Management

Turnaround Elnusa Hasilkan Keuntungan Rp 123,6 Miliar

Turnaround Elnusa Hasilkan Keuntungan Rp 123,6 Miliar

PT Elnusa Tbk. mengambil langkah besar dengan mengubah arah bisnisnya dari industri jasa minyak dan gas (migas) menuju ke industri jasa energi. Seperti diketahui, pada akhir 2011 lalu, Elnusa menderita kerugian Rp 42,7 miliar. Kerugian tersebut berbalik arah di 2012, bahkan hingga akhir tahun perseroan mampu mencetak laba bersih Rp 123,6 miliar.

Keseluruhan laba bersih itu murni berasal dari core bisnisnya yakni jasa migas. Kemana Elnusa melangkah setelah berhasil melakukan tahapan turnaround?

“Jajaran Direksi Elnusa sudah menyepakati bahwa kami akan tetap di core bisnis servis migas, namun diperluas ke servis energi. Kami siap melangkah untuk pertumbuhan yang lebih solid,” kata Direktur Utama Elnusa, Elia Massa di Jakarta.

Elia menjelaskan, strategi yang dijalankan Elnusa untuk core bisnis jasa migas juga diiringi dengan penciptaan jenis jasa baru dan menambah klien baru secara selektif (customer-based expansion).

“Major klien Elnusa masih terbuka lebar, sebab kami baru melayani Pertamina, Pertamina EP dan sebagian kecil Chevron. Ke depan kami mau masuk ke British Petroleum, Conoco Philips, dan lebih banyak perusahaan lagi. Untuk itu kami perlu kerja keras,” tegasnya.

Sementara untuk pengembangan bisnis baru di bidang jasa energi, strategi yang dijalankan adalah masuk ke jasa energi yang memiliki profil low-to-medium risk. “Dengan demikian persoroan akan mendapatkan sustainable income (pendapatan yang berkesinambungan) dalam jangka panjang.”

Bisnis jasa energi yang akan digarap Elnusa mulai 2013, meliputi bisnis marine support services, logistics for oil&gas, operation&maintenance (O&M), dan independent power plant (IPP). “Namun kami tidak akan masuk ke ranah energi panas bumi maupun solar cell karena biaya pengembangannya masih cukup mahal buat Elnusa,” katanya.

Dengan beberapa strategi tersebut, Elia menargetkan setidaknya hingga 2017 Elnusa mampu mencapai pendapatan Rp 7,8 triliun dan laba bersih Rp 465 milyar.

“Hingga hari ini hanya ada 41 perusahaan publik di Indonesia yang mencapai income Rp 500 milyar ke atas dan kami ingin masuk ke dalam itu. Kesannya mission imposible, namun industri ini yang terbesar, jadi potensinya sangat besar,” terangnya.

Elia mengatakan, posisi market share Elnusa saat ini masih sangat kecil. Total industri migas US$ 17-18 miliar per thn, sedangkan perseroan hanya mendapatkan porsi kue 3%. “Posisi existing revenue dan income masih tergantung majority short term. Untuk itulah kami akan ekspansi untuk memperbesar requaring income. Hingga 2025 Elnusa menginginkan porsi market share 25%.”

Sementara itu, Direktur Keuangan Elnusa, Sabam Hutajulu, menjelaskan, perseroan menganggarkan sebesar US$ 398 juta atau hampir Rp 4 triliun untuk capex hingga 2017.

“Untuk tahun 2013, capex yang dianggarkan US$ 36,6 juta di mana peruntukannya masih fokus pada penguatan recurring income di jasa migas. Sebanyak 60% untuk investasi peralatan pumping dan barges, subsidiaries 28%, peralatan land seismic 8% dan asset management 4%,” kata Sabam.

Sedangkan di 2014, capex yang dianggarkan untuk existing bisnis US$ 29,9 juta dan untuk bisnis baru investasinya mencapai US$ 123 juta. Di 2015 investasi existing bisnis US$ 21,7 juta dan bisnis baru US$ 123 juta. Di 2016 saat bisnis baru Elnusa yakni jasa energi sudah berjalan, dialokasikan capex masing-masing US$ 42,3 juta dan US$ 21,7 juta.

Terkait sumber pendanaan, VP Corporate Finance Elnusa, Nur Kholis, mengatakan, sebanyak 72-75% dana capex tersebut berasal dari pinjaman perbankan dan bond. Kemudian sisanya dari kas internal. Pada 2016 perseroan juga akan melakukan right issue sebesar 16% dari total investasi.

“Sejak November lalu, kami melakukan roadshow, hingga ke Singapura. Hasilnya sejauh ini cukup memuaskan, sudah ada satu bank swasta lokal yang bersedia memberikan pinjaman US$ 100 juta,” jelas Nur Kholis. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved