Business Research

Ekonom Mandiri: 2013, Ekonomi Tumbuh 5,7 Persen

Oleh Admin
Ekonom Mandiri: 2013, Ekonomi Tumbuh 5,7 Persen

Kinerja ekonomi Indonesia pada tahun 2013 ini ternyata tak secerah tahun lalu. Tahun 2012, pertumbuhan ekonomi tercatat 6,2 persen. Bahkan, tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi sempat menyentuh 6,5 persen. Lantas bagaimana di tahun ini? Destry Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, memprediksi bahwa ekonomi hanya bertumbuh 5,7 persen.

“Di tahun 2013, pasti kita tahu semua terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi,” terang Destry, di Jakarta, Jumat (20/12/2013). ekonom bank mandiri Dia mengatakan, Produk Domestik Bruto sepanjang Januari-Oktober tumbuh sebanyak 5,8 persen (yoy). Pertumbuhan PDB trennya terus turun. “Di kuartal IV, kami perkiraan 5,5 persen. Jadi, secara keseluruhan, kami perkirakan pada tahun 2013, ekonomi tumbuh 5,7 persen. (Turun) dibandingkan dengan di 2012 dengan 6,2 persen,” tuturnya.

Lantas bagaimana dengan inflasi?

Kemudian tekanan inflasi meningkat karena kita tahu ada pengaruh dari kenaikan harga BBM. Jadi, inflasi di akhir tahun ini, kami perkirakan antara 8,5-8,7 persen. (Naik) dibandingkan dengan 4,3 persen pada tahun 2012.

Seperti apa kondisi keseimbangan eksternal?

Memburuknya keseimbangan eksternal kita. Jadi, current account deficit (CAD) di tahun 2013 itu naik. CAD naik menjadi diperkirakan US$ 30-31 miliar. Posisi sekarang sekitar US$ 24-an miliar. Ditambah pemerintah expect sekitar US$ 7 miliar lagi nanti di kuartal IV. Lebih kecil sebenarnya dibandingkan US$ 8,4 miliar di kuartal III. Tapi tetap masih cukup besar karena masih di atas 3 persen. Sehingga overall di 2013 pun kami perkirakan CAD masih sekitar 3,6 persen.

Implikasinya apa? Tekanan pada rupiah meningkat. Dan, mengenai rupiah, kami para ekonom itu diminta bicara tentang fundamentalnya juga. Masalah rupiahnya mau terbang ke mana, itu terserah, tapi fundamental secara ekonomi kami harus tekankan juga. Karena memang bicara rupiah itu sebenarnya faktor pembentuknya ada dua, yaitu fundamental sama noise (atau) yang non-fundamental. Sekarang yang banyak terjadi lebih ke noise, lebih ke ekspetasi yang belum tentu terjadi. Kemudian banyak hal-hal yang unpredictable.

Jadi, kami mencoba hitung berapa sebenarnya nilai fundamental kita. Dicobalah cari yang sederhana dengan purchasing power parity, bandingkan inflasi kita dengan inflasi di Amerika, kami mau dapat real exchange ratenya rupiah. Kemudian, oh kurang detail, lalu pakai perbandingan Indonesia terhadap mitra dagang utama kita. Kemudian dihitunglah nominal effective exchange rate. Setelah dihitung akhirnya didapat bahwa fundamentalnya sebenarnya nggak beda jauh, malah lebih optimis dibanding yang dinyatakan Bank Indonesia sebesar Rp 11.500. Kami dapat nilai fundamental rupiah itu sebenarnya adalah antara Rp 10.900-Rp 11.200. Dan ini pun sudah memperhitungkan ada masalah CAD dan segala macam.

Artinya, apa yang terjadi sekarang ini memang lebih banyak hal-hal yang sifatnya noise, yang secara fundamental kita susah untuk menerangkan. Tetapi, kenapa noise itu menjadi? Karena memang ada suatu ketidakpuasan dari para pelaku bisnis, dan ketidakpastian tentunya. Satu permasalahan sudah selesai, yaitu ketidakpastian di global sudah terjawab. The Fed melakukan tapering off mulai Januari mendatang. Tinggal ketidakpastiannya tentu itu lebih banyak akhirnya urusan domestik.

Lalu apa dampak dari kondisi-kondisi tersebut?

Di tahun 2013 ini, dengan tiga hal tadi, yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi, menghadapi tekanan inflasi, kemudian ada CAD, maka tentunya pemerintah melihat, tepatnya BI dan pemerintah bersama-sama, bahwa kita harus melakukan sesuatu karena CAD makin lebar. Sehingga terjadilah di sini yang namanya pergeseran kebijakan ekonomi.

Pergerakan kebijakan ekonomi menjadi tightening, dengan temanya atau objektifnya adalah stabilisasi. Dibandingkan sebelumnya, kebijakan moneter kita yaitu loosening di tahun 2012, dengan temanya adalah growth. Jadi, arahnya sekarang adalah tightening dan stabilitasi.

Dengan demikian, perlambatan ekonomi yang terjadi sekarang ini memang didesain untuk melambat dengan kebijakan tightening tersebut. Tetapi juga memang ada siklus, yakni siklus kalau kita lihat ekonomi yang terus tumbuh di atas 6 persen, kemudian investasi tumbuh sampai double digit di tahun 2012, mulai akhirnya ada siklus bisnis, di mana ada saatnya up and down. Dua ini langsung masuk berbarengan sehingga nggak heran kita melihat pertumbuhan ekonomi mengalami koreksi cukup dalam di 2013. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved