Entrepreneur

Bisnis Onde-Onde ala Djuni Irawati

Oleh Admin
Bisnis Onde-Onde ala Djuni Irawati

Berbisnis itu bukan berarti harus menciptakan suatu produk yang baru. Bisa saja, produk yang sudah ada dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi apik dan bernilai tambah. Prinsip inilah yang dipakai oleh Djuni Irawati, pendiri bisnis produk Onde-Onde Istimewa Banyumas dengan merek JN.

Djuni Irawati

Djuni Irawati

Berbisnis sebenarnya bukan hal yang baru bagi wanita yang telah memiliki satu anak ini. Sebelumnya ia pernah berusaha di bidang bisnis yang lain. “Ya, karena memang saya kan dari keluarga pedagang. Waktu itu saya pernah kerja dan pernah usaha di bidang yang lain. Sempat bangkrut juga,” terang Djuni kepada SWA Online, di sela-sela acara buka puasa yang diadakan oleh Bank Sahabat Sampoerna, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Akhirnya, waktu itu saya pikir, kenapa nggak coba (usaha) kue aja, karena waktu itu pas lagi marak pisang goreng Kalimantan. Saya bikin (kue onde-onde), saya coba ketemu teman, mereka bilang ‘oh, enak.’ Makanya terus saya coba,” lanjutnya.

Kue onde-onde sebenarnya bukan termasuk kue yang sulit ditemui di Jakarta. Karena itu musti ada sesuatu yang berbeda dari yang ada di pasaran. Maka ia pun membuat hal yang spesial: produk yang dijual benar-benar fresh atau masih panas. “Itu kan nggak ada. Saya coba itu dan sambutannya baik,” dia menuturkan. Onde-onde ini pun disebut sebagai produk Banyumas. “Karena saya orang Banyumas, saya angkat nama Banyumas.”

Onde-onde merek JN

Onde-onde merek JN

Tadinya, produk onde-onde merek JN dipasarkan dengan kemasan plastik mika. Sekarang kue itu sudah tampil lebih berkelas dengan kemasan karton berwarna oranye yang ukurannya disesuaikan dengan jumlah kue. Pemasarannya pun dimulai di daerah Pasar Minggu, tepatnya di depan Sucofindo. “Di situ saya mulai, dan memang itu saya merintisnya dari jemput bola. Karyawan saya turun ke jalan, menawarkan ke mobil-mobil yang lewat, kan macet sekali di situ.”

Selepas sukses berjualan di daerah Pasar Minggu, Djuni dengan onde-ondenya mencoba merambah wilayah lain. Ia bilang, produk dipasarkan di daerah Cibubur, tempat dia tinggal. Habis itu, onde-onde JN masuk ke daerah lain, seperti Tangerang, bahkan Bali. “Sekarang di Jakarta, ada 10 tempat, sama di Denpasar, Bali, ada dua tempat,” tuturnya. Di Bali, adiknya yang menjalani usaha onde-onde. “Kalau itu bisa sukses baru kembangin ke kota-kota lain. Segala sesuatu kan nggak mungkin langsung brek.”

Yang menarik, sekalipun onde-onde ini disebut produk Banyumas, produk ini tak dipasarkan di sana. Djuni menyebutkan, beberapa orang bahkan berusaha mencari onde-onde JN ketika sedang berada dekat dengan Banyumas. “Ada yang dari Jogja main ke Banyumas, nyari onde-onde, nggak ketemu. Makanya saya lagi memikirkan, kalau ada yang mau menangani, saya ingin ada di Banyumas. Jadi orang tahu, di sana ada,” ucap dia.

Djuni bersama dengan Direktur Utama Bank Sahabat Sampoerna, Indra W Supriadi

Djuni bersama dengan Direktur Utama Bank Sahabat Sampoerna, Indra W Supriadi

Yang jelas, bisnis onde-onde JN telah berkembang. Buktinya, penjualan bisa mencapai 2.500-3.000 buah onde per hari untuk seluruh outlet. Di mana harga produk dipasang Rp 3.000 per buah. Sejauh ini, menurut dia, kendala ada pada sumber daya manusia. Mencari SDM yang bisa membuat onde-onde, menjaga kios, dan membuat laporan keuangan secara sekaligus tidak mudah, mengingat bisnis onde JN memang berusaha efisien dalam penggunaan SDM, di mana satu kios dikelola oleh satu orang.

“Kendala kalau mengembangkan (dan) pemasaran sih nggak, saya sih selalu berinovasi saja. Kemarin saya mengeluarin produk yang ketan hitam. Ini mau bereksperimen dengan dalamnya kacang tanah campur keju. Mungkin itu yang dalam waktu dekat ingin dicoba supaya orang nggak bosan,” ujar Djuni.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved