitar 1.600 cheap jerseys ton/tahun. Dari angka itu, kontribusi Bumas diharapkan 25% (400 ton) yang akan dijual di pasar tradisional.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved