Profile

Isyana Bagoes Oka, Kiprah Mantan Jurnalis di Partai Politik

Isyana Bagoes Oka, Kiprah Mantan Jurnalis di Partai Politik

Mayoritas anak muda berpikiran kalau politik itu ‘tua, kotor, dan pandangan negatif lainnya’, pada akhirnya mereka tidak berminat untuk masuk ke sebuah partai. Padahal segala sesuatu bermula dari politik, mulai dari pengambilan keputusan ujian nasional hingga penentuan kurikulum pendidikan.

“Jika anak muda tidak mau masuk politik, nanti yang membuat kebijakan orang itu lagi itu lagi,” papar Isyana Bagoes Oka, Founder PSI (Partai Solidaritas Indonesia) ketika ditemui selepas menjadi pembicara di IYC (Indonesia Youth Conference) 2015.

Isyana Bagoes Oka, Founder Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

Isyana Bagoes Oka, Founder Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

Ketertarikannya di dunia politik muncul ketika ia menjadi seorang jurnalis televisi nasional yang mengharuskannya melakukan liputan di istana presiden. “Saya memang sudah lama bersentuhan dengan dunia politik, liputan di istana, saya senang karena disana intrik dan info politik terakhir bisa didapat,” ujarnya.

Satu dua penawaran untuk masuk ke partai politik pun datang kepadanya, tapi saat itu ia masih belum berani untuk menerima.”Saya takut tercebur atau diceburkan lawan politik,”tambah perempuan kelahiran Jakarta, 13 September 1980 ini.

Tetapi setelah pemilu tahun 2014 kemarin kubu terbelah menjadi dua, ia menjadi berpikir bahwa banyak pemimpin daerah yang ternyata memiliki kemampuan memimpin di timgkat nasional dan ingin maju menjadi seorang presiden tetapi tidak dapat tiket dari partai politik, dan partai politik adalah satu-satunya cara untuk dapat meloloskan orang ke tingkat nasional.

“Ini yang membuat saya dan teman-teman, salah satunya ialah Grace Natalie, mantan anchor bentuk PSI untuk membuat ‘kendaraan’ yang dapat mengantarkan orang baik yang mampu memimpin untuk menjadi presiden,” ungkapnya.

Jika partai PSI lolos verifikasi, mereka akan membuat semacam survei untuk melihat siapa sebenarnya yang ingin dimajukan oleh masyarakat luas untuk menjadi presiden.

Pengagum anchor CNN, Sara Sidner dan Christine Amanpour ini mengaku bahwa kendala memasuki partai politik adalah ia biasa bertanya, sekarang lebih banyak ditanya. Secara umum seni berkomunikasi antara seorang jurnalis dan politikus tidak berbeda jauh namun memiliki tujuan yang berbeda.

Untuk partai barunya ini, ia dan anggota yang lain sedang fokus membentuk struktur, baik di tingkat kecamatan hingga provinsi, juga mengurus berkas untuk lolos verifikasi di Departemen Hukum dan HAM serta KPU (Komisi Pemilihan Umum).

Sudah satu tahun ini, PSI berhasil membentuk di tingkat kabupaten/kota dan provinsi, dan sedang mulai masuk ke kecamatan untuk raih anggota sebesar 50 persen. “Kami kerja berat, tetapi karena didukung banyak anak muda jadi saya dan pendiri lain merasa sangat terbantu,” ujarnya

PSI punya syarat khusus untuk menjadi anggotanya. Kedua syarat ini yang menjadi pembeda dengan partai politik lainnya, yaitu pengurus PSI tidak boleh menjadi pengurus aktif di partai manapun sebelumnya dan usianya tidak boleh lebih dari 45 tahun. Alasannya karena Gen Y dapat bergerak cepat, dinamis, dan tidak gagap teknologi.

Untuk menarik minat anak muda, PSI melakukan sosialisasi melalui media sosial. Beberapa waktu lalu, PSI membuat kopi darat nasional yang mengajak para anggota mudanya dari seluruh Indonesia untuk berkumpul di Jakarta, dimana yang menjadi pembicara ialah Wishnutama, CEO Net TV.

Padahal menurut Isyana, Wishnutama sebelumnya tidak mau berhubungan dengan dunia politik, tetapi karena yang datang anak muda, ia mau berbagi. “Yang kami butuh adalah orang-orang yang memiliki itikad baik untuk ubah negara ini,” tutup perempuan lulusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved