Management zkumparan

Transformasi Masif Indosat Ooredoo di Bawah Komando Chris Kanter

Transformasi Masif Indosat Ooredoo di Bawah Komando Chris Kanter

Setelah Joy Wahjudi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Utama/CEO Indosat Ooredoo pada September 2018, Chris Kanter akhirnya ditetapkan sebagai penggantinya dalam RUPSLB perusahaan ini pada 17 Oktober 2018.

Chris Kanter, Direktur Utama/CEO Indosat Ooredoo

Chris memang bukan orang baru di Indosat Ooredoo karena sebelumnya ia menjabat sebagai komisaris selama delapan tahun. Namun, penunjukannya sebagai CEO perusahaan ini sontak mengundang rasa ingin tahu banyak orang. Terutama, mengapa lelaki yang sudah malang-melintang di dunia bisnis dan organisasi Tanah Air ini bersedia menerima tugas ini.

Chris adalah pendiri dan Preskom Sigma Sembada Group, perusahaan di bidang konstruksi, transportasi, dan logistik. Ia juga merupakan Ketua Dewan Pendiri Swiss German University dan Ketua Dewan Pendiri Global Entrepreneurship Program Indonesia. Chris pun pernah aktif sebagai Wakil Ketua Kadin Indonesia (1994-2015), juga pernah menempati posisi di Komite Ekonomi Nasional di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Saat ini ia masih tercatat sebagai anggota Dewan Penasihat Kadin Indonesia dan Dewan Penasihat Asosiasi Pengusaha Indonesia.

Banyak kalangan menyebut kesediaan Chris untuk menjabat sebagai CEO ini sebagai “turun gunung”. Chris secara tidak langsung mengakui bahwa ini keputusan yang istimewa. “Selama 40 tahun saya menjadi bos untuk perusahaan sendiri, sedangkan sekarang saya full profesional,” ujarnya kepada Herning Banirestu dari SWA.

Lalu, mengapa pebisnis senior ini mau mengambil posisi ini? Chris mengaku, itu karena Syeikh Abdulla sendiri yang meminta. Pemilik Qatar Telecom dan pemegang saham mayoritas Indosat Ooredoo ini datang ke Indonesia sebelum digelarnya RUPSLB. “Saya menerimanya tentu bukan karena hitungan adanya keuntungan pribadi. Tapi, saya lihat karena Indosat punya potensi istimewa dan juga ada komitmen dari Syeikh Abdulla,” ujar lelaki kelahiran Manado, 25 Juli 1952, ini.

Komitmen yang dimaksud Chris, bahwa Indosat Ooredoo harus lebih kuat, agar industri telekomunikasi di Tanah Air juga lebih seimbang. Selain itu, menurutnya pula, sebelum Ooredoo masuk, Indosat telah dikenal sebagai tempat berkembangnya inovasi teknologi informasi dan merupakan talent pool di industri ini.

Namun, sejumlah kalangan menilai kondisi Indosat Ooredoo saat ini memang membutuhkan kepemimpinan yang kuat. Kinerja keuangan perusahaan berkode saham ISAT ini pada semester I/2018 “merah”, dengan angka rugi bersih Rp 693,7 miliar. Pada 2017, di periode yang sama, perusahaan ini masih mencatat laba bersih Rp 869,32 miliar. Kerugian tersebut disebabkan pendapatan perusahaan ini turun 26,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp 11,06 triliun.

Indikasi lainnya, EBITDA Indosat Ooredoo pada semester I/2018 juga turun menjadi Rp 3,5 triliun. Ini dipicu pendapatan seluler yang anjlok 31,27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp 8,64 triliun. Selain itu, pendapatan multimedia, komunikasi data, dan internet Indosat Ooredoo pun turun 2,34% menjadi Rp 2 triliun.

“Saya sendiri bukan cari uang di Indosat, tapi ingin mencetak legacy,” kata Chris menegaskan komitmennya. “Karena itu, saya mencari what is the best untuk Indosat,” ujarnya.

Lalu, apa rencananya sebagai CEO baru perusahaan ini? “Syeikh Abdulla meminta saya: You have to go in. Saya lalu meminta komitmen capex (capital expenditure) dari mereka,” kata Chris. Pihak pemegang saham dari Qatar ini kemudian menyetujui besaran capex senilai US$ 2 milar (sekitar Rp 30 triliun), dengan porsi terbesar untuk meningkatkan kualitas jaringan. Menurutnya, pemegang saham menilai dalam dua tahun terakhir banyak langkah tidak produktif di Indosat Ooredoo.

Selain soal kualitas jaringan, perhatian terbesar Chris selanjutnya adalah soal SDM (people). Karena itu, sejak ditetapkan sebagai dirut, rapat pertama yang digelarnya adalah rapat dengan Direktur HR dan timnya. Isi rapat ini yaitu memindai apa saja kekuatan SDM Indosat Ooredoo. “Di mana pun saya masuk, ketika mengambil alih perusahaan, yang pertama saya lihat selalu people,” ujar Chris. Ia mengingatkan selama ini Indosat sudah dikenal sebagai kolam talentanya orang-orang telekomunikasi. “Menkominfo Rudiantara saja dari Indosat,” ujarnya.

Dibantu Boston Consulting Group (BCG), untuk tiga tahun ke depan tim manajemen baru Indosat di bawah Chris berupaya merumuskan strategi dan langkah-langkah transformasi ke depan operator telekomunikasi ini. Ada tiga fokus utama transformasi yang akan dijalankan: People, Process, dan Business.

Chris menegaskan bahwa transformasi di Indosat Ooredo harus dijalankan dengan sangat cepat, dan harus lebih cepat daripada perkembangan teknologi itu sendiri. Baginya, bukan soal prinsip dikotomi karyawan ekspat dan non-ekspat. “Kami butuh percepatan. Jika talenta tidak ada, misalnya karena masuk ke teknologi yang baru, mungkin harus cari dari negara lain,” katanya. Namun, menurutnya, talenta yang ada di dalam pun harus ditingkatkan kapabilitasnya, di bawah bimbingan tiap group head.

Chris merasa beruntung dengan jejaring Ooredoo di 14 negara. Impiannya, nantinya kalau Ooredoo butuh orang ahli di negara lain, mereka bisa mengambil talenta dari Indosat. “Karena itu, saya ingin talenta di dalam harus setara dengan talenta terbaik di luar,” katanya.

Untuk itulah, Chris akan menerapkan sistem performance-based, insentif, dan disinsentif. “Saya juga sudah bicara dengan Serikat Pekerja. Mereka bisa membantu memindai mana karyawan yang tepat,” ungkapnya. Ia menegaskan, karyawan akan diberi hak terbaik dan sistem penilaian performa yang baik dan fair, tetapi mereka yang melanggar pun harus diproses. “Di sini, sebelumnya, orang yang nyolong pun belum tentu masuk penjara atau dirumahkan; jadi saya harus tegas soal ini,” katanya lagi.

Chris juga akan menuntut kinerja terbaik dari karyawan. Jangan hanya gayanya milenial, tetapi kerjanya tidak produktif. “Di Silicon Valley, saya bertemu manajemen dan pemilik startup besar di sana. Orang kerja di sana, berpakaian seperti sedang main, tapi etos kerjanya luar biasa. Energinya besar. Saya ingin di sini seperti itu,” katanya. Pada karyawan milenial, Chris berharap bisa lahir inovasi dan terobosan baru. “Saya dorong mereka untuk tidak takut mengajukan ide,” ujarnya.

Dalam hal transformasi proses, dibantu BCG, Indosat Ooredoo akan lebih menyederhanakannya. “Tapi, tanpa mengurangi GCG,” katanya berjanji. Jadi, akuntabilitas tetap terjaga, meskipun misalnya approval tidak harus selalu melewati dirinya.

Dalam hal transformasi bisnis, pihaknya akan membangun lingkungan yang pas. Contohnya, dalam hal penjualan (sales), ia menjamin tidak akan ada lagi praktik push sales, yakni membebani target ke para distributor yang ternyata malah membebani mereka, sehingga menekan lagi ke bawahnya. “Ke depan, distributor harus mencapai target, tapi kami harus membantu untuk mencapainya,” ujarnya.

Untuk itulah, perluasan jaringan menjadi hal penting, agar kerja distributor juga maksimal. Komitmen perbaikan jaringan ini telah didukung kantor pusat Ooredoo di Doha, Qatar. Dalam perluasan jaringan ini, yang akan digarap adalah 700 perluasan 4G overlay per minggu. Sampai tahun depan juga akan dibangun 4.300 BTS baru (baik co-location maupun new site), di lokasi-lokasi di mana Indosat belum hadir.

“Targetnya, pada akhir Desember 2018, 80% sudah ter-cover 4G, dan pada Maret 2019 sudah 100% ter-cover 4G,” ungkap Chris. Dengan perbaikan masif pada jaringan inilah, ia yakin bisa mendorong penjualan perusahaannya. “Tugas dari pemegang saham ke saya adalah menjadikan Indosat perusahaan yang lebih sehat,” katanya. “Sedangkan target saya sendiri ingin Indosat Ooredoo menjadi operator nomor dua terbesar di Indonesia yang kuat,” ia menambahkan. (*)

Joko Sugiarsono & Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved