My Article

Memperluas Brand Awareness Netizen Indonesia Melalui Media Online

Oleh Admin
Memperluas Brand Awareness Netizen Indonesia Melalui Media Online

Di era digital seperti sekarang ini, teknologi menjadi bagian penting dalam berkomunikasi. Termasuk bagi brand yang akan mengkomunikasikan sesuatu terhadap pasar, maupun target audience brand itu sendiri. Terlebih, booming internet yang tingkat penetrasinya cukup tinggi mengubah perilaku komunikasi. Tidak salah, jika Marshall Mcluhan pada tahun 1962 sudah menyampaikan tentang Technological Determinism Theory, sebuah pandangan terkait komunikasi massa yang salah satunya melibatkan perkembangan teknologi.

Melalui teori “Technological Determinism”, Mcluhan menyampaikan bahwa: media technology shapes how we as individuals in a society think, feel, act, and how are society operates as we move from one technological age to another (Tribal- Literate- Print- Electronic).Dengan kata lain, berbagai teknologi media membentuk bagaimana individu dalam masyarakat berpikir, merasa, bertindak, dan bagaimana masyarakat mengadaptasi suatu teknologi dari generasi ke generasi.

Pada saat menyampaikan statement tentang korelasi antara teknologi dan komunikasi di tahun 60an, Mcluhan tentu belum mengenal internet, apalagi social networking site (media jejaring sosial) yang saat ini menjadi salah satu tren dalam komunikasi. Namun, fakta menunjukkan bahwa Mcluhan sudah memprediksi bahwa akan ada masa di mana teknologi menjadi bagian penting dari komunikasi. Salah satunya adalah media jejaring sosial dan internet sebagi bagian dari perkembangan teknologi.

Melihat perkembangan media jejaring sosialdan internet yang cukup signifikan pada saat sekarang ini, tidak menjadi hal yang mengherankan jika banyak brand mulai mengadaptasi gaya komunikasi mereka terhadap target audiens, termasuk media yang digunakan. Jika pada era 90an hingga 2000an, belanja iklan lebih banyak dialokasikan ke media televisi, radio, dan cetak, saat ini belanja iklan melalui media online mulai dipertimbangkan.

Berbicara tentang alokasi belanja iklan di media online, ZenithOptimedia melalui risetnya telah memprediksi bahwa belanja iklan melalui media online akan meningkat sebesar 4,9%, mencapai USD 545 milliar pada 2015. Alokasi belanja iklan di media online dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa perusahaan maupun brand sudah mulai memperhatikan keberadaan media online sebagai peluang untuk mendapatkan target audiens yang lebih luas. Apakah anda juga merasakan hal yang sama?

Bagaimana Dengan Indonesia?

Dari data yang dilansir melalui eMarketer, Indonesia menempati peringkat keenam dengan 83,7 juta pengguna internet di belakang Jepang yang berada di peringkat kelima dengan jumlah 102,1 juta. Potensi pengguna internet di Indonesia sendiri dari tahun ke tahun diproyeksikan akan meningkat, bahkan mencapai 123 juta pengguna di tahun 2018. Jumlah tersebut tentu hampir mencapai setengah dari jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta penduduk.

Dalam studi mengenai penetrasi masyarakat internet di Indonesia, Markplus Insight dan majalah online Marketeers menyampaikan bahwa saat ini, setidaknya para pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktu rata-rata selama 3 jam setiap harinya. Durasi 3 jam dalam mengakses internet tersebut kurang lebih hampir sama dengan tiga judul sinetron (film serial) di Indonesia, atau dua kali lipat durasi siaran berita Televisi di Indonesia. Waktu yang tidak sebentar tentu saja.

Melihat perkembangan pengguna internet yang signifikan, tidak mengherankan alokasi belanja iklan melalui media online dari waktu ke waktu akan mengalami kenaikan. Termasuk di Indonesia.

Dengan turut nimbrung di media baru ini, perusahaan-perusahahaan memiliki potensi lebih untuk meningkatkan brand awareness melalui media baru, yaitu media online. Lalu, bagaimana caranya mendapatkan perhatian netizen di Indonesia?

Dari berbagai data yang ada, netizen di Indonesia saat ini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengakses media sosial di Indonesia. Selain itu, aktivitas membaca berita dan belanja online juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup netizen di Indonesia.

Lalu, bagaimana brand bisa meraih simpati netizen di Indonesia?

Hal yang pertama kali perlu dilakukan oleh brand untuk dapat meraih simpati netizen di Indonesia adalah dengan membuka channel brand itu sendiri di media-media tempat target audiens banyak melakukan aktivitas secara online. Setidaknya, ada beberapa media sosial yang saat ini banyak digunakan di Indonesia, yaitu Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube. Untuk dapat berinteraksi dengan netizen di Indonesia, brand tentu saja perlu membuat channel di media tersebut, disesuaikan dengan karakter masing-masing media dan target audiens yang diinginkan.

Hanya sampai di situ? Tentu saja tidak. Semakin banyak ikan yang ada di sungai, akan banyak pemancing yang mencoba menarik perhatian ikan-ikan. Sama halnya di media jejaring sosial, tempat netizen di Indonesia banyak menghabiskan waktu dalam mengakses internet. Diperlukan ‘kail’ dan ‘umpan’ yang dapat menarik perhatian target audiens. Dari berbagai cara yang ada, cara yang paling mudah untuk mendapatkan target audiens adalah dengan melakukan online media buying melalui beberapa penyedia layanan, seperti google ads, Yahoo! Bing Network, Facebook ads, Twitter ads, maupun secara langsung menghubungi website yang sesuai dengan target audiens. Cara ini efektif, namun, biaya yang diperlukan tentu tidaklah sedikit. Apalagi untuk brand yang baru mencoba masuk melalui media online.

Satu poin lagi. Konten yang biasa disampaikan melalui penyedia layanan periklanan digital sebagian besar bersifat hard selling, dengan ‘memaksa’ netizen untuk melihat iklan di website yang mereka kunjungi. Hal ini memang dapat meningkatkan brand awareness jika dapat disampaikan dengan baik. Namun, jika terlalu berlebihan, justru akan menjadi bumerang bagi brand itu sendiri, karena terlalu mengganggu netizen dalam berselancar di dunia maya.

Cara lain? Viral content. Hal ini yang sepertinya akan, bahkan telah menjadi tren di Indonesia. Penyampaiannya lebih softsell, dan mampu memancing netizen untuk menyebarluaskan brand secara cuma-cuma.

Memanfaatkan ‘kecerewetan’ netizen di Indonesia, penggunaan konten viral untuk memancing perhatian target audiens agar memiliki perhatian terhadap sebuah brand di dunia maya menjadi salah satu strategi yang lebih low budget dibanding dengan melakukan media buying secara membabi buta. Dengan membuat konten yang berpotensi untuk dibicarakan jutaan netizen di Indonesia, secara otomatis target audiens akan lebih mudah untuk dipancing.

Content is king. Bill Gates pun mengakui kekuatan sebuah konten, termasuk dalam meraih perhatian target audiens di media. Namun, ada satu hal yang patut dipertimbangkan juga, distribusi konten. Bagaimana sebuah konten tentang sebuah brand dapat dibicarakan banyak pengguna internet, dan secara organik dapat menjadi sebuah konten yang viral. Distribusi konten dengan channel-channel yang populer dan tersegmen dapat menjadi sebuah jawaban. Di sisi inilah kreativitas pelaku periklanan ditantang untuk memeras ide-ide kreatifnya.

Dalam mengkomunikasikan sebuah pesan, terlebih bersifat komersil, tentu tidak semudah menyampaikan pesan sosial. Terlebih, pesan tersebut disampaikan melalui media online yang sifatnya lebih bebas dan bersifat dua arah, dimana target audiens juga bisa merespon pesan yang disampaikan oleh brand, baik positif maupun negatif.

Pada akhirnya, pemilihan medium dalam melakukan komunikasi terhadap target audiens menjadi bagian dari strategi perusahaan. Namun demikian, seiring berkembangnya teknologi di Indonesia, pilihan untuk melakukan komunikasi melalui media online sebagai bagian untuk memperluas pangsa pasar tentu menjadi hal yang dapat diprioritaskan. Bagaimana dengan brand anda?

Mahasiswa Pascasarjana Komunikasi Universitas Mercubuana Jakarta

Senior Social Media Specialist, Growmint Indonesia (growmint.com)

Media Online

Media Online


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved