Management

Inilah Kunci Sukses Berbisnis Ritel

Oleh Admin
Inilah Kunci Sukses Berbisnis Ritel

Seiring kondisi ekonomi Indonesia yang membaik, daya beli masyarakat pun meningkat. Alhasil, masyarakat ini pun menjadi sasaran dari serbuan perusahaan ritel, khususnya ritel modern. Ritel modern terus menyerbu bukan hanya tingkat perkotaan, tetapi juga pedesaan. Sekalipun demikian, ruang bagi usaha ritel lokal pun masih ada untuk bisa bersaing dan berkembang.

Pakar pemasaran dan strategi merek, Alex Mulya

Pakar pemasaran dan strategi merek, Alex Mulya, pun mempunyai strategi bagi pelaku usaha yang mau terjun ataupun berkembang di dunia bisnis ritel. “Kuncinya adalah 3C, 3S, dan 3P,” kata Alex, dalam sebuah seminar bisnis di UPH Graduate School, di Jakarta, Selasa (4/12/2012) malam.

Tahap pertama, ia menyarankan untuk melihat bagaimana tantangan di dunia ritel di Tanah Air. Disebutkan CEO Axia World ini, 3C adalah kuncinya, yang terdiri dari competition challenges, strategic challenges, dan talent challenges. “(Mengenai) competition challenges, ini bukan rahasia lagi bahwa semua (ritel) mau masuk ke Indonesia,” tambahnya.

Kondisi ekonomi Tanah Air yang terus membaik menimbulkan ketertarikan bagi pebisnis asing. Kabarnya, sejumlah ritel asing pun akan segera menyerbu pasar domestik. Ia menyebutkan merek ritel seperti Ikea, Sephora, dan Paris Baguette berada diantaranya. Berangkat dari situ, ketika seorang pebisnis lokal mau mendirikan usaha ritel maka salah satu yang harus dipikirkan adalah apakah bisnisnya menghasilkan uang atau tidak. Harus ada penyesuaian bisnis yang dilakukan pengusaha untuk bisa berkompetisi di derasnya persaingan bisnis ritel.

Mengenai strategic challenges, Alex menuturkan, pebisnis harus melihat usahanya akan menyasar kelas masyarakat yang mana. Dia pun menyebutkan bahwa ternyata pusat perbelanjaan di Indonesia terbagi dalam lima level. Misalnya, untuk level paling atas, mal yang masuk didalamnya adalah Senayan City dan Pacific Place. Sedangkan yang level kedua terbawah adalah tipe trade center. Keberadaan level-level ini, kata dia, tak lepas dari banyaknya kelas menengah di Indonesia.

“Decision retailer kita mau masuk ke segmen yang mana dulu. Lihat perspektif jangka pendek atau panjang, mau branding dulu atau langsung make money. Mau masuk ke Jakarta dulu tapi rugi, atau langsung ke daerah-daerah,” jelas dia.

Sementara terkait tantangan talenta, pebisnis harus melihat bahwa mencari sumber daya manusia yang mumpuni tidak mudah. Perihal kuantitas pun harus diperhatikan. Di samping itu, pekerja ritel pun harus mempunyai pengetahuan produk yang baik dan keahlian yang baik. “Bagaimana dia bisa menyapa customer dan punya interpersonal skill yang bagus,” ujarnya.

Setelah mengupas 3C, pebisnis pun perlu melihat 3S, yakni brand system, operational system, dan leadership system. Menjalankan bisnis ritel memerlukan pemimpin yang kuat. Bahkan, ia sampai bilang bahwa frontliner tidak bagus lebih baik ketimbang supervisor-nya yang tidak bagus. Ia pun menegaskan, “Supervisor-nya atau bos tokonya itu sangat penting.”

Sementara mengenai sistem operasional, usaha ritel perlu memasang teknologi yang bagus demi pelayanan yang baik. Disebutkan Alex sebagai contoh, Pertamina segera akan meluncurkan Pasti Pas generasi keduanya. Lalu terkait merek, pebisnis harus bisa mempunyai positioning mengenai produknya. Ia pun mencontohkan, bagaimana Ranch Market yang mempunyai banyak filosofi. Salah satu yang dilakukan supermarket ini adalah mengedepankan gerakan penghijauan dengan menanyakan kepada pengunjung apakah struk belanja diperlukan atau tidak. “Yang pertama kali mengenalkan plastik yang bukan plastik adalah Ranch Market,” ucap Alex.

Demi mewujudkan usaha ritel yang sukses pun diperlukan 3P, yakni passion, power, dan patience. Kekuatan bisa dilihat dengan modal besar yang dipunyai pebisnis. Dengan modal besar, posisi tawar pebisnis, misalnya, dalam membeli lahan di sebuah mal untuk usahanya pun bisa menghasilkan harga sewa yang murah. Akan tetapi, terang Alex, power ini juga bisa dicari dari pemodal lain, asalkan pelaku usaha mempunyai passion.

Faktor lain adalah kesabaran. Jika pengusaha tidak sabar, bisa saja ia dengan mudah mengganti konsep usaha dalam rentang waktu yang tidak lama. Itu dilakukan semata untuk memburu untung. Ia mengingatkan bahwa meraih untung tentu adalah target utama pebisnis, tetapi perlu waktu untuk itu. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved