Profile Entrepreneur

Strategi Sukses FX Afat Adinata di Bisnis Fashion Pria

Strategi Sukses FX Afat Adinata di Bisnis Fashion Pria

Dari seorang CEO perusahaan distribusi makanan dan minuman, FX Afat Adinata sukses bertransformasi menjadi pengusaha fashion pria. Bersama para mitranya, pria yang sempat 17 tahun berkarir di Grup Garuda Food itu pun kini sukses melebarkan sayap perusahaannya PT Mega Perintis di ranah busana pria dengan beragam merek.

FX Afat Adinata

FX Afat Adinata, CEO PT Mega Perintis

Pria yang akrab disapa Afat itu sendiri merupakan mantan CEO PT Sinar Niaga Sejahtera (SNS), perusahaan penjualan dan distributor Grup Garudafood. Setelah lama mengabdi di berbagai divisi Garudafood, dari keuangan dan akuntansi, perencanaan korporat, sekretaris korporat, hingga penjualan dan distribusi, Afat akhirnya memutuskan pindah kuadran. Sejak setahun silam, Afat (46 tahun) memutuskan menerima pinangan PT Mega Perintis (MP), perusahaan fashion pria dengan ratusan gerai independen dan gerai dept. store, sebagai salah satu pemegang saham sekaligus CEO-nya.

Afat pun blak-blakan mengakui, tawaran kepemilikan saham menjadi salah satu faktor utama dirinya menerima tawaran tersebut. “ Saya melihat kesempatan untuk berpindah kuadran menjadi entrepreneur,” ujarnya ketika diwawancarai Majalah SWA di Puri Mall, Jakarta Barat.

PT Mega Perintis (MP) sendiri sejatinya didirikan oleh Verosito Gunawan (37 tahun) dan Cuntoro Kinardi (37 tahun) pada 2005. Kala itu MP mengawali perjalanannya dari bisnis garmen, menjahitkan produk untuk merek lain. Belakangan bisnisnya berkembang dengan membuka toko di ITC Mangga Dua, Jakarta Utara dengan nama Manzone.

Saat itu, belum ada merek lainnya seperti Ollo dan Fake London. Tahun 2010 MP kembali menancapkan tonggak pencapaian baru dengan memasuki Matahari Dept. Store dengan merek MOC. “Sebelum masuk ke Matahari, sebenarnya sudah mulai dengan Centro dan beberapa dept store kelas menengah,” Afat menguraikan lebih rinci.

Toko Manzone sendiri terus digulirkan. Tak hanya di pusat perbelanjaan serupa ITC, tapi juga ke berbagai mal lainnya. Khusus mal, MP membesut Manzone Concept. Tak lama kemudian dini mereknya bertambah store terus dikembangkan, bukan saja di trade center tapi juga ke mal. Lalu diluncurkan Manzone Concept khusus untuk gerai di mal.

Afat sendiri berkenalan dengan para pendiri MP yang berusia 9 tahun lebih muda darinya sejak Januari 2015. Tak lama kemudian dirinya ditawari menjadi CEO sekaligus salah satu pemegang saham MP. Butuh waktu enam bulan lamanya bagi Afat untuk akhirnya menerima pinangan Verosito dan Cuntoro. Afat menjelaskan, keputusannya itu selain didasari faktor kepemilikan saham, juga lantaran kesepakatan visi yang dimiliki ketiganya.

Ketiganya memang bersepakat untuk membangun Mega Perintis sebagai merek fashion pria terkemuka, bukan sekadar penjahit maupun pedagang pakaian. Selain itu mereka pun sepaham menerapkan prinsip good corporate governance (GCG) dalam pengembangan bisnis. “Ketiga, kami bersama-sama sepakat, dalam lima tahun ke depan MP akan melantai di pasar bursa,” urai Afat, optimistis.

Pembagian peran pun langsung ditetapkan. Afat diamanatkan menjadi CEO sekaligus Director in Charge untuk divisi pemasaran, keuangan dan akuntansi, SDM, teknologi informasi, dan audit internal. Sementara Verosito menjabat direktur untuk divisi manufaktur, brand merchandiser, pengembangan bisnis, desainer tim, dan pembelian. Sementara Cuntoro menjabat direktur untuk bagian operasi penjualan.

Dalam perkembangannya, setelah Afat masuk toko Manzone pun kembali bertransformasi. Rencananya tahun ini juga Manzone akan menjadi gerai fashion pria yang lebih lengkap dengan nama Man Kind. Gerai pertama direncanakan di daerah Karawaci, Tangerang.

Selain membuka toko independen, sebaran produk MP di dept. store pun kian meluas. Merek yang digunakan pun lebih beragam. Sebagai contoh, di Matahari MP menggunakan merek Parkson, sementara di Yogya Dept Store, Centro dan lainnya memakai merek MOC. Adapun untuk Sogo dan Seibu produk MP bertitel Button Ink. “Tiap merek memang segmentasi berbeda, meski demikian seluruh produk MP 100 persen dibuat dari kain katun. Mega Perintis merupakan fashion pria dengan positioning untuk casual tapi semi formal,” terang Afat.

Besarnya permintaan pun akhirnya membuat pabrik MP di Pemalang, Jawa Timur di bawah PT Mega Putra Garment yang ditenagai 600 orang hanya bisa memenuhi 70% pesanan. Adapun 30% pesanan selebihnya dialihdayakan ke berbagai pabrik lain. Afat menjelaskan, pabriknya tidak seperti konveksi yang mengejar kuantitas semata. Segmen kelas menengah dan menengah atas yang disasarnya membuat MP sangat teliti dalam urusan produksi. Kerapihan menjadi prioritas utama dalam pembuatan setiap helai busana MP.

Menurut Afat, kunci bermain di bisnis fashion, selain memiliki karakter yang kuat dan unik juga harus mengikuti tren. Pasalnya, Afat mengungkapkan, karakter konsumen yang suka fashion biasanya akan kembali menyambangi gerai yang sama saban bulan. Jika penggila fashion itu menemukan barang yang sama ketika datang kembali, besar kemungkinan dia tidak akan kembali lagi. Karena itu, MP selalu mengganti produk-produknya dua kali dalam sebulan. “Bahkan Zara mengganti seminggu sekali. Tiap pemain berbeda periodenya,” kata Afat.

Meski sangat kuat mengusung mereknya, tapi MP tak menabukan untuk mendistribusikan merek lain, khususnya merek terkenal yang digandrungi anak muda. Salah satunya Nike. Menurut Afat, dengan turut menjual produk Nike resmi di tokonya, MP memiliki kesempatan emas belajar langsung dari kampiun fashion dunia cara mengelola merek dan toko. Adapun distribusi Nike dipegang khusus oleh PT Mega Mitrelindo Global. “Dengan adanya Nike di Manzone Store, juga bisa menaikkan brand-brand MP menjadi lebih dikenal,” ujar Afat blak-blakan.

Meskipun sangat serius menggarap distribusi fisik, MP rupanya tak menafikan perkembangan perdagangan daring alias online. Kanal www.manzonestore.com pun telah diluncurkan pada Juni kemarin demi menggarap penjualan di dunia maya. FX Afat Adinata

Hingga kini, Afat memaparkan, perbandingan penjualan produk MP di gerai-gerai Manzone dengan di dept. store cukup berimbang, 50:50. Afat mengklaim, penjualan MP rata-rata bertumbuh 20% lebih per tahun. Adapun merek dengan penjualan tertinggi dipegang oleh MOC dan Men’s Top, yang disasarkan untuk segmen first jobber usia 25-45 tahun.

Afat menjelaskan, sejumlah faktor yang menyumbang pada kesuksesan penjualan MP. Selain selalu mengikuti tren, desain yang menarik, strategi harga yang tepat untuk kualitas bahan yang tinggi menjadi salah satu kunci sukses utamanya. “Harga produk MP mulai dari Rp 79 ribu hingga Rp 399 ribu. Produknya mulai dari kaos, kemeja, batik, celana, jaket, sweater, hingga aksesoris seperti topi, ikat pinggang, dan syal,” Afat menguraikan.

Adapun hingga saat ini toko-toko Manzone masih dimiliki sendiri, belum diwaralabakan. Total hingga saat ini, MP yang memiliki total 800 karyawan mengoperasikan 90 toko, belum termasuk gerai-gerai di dalam dept store yang jumlahnya sudah mencapai 250 unit. Hingga akhir tahun ini MP merencanakan gerai independennya akan bertambah 4 unit lagi.

Selain itu, MP sebagai mitra peritel resmi Nike dan Adidas sejak 2014 turut mengoperasikan gerai khusus kedua merek terkenal itu di sepuluh lokasi. Di antaranya di Plaza Senayan, Taman Anggrek, Bali Galeria, Batam, Yogja City Mall, dan Hartono Yogya. Dengan perkembangan positif yang berhasil di cetak perusahaannya, Afat yakin MP akan mampu mencapai impiannya, melantai di bursa beberapa tahun lagi. “Saya ingin membawa grup bisnis ini menjadi the best fashion retailer, membangun brand-brand-nya unggul di brand fashion terutama untuk laki-laki,” tegas Afat.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved