Management

Sekar Bumi Bidik Volume Penjualan 85.000 Ton

Sekar Bumi Bidik Volume Penjualan 85.000 Ton

Hidangan laut masih menjadi favorit terutama di kawasan Amerika dan Eropa. PT Sekar Bumi Tbk menunjukkan betapa kayanya laut Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Emiten yang baru mengoperasikan 3 pabrik baru di Sidoarjo, Lamongan, dan Tangerang ini menjadi jawara ekspor dan meraih penghargaan Primaniyarta tiga kali berturut-turut.

“Kami berharap bisa meraih kenaikan volume penjualan hingga 2-3 kali lipat menjadi 85.000 ton pada 2019 mendatang untuk produk makanan, udang, maupun frozen food,” kata Harry Lukmito, President Director Sekar Bumi Tbk.

Selain mendapat penghargaan Primaniyarta, lanjut dia, Sekar Bumi juga sukses mendapatkan audit Green Investment dari Walmart, yang merupakan rating tertinggi dalam sistem retailer terbesar di dunia itu. Pabrik baru mereka juga mendapat rating tertinggi untuk kategori makanan dari The British Retail Consortium (BRC).

sekar-bumi-harry-lukmito

Dengan mulai beroperasinya ketiga pabrik tersebut, Sekar Bumi bisa memberi kontribusi sebesar 26,8% dari total ekspor udang Indonesia. Indonesia adalah eksportir untuk produk udang terbesar di dunia mengalahkan India serta Thailand dengan volume ekspor 661 juta kg selama kurun Januari-Juli 2016.

“Untuk memperkuat bahan baku, kami juga memiliki tambak udang sendiri di Surabaya. Kami membudidayakan udang vannamei. Ada juga produk seafood yang lain seperti ikan, mini wonton, fish ball, fish cake, samosa, dimsum, dan lain-lain,” kata dia.

Sekar Bumi juga mulai mengenalkan makanan ekspor lainnya seperti tempe beku, petai beku, lele beku, belut beku, dan bumbu pecel beku ke Timur Tengah dan Korea. Perlambatan ekonomi global memang berpengaruh terhadap pendapatan perseroan. Hanya saja, mereka berusaha mengurangi dampaknya dengan tetap menjaga volume penjualan.

“Tahun 2014, kapasitas produksi sudah terpakai banyak. Tahun 2015, pabrik baru kami belum beroperasi. Satu pabrik di Sidoarjo selesai dibangun April dan yang di Tangerang baru beroperasi Juni lalu. Jadi, kapasitas belum bertambah di 2015. Pelemahan ekonomi dan depresiasi mata uang juga mengganggu penjualan,” ujar dia.

Tapi, Harry optimistis kinerja ekspor akan terus membaik dengan terus berinovasi menghadirkan makanan beku dengan harga lebih murah seperti lumpia, samosa, shrimp roll, siomay, dan lainnya ke kawasan Amerika Latin dan Eropa. Inovasi produk disesuaikan dengan lidah setempat, seperti misalnya dengan merilis rasa keju.

“Kontribusi terbesar tetap (ekspor) udang. Kami ingin lebih kompetitif dengan mengembangkan integrated company. Rencananya, kami akan mengambil perusahaan budidaya, lalu membuat sendiri pabrik pakan. Lahan yang di Lamongan sudah kami perluas. Lalu, kami akan ekspansi ke Barat. Kami juga mulai menjajaki Afrika Selatan dan Eropa Timur,” kata dia. (Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved