Management Trends

2017, Bank DBS Targetkan Konsumer Banking Tumbuh 18%

2017, Bank DBS Targetkan Konsumer Banking Tumbuh 18%

Direktur Konsumer Banking DBS Indonesia, Wawan Salum, mengatakan untuk tahun 2017 ini pihaknya menargetkan pertumbuhan 18% untuk segmen consumer banking. “Target ini bagi kami cukup agresif, tapi kami juga cukup percaya bahwa beberapa kondisi eksternal akan turut mendukung,” ujar Wawan. Kondisi yang diprediksi akan mendukung tersebut di antaranya adalah nilai inflasi bisa di bawah 5%, GDP Indonesia bisa tumbuh 5,2% serta Bank DBS sendiri yang juga mulai agresif mengembangkan digital banking.

Meski demikian, target tersebut cukup jauh lebih rendah dibandingkan pencapaian consumer banking Bank DBS di tahun 2016 yang pertumbuhannya mencapai 62%. “Itu karena didukung banyak faktor eksternal yang positif. Kami berharap di 2017 ini juga akan demikian jadi bisa lebih dari 18% tadi” ujar Wawan.

Bagi DBS, tahun 2016 adalah tahun yang sangat menarik sekali. BI menurunkan BI-rate 275 basis point, beberapa kali The FED juga batal menaikkan suku bunga dan kemudian banyaknya gejolak politik di tengah suasana yang demikian bisnis konsumer banking bank yang berpusat di Singapura ini tumbuh 62%.

Pertumbuhan tersebut disumbangkan dari tiga pilar di bawah consumer banking, yakni wealth management, kredit dan dana kelolaan. Komposisinya, wealth management berkontribusi 49%. Lalu untuk Kredit Tanpa Agunan (KTA), menurut Wawan pertumbuhannya lewat online paling besar, yaitu naik 141,2% sepanjang tahun 2016 lalu. “Jadi tahun ini akan lebih banyak nasabah baru yang akan kami rekrut secara online, karena sejalan dengan perkembangan saat ini,” ujarnya.

Kemudian dana kelolaan DBS, pertumbuhannya tahun 2016 sebesar 44%, sejalan dengan pertumbuhan pendapatan DBS. Sementara itu DPK tidak tumbuh secepat dana kelolaan untuk semuanya, hanya 16%. Hal ini dikarenakan pertumbuhan kredit sepanjang 2016 tidak secepat pertumbuhan tahun sebelumnya. “Karena kan untuk menumbuhkan DPK harus sejalan dengan kredit, kalau DPK jauh lebih cepat dibandingkan kreditnya itu kan jadi beban karena ada ongkos yang dikeluarkan,” jelas Wawan.

Dari pertumbuhannya tersebut, consumer banking berkontribusi sebesar 28% terhadap keseluruhan pendapatan Bank DBS.

Ke depan, DBS berencana akan fokus membagun digital banking. Belakangan perkembangan dunia digital sangat luar biasa pesat. Karena dunia digital sudah berkembang pesat, DBS pun agresif rekrut nasabah baru lewat online. Sepanjang tahun 2016 lalu, akuisisi nasabah priority banking DBS tumbuh 100%. “Tanpa ada pertumbuhan nasabah yang kencang, akan sulit bagi kami untuk menjaga keberlanjutan bisnis,” ungkap Wawan. Tahun 2016 lalu nasabah baru DBS tumbuh 17% YoY, yang disumbang dari nasabah wealth management dan nasabah kredit. Untuk tahun 2017 ini, DBS otomatis akan mendapatkan 1 juta nasabah baru paska aksi korporasi mengakuisisi bisnis perbankan ritel dan wealth management ANZ pada 2016 lalu.

Tak hanya nasabah baru, di tahun 2018 nanti DBS juga mulai menjalankan lini bisnis baru, yakni kartu kredit. “Kartu kredit ANZ akan berubah nama menjadi kartu kredit DBS,” Wawan menejelaskan. Selama ini, kartu kredit belum ada dalam portofolio DBS.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved