Profile Entrepreneur

Redia Frisna Rista, Mantan Pegawai Freeport Sukses Berbisnis Ayam Organik

Redia Frisna Rista, Mantan Pegawai Freeport Sukses Berbisnis Ayam Organik

Tumpah juga kenangan pahit yang dialami Redia Frisna Rista, pendiri PT Mumtaz Elhakim Perkasa (MEP), ketika di tahun 2013 harus menutup lima Restoran O’Chicken yang berlokasi di Lenteng Agung, Kalibata, dan Paso, Jakarta. Redia pun terbelit utang segunung. “Nilainya di atas Rp 1 miliar dari pinjaman sejumlah bank,” kata Redia mengenang masa sulit itu. Redia yang saat itu masih berkarier di PT Freeport Indonesia membenahi manajemen O’Chicken, yakni turun langsung menangani operasional restoran yang tadinya dipercayakan sepenuhnya ke pegawai.

Dia disokong suaminya, Luqman Hakim, untuk bangkit dari situasi yang kritis tersebut. Redia dan sang suami saling bahu-membahu membesarkan O’Chicken dan mengembangkan peternakan ayam organik. “Suami saya mengurus peternakan bersama teman-temannya dari Pesantren Gontor dan berada di bawah naungan PT Elha Narita Perkasa, sedangkan saya mengurus O’Chicken,” ia menerangkan. Lantas, Redia pada 2014 mengundurkan diri dari Freeport dan mendirikan MEP guna mempercepat laju bisnisnya dengan memulai mengembangkan kemitraan waralaba O’Chicken. “Kami hanya menyediakan ayam organik, bumbu yang tidak menggunakan bahan penyedap rasa. Untuk minuman teh saja tidak mengandung pengawet,” ia menambahkan.

Redina Frisna Rista

Redia Frisna Rista, Pendiri PT Mumtaz Elhakim Perkasa

O’Chicken merupakan akronim organic chicken. Redia disokong sang suami yang mengembangkan ayam organik karena terinspirasi anak-anaknya yang kerap kali mengalami alergi kulit setelah mengonsumsi ayam goreng di resto cepat saji yang mengandung antibiotik. Lantas, Luqman mempelajari teknik beternak ayam organik di Balai Peternakan Institut Pertanian Bogor. Dia juga berhasil membuat formula makanan alami dan herbal untuk ayam ternak.

Dia mempromosikan O’Chicken sebagai resto yang menyuguhkan makanan halal dan sehat di Facebook. Taktik ini berhasil menggaet rekan-rekannya untuk menjadi mitra waralaba O’Chicken di Riau, Serang, Palembang, dan daerah lainnya. Dalam tempo sekejap, jumlah gerai waralaba O’Chicken bertambah menjadi 64 yang berlokasi di sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebagian besar gerainya – atau sebanyak 25-27 – berlokasi di Sumatera. Menurutnya, paket waralaba O’Chicken terdiri dari paket master, miniresto, dan takeaway. “Level master harus menyiapkan modal sebesar Rp 300 juta, sedangkan yang paling rendah adalah paket takeaway dengan modal Rp 70 juta,” ungkap peraih Anugerah Wirausaha Indonesia 2015 ini.

Mereka itu wajib membeli ayam organik atau bumbu tanpa bahan pengawet dan penambah rasa ke Redia. Sementara itu, pemegang lisensi paket master diizinkan mendistribusikan ayam organik ke pemegang lisensi paket miniresto dan takeaway. Investasi para mitra, menurutnya, biasanya mencapai titik impas dalam waktu 2-3 bulan atau bahkan lebih cepat dari target. Contohnya, gerai O’Chicken di Jatipadang, Jakarta Selatan, mencapai titik impas, bahkan lebih, dalam satu bulan lantaran menjaring omset berkisar Rp 75-90 juta di bulan pertama dan meraup keuntungan sekitar 30% dari jumlah omset. Redia menyarankan, gerai O’Chicken diharapkan berlokasi di kawasan strategis, padat penduduk, berdekatan dengan pusat perbelanjaan, atau perkantoran agar membukukan penjualan setinggi-tingginya.

Rata-rata omset setiap gerai waralaba O’Chicken di Sumatera berkisar Rp 3,5 juta/hari atau Rp 105 juta/bulan. Redia menyebutkan dirinya memiliki 7 gerai. Rata-rata penjualan gerainya itu sekitar Rp 2,4 juta/hari (Rp 72 juta/bulan). Jika dihitung-hitung, penjualan dari seluruh gerainya itu mencapai Rp 504 juta/bulan. Dalam setahun, omsetnya ditaksir Rp 6 miliar. Pertumbuhan bisnisnya itu memacu semangat Redia yang menargetkan dalam dua tahun mendatang gerai O’Chicken beroperasi di pusat perbelanjaan modern, seperti layaknya KFC dan McDonald’s.

Sementara sang suami mengelola peternakan di Jombang, Jawa Timur dan Purwakarta, Jawa Barat. “Untuk peternakan, penjualannya sekitar Rp 1,8 miliar dalam sebulan, dan meraih untung dalam dua tahun terakhir ini berkat perkembangan bisnis O’Chicken,” ungkap ibu empat anak ini.

Levita Supit, Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia, menilai, bisnis Redia ini berprospek cerah karena gaya hidup masyarakat yang menginginkan makanan sehat. “Sehingga ayam organik menjadi favorit masyarakat, tapi menunya harus bervariasi, misalnya ditambahkan sayur mayur. Jadi, Redia harus kreatif menyajikan menu baru yang memancing rasa penasaran konsumen,” Levita menyarankan. Dia juga mengimbau Redia agar menyediakan layanan antar, serta mempertahankan kualitas pelayanan dan citarasa menu-menunya.

Selain menu ayam goreng tepung, O’Chicken menyuguhkan aneka santapan lainnya, seperti chicken katsu, ayam bakar, atau ayam lada hitam. Harganya bervariasi di kisaran Rp 8-19 ribu per porsi. Berbicara soal rasa, Redia sangat menjaga kualitasnya karena menggunakan berbagai racikan bumbu khusus. Berbagai resep yang diterapkan Redia itu telah menambah laju bisnisnya. Kini, dia sedang membangun pabrik sosis, baso dan chicken nugget organik. Redia mempekerjakan sekitar 60 karyawan untuk menangani operasional kantor MEP dan gerai yang dimilikinya.(Riset: Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved