Management

6 Bulan, Crowdo Danai 500 Proyek

6 Bulan, Crowdo Danai 500 Proyek

Indonesia adalah pasar teknologi financial (fintech) yang luar biasa dan atraktif. Dalam enam bulan beroperasi sejak Maret 2016, Crowdo, startup fintech regional asal Singapura, telah mendanai 500 proyek tanpa gagal bayar (default). Mereka menawarkan portofolio solusi crowdfunding termasuk peer-to-peer (P2P) lending dan equity crowdfunding.

Leo Shimada, Co-founder dan Managing Director Crowdo, menuturkan, Crowdo berdiri pada pertengahan 2012 dan dirilis secara komersial pada 2013 di Singapura. Selain di Singapura, saat ini Crowdo telah beroperasi di Malaysia. Sedangkan layanan di Indonesia dimulai pada pertengahan 2015 dalam bentuk versi private beta.

“Kami baru luncurkan kepada publik pada Maret 2016. Indonesia adalah pasar yang luar biasa, selama enam bulan beroperasi, pertumbuhan bisnis kami meningkat hampir 10 kali lipat. Selama ini, kami 0% default dari 500 proyek yang telah didanai,” kata dia.

(Foto: Crowdo's Newsroom)

Leo Shimada, Co-founder dan Managing Director Crowdo (kiri) (Foto: Crowdo’s Newsroom)

Menurut dia, Crowdo menawarkan solusi portfolio yang berbeda dengan pemain fintech lainnya, yakni berupa peer-to-peer (P2P) lending dan equity crowdfunding. Alasannya, Crowdo ingin memenuhi kebutuhan klien untuk mendiversifikasikan portfolio investasinya. Keunggulan lain yang dimiliki Crowdo, perusahaan itu satu-satunya yang telah teregulasi di berbagai negara. Crowdo mendapat lisensi dari The Monetary Authority of Singapore (MAS), terdaftar di The Securities Commission Malaysia.

“Di Indonesia, kami juga telah mendapat opini legal bahwa model bisnis kami saat ini sesuai dengan peraturan di Indonesia dan telah terdaftar di Indonesia dengan nama PT Mediator Komunitas Indonesia,” ujarnya.

Dengan beroperasi di tiga negara, kata Leo Shimada, Crowdo juga memiliki keunggulan lain, yakni memiliki akses terhadap investor internasional untuk berinvestasi kepada pelaku UKM di Indonesia. Investor dapat melakukan investasi minimum sebesar Rp 500 ribu dan bagi pemilik usaha dapat memperoleh pinjaman hingga Rp 1 miliar setelah melakukan uji kelayakan dari aplikasi pinjaman.

“Saat ini, sebanyak 40% investasi Crowdo dari luar Indonesia. Hal ini membantu untuk mengembangkan ekonomi Indonesia karena bisa menarik modal dari luar untuk masuk ke Indonesia,” ujar dia.

Namun demikian, kata dia, Indonesia saat ini masih menggunakan data yang sedikit untuk melakukan credit scoring. Karena itu, Crowdo menggunakan cara lain untuk mengumpulkan dan menganalisis data dengan tetap memberikan jaminan pinjaman agar investor lebih aman.

“Kami tetap meyakini Indonesia memiliki peluang dan kesempatan yang begitu besar dibanding negara lain di Asean. Dengan UKM yang bisa memberi kontribusi hingga 60% terhadap produk domestik bruto (PDB) namun masih banyak yang belum mendapat akses ke layanan perbankan, ini adalah kesempatan sangat besar,” kata dia. (Reportase: Jeihan Kahfi Barlian)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved