Economic Issues

14 Anak Usaha BUMN Infrastruktur Melantai di Bursa

Oleh Admin
14 Anak Usaha BUMN Infrastruktur Melantai di Bursa

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengaku optimistis dapat meraih target lebih dari 30 emiten dapat melantai di BEI melalui penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).

Target itu dapat tercapai lantaran beberapa kebijakan yang dilakukan Bursa Efek Indonesia seperti menambah target broker hingga 100 persen, dari 2.700 broker menjadi 5.400 broker tahun ini. Selain itu, adanya kemudahan akses prosedur yang diberikan BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada calon emiten. Itu sebabnya dia yakin semakin banyak perusahaan yang akan menawarkan sahamnya ke publik.

“Insya Allah, yakin saya, positif. Kuncinya satu, bagaimana menambah jumlah emiten dan memudahkan aksesnya,” kata Tito Sulistio di Bursa Efek Indonesia.

Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia. Dana Perlindungan Investor Tumbuh 21,97%. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia. Dana Perlindungan Investor Tumbuh 21,97%. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Ia juga optimistis akan adanya anak usaha Badan Usaha Milik Negara yang telah memberikan konfirmasi untuk menawarkan saham ke publik tahun ini. “Pembicaraan terakhir, pertama itu ada sekitar 14 anak perusahaan BUMN, karena ijinnya memang anak perusahaan lebih cepat IPO-nya. Yang kami bicarakan di bidang infrastruktur,” tutur Tito.

Bursa Efek dengan OJK akan memberi kemudahan akses bagi perusahaan yang berdomisili di daerah untuk dapat mengirimkan dokumen persyaratan IPO melalui kantor OJK di wilayah mereka. Dengan begitu mereka akan lebih efisien waktu, finansial dan tenaga.

“Dulu tuh kalau orang dari Sumatera Utara, kalau mau masukin dokumen harus ke Jakarta. Insya Allah dalam waktu dekat, masukinnya cukup di OJK (daerah),” ucapnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung BEI tentang masih minimnya emiten yang terdaftar di Pasar Modal, yakni hanya 16 emiten di 2016, dari target revisi sebanyak 25 emiten. Meski demikian ia juga mengapresiasi kinerja BEI yang mampu menjadi Bursa Pasar Modal dengan peringkat kedua terbaik di Asia Pasifik setelah Thailand dengan kenaikan Indeks 15,32 persen year to date.

“Saya sangat mengharapkan pelaku pasar bursa melakukan perbaikan tidak hanya kapitalisasi, tapi berapa jumlah perusahaan yang bisa masuk bursa. IPO naik 16 emiten baru terendah,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani melanjutkan, dalam tujuh tahun terakhir melakukan refleksi. Menurut dia jika suatu kapitalisasi pasar naik tajam, namun perusahaan yang listing hanya sedikit, bukanlah indikator yang sehat dan membanggakan. “Kami harapkan kapitalisasi pasar naik karena perusahaan yang masuk bursa naik,” tutur Sri Mulyani.

Menanggapi hal tersebut, Tito mengatakan, kesuksesan BEI sebaiknya juga harus dilihat dari sisi obligasi. Dibandingkan 2015 yang hanya 52 emisi obligasi, pada 2016 ada sekitar 70 emisi obligasi. Namun untuk tahun ini ia tetap optimistis, akan lebih banyak emiten yang lebih percaya diri masuk ke bursa modal. Sebab, didukung dengan penurunan tingkat suku bunga dan banyaknya permintaan investor terhadap saham.

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved