Management Strategy

Pasar Digerogoti Startup Fintech, Mandiri Bangun Modal Ventura

Pasar Digerogoti Startup Fintech, Mandiri Bangun Modal Ventura

“Agar kami tidak kehilangan market share,” ujar Hira Laksamana, Direktur Keuangan Mandiri Capital, saat ditanya mengapa Bank Mandiri mendirikan Mandiri Capital sebagai perusahaan modal ventura miliknya. Pasalnya belakangan ini ada sejumlah startup yang core bisnisnya adalah financial technology atau yang lazim dikenal startup fintech mampu memberikan layanan selevel bank. Alhasil, pihak perbankan pun dibikin ketar-ketir lantaran sebagian transaksi berpindah ke startup-startup fintech tadi.

Startup Fintech kini mulai mengancam market share industri perbankan

Startup Fintech kini mulai mengancam market share industri perbankan

Menurut Hira, pihaknya menyadari saat ini di dalam industri perbankan sedang terjadi wabah “disruptive” karena ada beberapa transaksi yang diberikan oleh startup fintech mampu dilakukan tanpa melalui bank.

Hira mencontohkan, modalku.com, startup ini bisa memberi layanan pinjam uang dari pear to pear yang mana transaksinya tanpa melalui bank. Fenomena ini tidak hanya di Indonesia. Di luar negeri pun demikian. Raksasa e-commerce Alibaba.com tak hanya jualan produk dan jasa, mereka ternyata juga memberi layanan payment, manajemen investasi, asuransi dan pembiayaan konsumer.

Jika dilihat skalanya satu startup memang kecil, tak seberapa dibandingkan dengan satu grup bank seperti Mandiri. Namun, jumlah mereka sangat banyak dan terus tumbuh, inilah yang dilihat sebagai potensi ‘disruptive’. Jika perbankan tidak segera bermanuver dan melakukan inovasi maka lambat laun bank akan kehilangan sebagian market sharenya. “Mungkin tidak dalam waktu dekat, sekitar 10-15 tahun mendatang, tetapi kalau kami tidak berinovasi maka akan benar-benar ditinggalkan,” ungkap Hira.

Di kawasan Asia Tenggara beberapa bank besarnya seperti DBS sudah menyadari fenomena startup fintech yang diam-diam ‘menggerogoti’ pasar mereka. DBS pun dengan cepat membangun innovation center dan modal ventura sebagai strategi mempertahankan pasarnya. Melalui modal ventura, bank bisa menekan potensi disruptive tadi dengan cara penyertaan modal atau kepemilikan penuh terhadap startup-startup fintech tersebut. “Dengan begitu, kami bisa mendrive mereka agar bisa berkontribusi ke dalam grup kami,” ujar Hira.

Mandiri Capital sendiri baru resmi mengantongi izin operasi dari Otoritas Jasa Keuanan per 10 November 2015, “Jadi hingga saat ini kami masih dalam tahap persiapan untuk operasi di kuartal pertama tahun 2016 nanti,” katanya. Hira menjelaskan, Mandiri Capital akan memulai langkah perdananya dengan membidik startup-startup fintech yang masuk dalam daftar ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang tak lain adlah inkubator bisnis milik grup Mandiri. Para finalis WMM yang masuk dalam kategori fintech secara otomatis akan “ditanami” modal dari Mandiri Capital dengan sistem kepemilikan penuh.

Selain itu, Mandiri Capital juga akan menjalin kerja sama dengan pihak ketiga, seperti Microsoft yang juga membangun wadah bagi startup fintech. “Tetapi untuk startup diluar WMM kami hanya akan sebatas co-invest saja,” jelas Hira. Untuk bisa mendapatkan calon startup yang unggul, menuurt Hira pihaknya mempunyai empat parameter. Pertama, akan dilihat potensinya untuk berkontribusi dan membawa value ke dalam grup Mandiri. Hal ini menjadi penting sebab, sebagai anak usaha, Mandiri Capital jelas berkewajiban berkontribusi untuk induknya. Kedua, karena tujuan awal Mandiri membangun Mandiri Capital adalah untuk meng’capture’ startup-startup yang punya potensi disruptive tadi, maka startup seperti itulah yang akan menjadi prioritas. Ketiga, latar belakang dan rekam jejak pendiri dan pemilik startup tersebut juga menjadi pertimbangan Mandiri Capital dalam memilih startup. Keempat, Mandi Capital akan memberikan prioritas bagi startup yang punya ide breaktrough dan sistem operasi yang bisa dihubungkan ke sistemnya Bank Mandiri.

Ke depan, masih menurut Hira, pihaknya juga berencana berinvestasi ke e-commerce besar alias market place. Hal ini memungkinkan karena jika mengacu pada izin OJK untuk perusahaan modal ventura, dikatakan bahwa mereka boleh melakukan tiga hal, pertama penyertaan modal. Kedua, covertible bon, yaitu mengubah misalnya obligasi menjadi kepemilikan saham. Ketiga financing, dengan sistem bagi hasil dari pendapatan atau laba. Sehingga menurut Hira, OJK tidak mengarahkan pihaknya hanya boleh di startup fintech saja. Dengan begitu mereka bisa masuk ke e-commerce seperti mall online dan sebagainya. ‘Tetapi kami sendiri yang membatasi untuk awal kami mau fokus di fintech saja,” ujar Hira. Ia juga optimis, di kuartal I tahun 2016 nanti pihaknya akan mulai beroperasi dengan menggandeng 3-4 startup sebagai startup angkatan pertama yang bergabung dengan Mandiri Capital. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved